Jodhiva berdiri. “Kita tinggalkan tempat ini dulu. Nanti kita baru cari cara untuk keluar dari sini.”Ariel membereskan barang-barangnya, lalu menyapu tumpukan api dengan kakinya. Mereka berdua berjalan pergi dari jalan kecil.Di sisi lain, Dessy sedang membawa anggotanya untuk melakukan pencarian di dalam hutan.Saat Jules berjalan ke lahan kosong, Jodhiva menghentikan langkahnya, lalu berjongkok untuk mengamati.Dessy berjalan ke belakang tubuhnya. “Tuan Muda Jules, ada apa denganmu?”Jules mengusap bagian tanah. “Ada jejak menyalakan api di sini. Kayu ini masih terasa panas.”Dessy merasa syok. “Pasti Tuan Muda!”Jules membangkitkan tubuhnya. “Kita cari cara dulu untuk menghubungi mereka. Setidaknya kamu mesti membuat mereka tahu kalau kita itu anggotanya.”Mereka baru saja meninggalkan tempat ini. Seharusnya mereka mengira mereka adalah pihak lawan. Hanya saja, mereka melarikan diri dengan buru-buru, sepertinya ada yang terluka di antara mereka. Jika tidak, seharusnya mereka akan b
Ariel meminum bubur, lalu menimpali, “Memang penduduk disini hanya sesedikit ini. Anak-anak muda sudah meninggalkan Pulau Persia, hanya tersisa orang tua saja yang menetap di sini. Adapun beberapa anak muda memilih untuk tinggal di sini juga demi menjaga orang tua mereka. Anak-anak muda itu biasanya menggeluti bisnis perikanan di sini.”Wanita itu mengangguk sembari menghela napas. “Penduduk yang tinggal di sini kebanyakan adalah orang miskin yang menyelundup dari Yasia Tenggara. Kalau bukan karena Tuan Tobias bersedia menerima kami di pulau ini dan membantu para pria di desa untuk mengembangkan bisnis perikanan demi menghidupi keluarga, kami juga tidak tahu kami bisa di mana sekarang.”Wanita ini juga memiliki seorang putra dan seorang putri. Hanya saja, mereka semua sedang bekerja di Yasia Tenggara. Terkadang mereka akan pulang untuk mengunjungi orang tua mereka. Hanya saja, mereka telah tua, tidak sanggup menemani anak-anak untuk merantau lagi. Jadi, pada akhirnya mereka memilih unt
“Aku bukan sedang mencemaskan mereka.” Tobias mengangkat kelopak matanya. “Kedua anak itu sangat cerdas. Mereka pasti punya cara untuk menghadapi rintangan kali ini. Aku lebih mencemaskan orang di sana.”Pengurus rumah mengerti maksud Tobias. “Apa Tuan khawatir ada rencana baru lagi dari Puzo?”Raut wajah Tobias kelihatan muram. “Seandainya Puzo beraliansi dengan Tom, mereka belum pasti akan menang. Apalagi setelah kejadian yang menimpa Ariel waktu itu, mereka tergolong sudah melawan Keluarga Oswaldo secara terang-terangan. Kalau Keluarga Oswaldo masih tidak beraksi, mereka pasti mengira kita gampang untuk ditindas.”Sambil berbicara, Tobias berdiri dengan perlahan. “Aku pergi ke rumah sakit dulu.”Sudah saatnya Tobias menyingkirkan Sams si pion itu.Tobias pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Gamma. Saat ini, Gamma sudah bisa duduk, hanya saja dia masih tidak diperbolehkan untuk menuruni ranjang. Ketika melihat kedatangan Tobias, dia pun merasa agak syok.Tobias meletakkan jas di atas
Telah terjadi sesuatu dengan Ariel. Tobias pasti akan mengerahkan seluruh anggotanya untuk mencari anaknya. Meskipun Tobias pintar dalam bertarung, sekarang dia juga sudah berumur, gerak-geriknya sudah tidak selincah sebelumnya lagi. Mana mungkin dia sanggup menghadapi mereka?Seandainya pada saat ini, Sams bisa menghabisi Tobias dan juga Gamma, apa mungkin akan sulit baginya untuk melenyapkan yang muda?Tobias tersenyum. “Ternyata kamu masih bau kencur.”Tatapan Sams kelihatan sadis. Dia memerintah orang di sampingnya, “Beraksi!”Dua bawahan di samping Tobias menyerbu ke depan Tobias, lalu bertarung dengan beberapa lawan di depannya. Saat ini, Sams juga tidak tinggal diam. Dia mengeluarkan pisau, lalu menyerang Tobias di saat kondisi sedang kacau.Tobias memang tidak muda lagi, hanya saja dia memiliki kekuatan seni bela diri yang sangat hebat. Setelah turun tangan beberapa saat, akhirnya Sams juga tidak sanggup menghadapinya lagi. Dua anak buah lainnya datang untuk membantu Sams. Saat
