“Sudah bangun?”Jodhiva memalingkan kepalanya. Dia melihat Ariel sedang duduk di hadapannya sembari memasukkan kayu ke dalam api. Cahaya api unggun menyilaukan wajahnya.Saat ini, Jodhiva menggerakkan bibir keringnya. “Aku sudah pingsan berapa lama?”“Sekitar empat jam.” Ariel melempar termos ke sisi kaki Jodhiva. “Lukamu infeksi. Kamu juga lagi demam. Untung saja ada obat di dalam mobil. Aku sudah menyuntikkan obat pereda demam. Jadi, nyawamu baru berhasil diselamatkan.”Jodhiva mengambil termos, lalu membuka tutupnya.Berhubung gerakan Jodhiva terlalu kuat, luka di lengannya tertarik dan dia pun merasa kesakitan. Jodhiva spontan mengerutkan keningnya. Dia meneguk air itu tanpa bersuara. Kemudian, tatapannya tertuju pada bungkusan yang diletakkan di samping tubuh Ariel. Di dalamnya terdapat beberapa kaleng-kalengan. “Banyak sekali barang di dalam mobilmu.”“Lapar?” Ariel mengambil satu kaleng makanan, lalu menyerahkannya kepada Jodhiva. “Semua ini bukan berasal dari mobilku, tapi dari
Jodhiva berdiri. “Kita tinggalkan tempat ini dulu. Nanti kita baru cari cara untuk keluar dari sini.”Ariel membereskan barang-barangnya, lalu menyapu tumpukan api dengan kakinya. Mereka berdua berjalan pergi dari jalan kecil.Di sisi lain, Dessy sedang membawa anggotanya untuk melakukan pencarian di dalam hutan.Saat Jules berjalan ke lahan kosong, Jodhiva menghentikan langkahnya, lalu berjongkok untuk mengamati.Dessy berjalan ke belakang tubuhnya. “Tuan Muda Jules, ada apa denganmu?”Jules mengusap bagian tanah. “Ada jejak menyalakan api di sini. Kayu ini masih terasa panas.”Dessy merasa syok. “Pasti Tuan Muda!”Jules membangkitkan tubuhnya. “Kita cari cara dulu untuk menghubungi mereka. Setidaknya kamu mesti membuat mereka tahu kalau kita itu anggotanya.”Mereka baru saja meninggalkan tempat ini. Seharusnya mereka mengira mereka adalah pihak lawan. Hanya saja, mereka melarikan diri dengan buru-buru, sepertinya ada yang terluka di antara mereka. Jika tidak, seharusnya mereka akan b
Ariel meminum bubur, lalu menimpali, “Memang penduduk disini hanya sesedikit ini. Anak-anak muda sudah meninggalkan Pulau Persia, hanya tersisa orang tua saja yang menetap di sini. Adapun beberapa anak muda memilih untuk tinggal di sini juga demi menjaga orang tua mereka. Anak-anak muda itu biasanya menggeluti bisnis perikanan di sini.”Wanita itu mengangguk sembari menghela napas. “Penduduk yang tinggal di sini kebanyakan adalah orang miskin yang menyelundup dari Yasia Tenggara. Kalau bukan karena Tuan Tobias bersedia menerima kami di pulau ini dan membantu para pria di desa untuk mengembangkan bisnis perikanan demi menghidupi keluarga, kami juga tidak tahu kami bisa di mana sekarang.”Wanita ini juga memiliki seorang putra dan seorang putri. Hanya saja, mereka semua sedang bekerja di Yasia Tenggara. Terkadang mereka akan pulang untuk mengunjungi orang tua mereka. Hanya saja, mereka telah tua, tidak sanggup menemani anak-anak untuk merantau lagi. Jadi, pada akhirnya mereka memilih unt
“Aku bukan sedang mencemaskan mereka.” Tobias mengangkat kelopak matanya. “Kedua anak itu sangat cerdas. Mereka pasti punya cara untuk menghadapi rintangan kali ini. Aku lebih mencemaskan orang di sana.”Pengurus rumah mengerti maksud Tobias. “Apa Tuan khawatir ada rencana baru lagi dari Puzo?”Raut wajah Tobias kelihatan muram. “Seandainya Puzo beraliansi dengan Tom, mereka belum pasti akan menang. Apalagi setelah kejadian yang menimpa Ariel waktu itu, mereka tergolong sudah melawan Keluarga Oswaldo secara terang-terangan. Kalau Keluarga Oswaldo masih tidak beraksi, mereka pasti mengira kita gampang untuk ditindas.”Sambil berbicara, Tobias berdiri dengan perlahan. “Aku pergi ke rumah sakit dulu.”Sudah saatnya Tobias menyingkirkan Sams si pion itu.Tobias pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Gamma. Saat ini, Gamma sudah bisa duduk, hanya saja dia masih tidak diperbolehkan untuk menuruni ranjang. Ketika melihat kedatangan Tobias, dia pun merasa agak syok.Tobias meletakkan jas di atas