Dokter berjalan keluar. Anak buah itu segera bertanya, “Bagaimana kondisi Tuan Tobias?”Dokter melepaskan maskernya, lalu memberi tahu, “Tenang saja, nyawanya tidak dalam bahaya. Kami sudah menjahit lukanya. Dia mesti beristirahat dalam beberapa waktu ini. Jangan sampai lukanya terkena air. Jahitannya baru boleh dibuka seminggu kemudian.”Jessie mendorong pintu berjalan ke dalam kamar pasien.Ketika melihat Tobias berwajah pucat itu berbaring di atas ranjang sembari diinfus, dapat ditebak apa yang akan terjadi jika Jessie datang terlambat.Anak buah memasuki ruangan. “Nona Jessie, kamu tidak perlu khawatir. Tuan Tobias pasti tidak akan dalam masalah.”Jessie mengangguk, lalu bertanya, “Oh, ya, untuk apa Tuan Tobias ke rumah sakit?”Anak buah menjawab, “Tuan Tobias datang untuk mencari Gamma.”Jessie merasa syok. “Ternyata benar Gamma masih hidup?”Anak buah itu mengangguk. “Sams berniat untuk membunuh Gamma. Untung saja dia diselamatkan oleh Wales.” Anak buah merasa kesal. “Aku sungguh
Jodhiva tertegun sejenak. “Kamu ….”“Jangan-jangan kamu malu?” Ariel menatapnya dengan mengangkat-angkat alisnya. “Tenang saja, aku juga tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu. Kamu anggap saja aku itu laki-laki.”Jodhiva terdiam membisu.Ariel meletakkan bantalnya, lalu menyisakan sedikit ruang untuk Jodhiva. Dia berbaring dengan membelakangi Jodhiva. Kemudian, dia menambahkan, “Aku tidurnya agak tidak tenang. Tapi aku jamin tidak akan menyentuh sehelai bulumu. Tenang saja.”Jodhiva tersenyum tidak berdaya. Dia menarik selimutnya, lalu kembali membaringkan tubuhnya. Dua orang di atas ranjang kecil ini memang terasa agak sempit. Dia hampir saja tidak bisa membalikkan tubuhnya dengan bebas.Ariel memiringkan tubuhnya, menyisakan sedikit ruang agar tidak menyentuh luka di lengan Jodhiva.Jodhiva menatap plafon. Beberapa saat kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat wanita yang sedang membelakanginya. “Apa kamu tidak keberatan sama sekali?”Ariel tertegun sejenak. “Kenapa mesti kebera
Jessie berjalan dari belakang sekelompok pria itu. Salah satu di antara penyusup itu terbengong. Sepertinya dia menyadari sesuatu. “Bukannya kamu itu suster di depan tadi?”Jessie tersenyum. “Jadi, kalian juga berjubah dokter, apa kalian itu dokter?”Si penyusup tidak bisa menjawab. Tadinya mereka berencana untuk melenyapkan Gamma di tengah malam. Siapa sangka ternyata ada jebakan di rumah sakit. Sepertinya anggotanya yang pergi ke ruangan Tobias juga telah gagal ….…Langit mulai terang. Secercah cahaya matahari menembus ke dalam kamar.Berhubung Ariel terus mempertahankan satu posisi tidurnya, saat bangun, lengannya terasa kebas.Ariel spontan membalikkan tubuhnya. Dia menyadari bertambah sepotong selimut di tubuhnya. Saat ini, tidak ada lagi orang di samping ranjang.Tangan Ariel meraba atas kasur. Dia tidak bisa merasakan sisa kehangatan di atasnya. Sepertinya Jodhiva sudah bangun dari tadi.Ariel meregangkan tubuhnya, lalu menuruni ranjang. Dia berjalan keluar kamar dengan mengant
Ariel berdecak. “Malah pelototi aku lagi! Percaya tidak aku akan cabut semua bulumu sekarang!”Jodhiva tersenyum sembari menggeleng ketika melihat Ariel yang sedang bertengkar dengan dua ekor ayam.Mereka berdua berdiri di tepi jalan sembari menunggu mobil. Tak lama kemudian, sebuah traktor melewati sisi mereka berdua.Traktor itu melaju ke area kota Keluarga Oswaldo. Jodhiva dan Ariel yang duduk di atas traktor terus terkena sinar matahari, apalagi jalanan juga sangat buruk. Boleh dikatakan bahwa perjalanan untuk pulang sangatlah menyiksa.Setelah traktor tiba di depan pintu kota, mereka berdua menuruni mobil. Tiba-tiba Ariel berlari ke sisi pohon, lalu berjongkok sembari muntah.Jodhiva menyerahkan semua sisa uang yang dimilikinya kepada sopir. Sopir itu melirik Ariel sekilas, lalu berkata, “Apa istrimu lagi hamil? Kenapa muntah seperti itu?”Jodhiva berdeham dengan canggung. Belum sempat Jodhiva menjelaskan, sopir pun menyerahkan dua sangkar ayam kepadanya. “Nanti pulang kamu masakk