Telah terjadi sesuatu dengan Ariel. Tobias pasti akan mengerahkan seluruh anggotanya untuk mencari anaknya. Meskipun Tobias pintar dalam bertarung, sekarang dia juga sudah berumur, gerak-geriknya sudah tidak selincah sebelumnya lagi. Mana mungkin dia sanggup menghadapi mereka?Seandainya pada saat ini, Sams bisa menghabisi Tobias dan juga Gamma, apa mungkin akan sulit baginya untuk melenyapkan yang muda?Tobias tersenyum. “Ternyata kamu masih bau kencur.”Tatapan Sams kelihatan sadis. Dia memerintah orang di sampingnya, “Beraksi!”Dua bawahan di samping Tobias menyerbu ke depan Tobias, lalu bertarung dengan beberapa lawan di depannya. Saat ini, Sams juga tidak tinggal diam. Dia mengeluarkan pisau, lalu menyerang Tobias di saat kondisi sedang kacau.Tobias memang tidak muda lagi, hanya saja dia memiliki kekuatan seni bela diri yang sangat hebat. Setelah turun tangan beberapa saat, akhirnya Sams juga tidak sanggup menghadapinya lagi. Dua anak buah lainnya datang untuk membantu Sams. Saat
Dokter berjalan keluar. Anak buah itu segera bertanya, “Bagaimana kondisi Tuan Tobias?”Dokter melepaskan maskernya, lalu memberi tahu, “Tenang saja, nyawanya tidak dalam bahaya. Kami sudah menjahit lukanya. Dia mesti beristirahat dalam beberapa waktu ini. Jangan sampai lukanya terkena air. Jahitannya baru boleh dibuka seminggu kemudian.”Jessie mendorong pintu berjalan ke dalam kamar pasien.Ketika melihat Tobias berwajah pucat itu berbaring di atas ranjang sembari diinfus, dapat ditebak apa yang akan terjadi jika Jessie datang terlambat.Anak buah memasuki ruangan. “Nona Jessie, kamu tidak perlu khawatir. Tuan Tobias pasti tidak akan dalam masalah.”Jessie mengangguk, lalu bertanya, “Oh, ya, untuk apa Tuan Tobias ke rumah sakit?”Anak buah menjawab, “Tuan Tobias datang untuk mencari Gamma.”Jessie merasa syok. “Ternyata benar Gamma masih hidup?”Anak buah itu mengangguk. “Sams berniat untuk membunuh Gamma. Untung saja dia diselamatkan oleh Wales.” Anak buah merasa kesal. “Aku sungguh
Jodhiva tertegun sejenak. “Kamu ….”“Jangan-jangan kamu malu?” Ariel menatapnya dengan mengangkat-angkat alisnya. “Tenang saja, aku juga tidak akan melakukan apa-apa terhadapmu. Kamu anggap saja aku itu laki-laki.”Jodhiva terdiam membisu.Ariel meletakkan bantalnya, lalu menyisakan sedikit ruang untuk Jodhiva. Dia berbaring dengan membelakangi Jodhiva. Kemudian, dia menambahkan, “Aku tidurnya agak tidak tenang. Tapi aku jamin tidak akan menyentuh sehelai bulumu. Tenang saja.”Jodhiva tersenyum tidak berdaya. Dia menarik selimutnya, lalu kembali membaringkan tubuhnya. Dua orang di atas ranjang kecil ini memang terasa agak sempit. Dia hampir saja tidak bisa membalikkan tubuhnya dengan bebas.Ariel memiringkan tubuhnya, menyisakan sedikit ruang agar tidak menyentuh luka di lengan Jodhiva.Jodhiva menatap plafon. Beberapa saat kemudian, dia memalingkan kepalanya melihat wanita yang sedang membelakanginya. “Apa kamu tidak keberatan sama sekali?”Ariel tertegun sejenak. “Kenapa mesti kebera
Jessie berjalan dari belakang sekelompok pria itu. Salah satu di antara penyusup itu terbengong. Sepertinya dia menyadari sesuatu. “Bukannya kamu itu suster di depan tadi?”Jessie tersenyum. “Jadi, kalian juga berjubah dokter, apa kalian itu dokter?”Si penyusup tidak bisa menjawab. Tadinya mereka berencana untuk melenyapkan Gamma di tengah malam. Siapa sangka ternyata ada jebakan di rumah sakit. Sepertinya anggotanya yang pergi ke ruangan Tobias juga telah gagal ….…Langit mulai terang. Secercah cahaya matahari menembus ke dalam kamar.Berhubung Ariel terus mempertahankan satu posisi tidurnya, saat bangun, lengannya terasa kebas.Ariel spontan membalikkan tubuhnya. Dia menyadari bertambah sepotong selimut di tubuhnya. Saat ini, tidak ada lagi orang di samping ranjang.Tangan Ariel meraba atas kasur. Dia tidak bisa merasakan sisa kehangatan di atasnya. Sepertinya Jodhiva sudah bangun dari tadi.Ariel meregangkan tubuhnya, lalu menuruni ranjang. Dia berjalan keluar kamar dengan mengant
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me