Ariel tertegun sejenak. Dia menatap Jessie dengan saksama. “Apa kamu merasa dia masih hidup?”“Jasadnya saja masih belum ditemukan. Apa kamu nggak merasa semua itu sangat aneh?” Jessie menunduk. “Gamma itu ayahnya Sania. Nggak ada alasan baginya untuk nggak menyelidiki kasus kematian ayahnya, lalu langsung memastikan ayahnya telah meninggal.”Ariel mencerna ucapan Jessie. Tiba-tiba dia tersenyum. “Ucapanmu memang masuk akal.”Sams telah mencelakai Gamma. Itu berarti dia pasti memiliki cara untuk menyingkirkan rasa curiga di hati Sania. Sekarang Sams mengira Ariel telah memegang aib ini, dia pasti akan turun tangan.Ariel berdiri. “Sudahlah, cepat tidur sana. Besok aku bawa kamu keluar.”Jessie merasa kaget. Kemudian, dia pun tersenyum. “Aku merasa kalau aku keluar sama kamu, aku juga nggak akan bisa membantumu. Gimana kalau aku suruh Kak Jody untuk temani kamu ….”Ketika melihat tatapan penuh curiga Ariel, Jessie segera menjelaskan, “Maksudku dia lebih bisa membantumu.”Ariel membalas,
Kening Ariel spontan berkerut. Apa Sams tidak berencana melenyapkan sekuriti yang disogoknya itu? Apa dia memiliki tujuan lain?Pada saat ini, tiba-tiba Jodhiva menerima pesan masuk dari Izza. Ekspresinya kelihatan serius. “Celaka, Sams mengincar Jessie.”Ariel tertegun sejenak. “Apa?” Dia segera memerintah anak buahnya, “Sekarang utus anggota kita ke Geng Markus.”…Jessie sedang menaiki mobil menuju ke Geng Markus. Sebenarnya tujuan utama Jessie adalah untuk membiarkan Jodhiva berdua dengan Ariel. Keberadaan Jessie juga cukup mubazir. Dengan kekuatan Jodhiva, dia pun bisa membantu Ariel untuk menyelesaikan masalah. Jadi, tidak ada gunanya Jessie di sana.Tatapan Jessie tertuju pada luar jendela mobil. Dia menyadari sesuatu. Keningnya spontan berkerut. “Pak, sepertinya jalan ini salah?”Sopir tidak membalas sama sekali. Tiba-tiba dia memarkirkan mobil di samping jalan, lalu membuka kunci pintu mobil.Jessie bergegas menuruni mobil. Pada saat ini, muncul pria di sekeliling mengadang la
“Diberi tahu Jody.”“Kak Jody?” Jessie merasa kaget. Dia menengadah kepala menatap Jules. “Bukannya dia sedang bersama Ariel di kamar dagang?”Jules menurunkan kelopak mata menatap kedua mata indah Jessie. Telapak tangannya mengusap wajah Jessie yang sedikit memucat. Sepertinya dia syok dengan kejadian tadi. “Iya, tapi dia menerima kabar, Sams sedang menargetkanmu. Jadi, dia segera menghubungiku.”Jika Jules datang terlambat, sepertinya Jessie akan terluka.Jessie memegang punggung tangan Jules. Dia dapat merasakan sentuhan kasar di atas pipinya. “Sebenarnya aku juga bisa menghindar dari mereka.”Jules tersenyum tipis. “Tapi ketika melihatmu dalam bahaya. Aku pun kehilangan akal sehatku.”Jessie berbisik, “Apa kamu nggak takut ditusuk pisau itu?”Jules mengecup kening Jessie, lalu beralih mencium sudut matanya. “Bukannya ada Jessie yang menyelamatkanku? Jessie-ku semakin hebat saja.”Jessie mendorongnya. “Kamu lagi menyindirku?”Pada saat ini, Ericko membuka pintu mobil. Ketika melihat
Mereka masih melakukan pengejaran. Jelas sekali mereka ingin menghabisi nyawa Jodhiva dan Ariel.Semakin ke pedalaman, semak-semak semakin lebat lagi. Suara tembakan mengejutkan burung-burung di dalam hutan. Semuanya mengepakkan sayap terbang ke langit. Ariel dan Jodhiva bersembunyi di balik pohon. Pohon ini cukup besar, kebetulan bisa menutupi bayangan tubuh mereka berdua.Tatapan Ariel melintasi ranting pohon. Saat melihat ke belakang, tampak ada beberapa bayangan tubuh sedang melakukan pencarian di sekeliling. Tidak ada jalan lagi di depan sana. Saat ini, mereka sedang berada di pulau. Di ujung sana adalah jurang dan juga laut.Jodhiva mengulurkan tangan ke sisi Ariel. “Berikan senjatamu kepadaku. Aku akan mengalihkan perhatian mereka.”Ariel menatapnya. “Jangan-jangan kamu ingin menembakku?”Jodhiva tersenyum. “Kamu juga bisa menembakku.”Ariel menyerahkan pistol kepadanya, lalu mengeluarkan pisau dari belakang. “Kamu yang hati-hati. Kalau kamu mati di pulau ini, aku tidak bisa be
Jodhiva melompat ke belakang untuk menghindar. Pihak lawan bahkan tidak memberi kesempatan untuk bernapas, mulai mengulurkan tendangan. Kedua tangan Jodhiva yang menahan tendangan itu pun terasa kebas dan gemetar.Si pria berkata dengan arogan, “Hei berengsek, begini saja kemampuanmu?” Amarah di hati si pria membara. Dia pun mengerahkan seluruh tenaganya untuk melawan Jodhiva.Ariel segera menampakkan diri, lalu menggenggam lengan si pria.Si pria bergegas meronta. Dia melayangkan tinjuan ke sisi Ariel. Ariel segera menghindar. Kemudian, tangan Ariel mencengkeram pundak si pria. Dia membanting tubuh si pria ke lantai, lalu menendang si pria.Jodhiva dan Ariel melakukan penyerangan dari depan dan belakang. Si pria merasa semakin kesal lagi segera melakukan perlawanan terhadap mereka berdua.Dengan adanya kekuatan Jodhiva dan Ariel, mereka baru sanggup mengalahkan pria itu. Tidak dipungkiri, kemampuan si pria memang sangat kuat.Si pria dipukul hingga mundur beberapa langkah. Dia mengusa
Raut Tobias menjadi muram. Tangan yang diletakkan di belakang punggung dikepal erat.Jules menatapnya. “Aku curiga orang itu mengutus dua kelompok secara bersamaan. Satu kelompok untuk menghadapi Jessie, kemudian kelompok yang lain turun tangan terhadap Jodhiva.”Orang-orang yang menghadapi Jessie tidak menggunakan senjata apa pun. Jelas sekali mereka tidak menginginkan nyawa Jessie, melainkan ingin menangkap Jessie dalam keadaan bernyawa. Sementara, orang-orang yang turun tangan terhadap Jodhiva dan Ariel adalah lawan tangguh yang ingin merenggut nyawa mereka.Tobias menggertakkan giginya. “Dengan adanya pelajaran sebelumnya, Sams tidak akan berani untuk turun tangan lagi. Jangan-jangan semua ini perintah orang di belakangnya?”Sams pernah mengutus pembunuh bayaran dari Organisasi Skelem sebelumnya, tetapi misinya gagal. Sekarang dia telah memegang kendali di Organisasi Imoana. Jika Sams bertindak gegabah dan gagal lagi, Puzo pasti tidak akan melepaskannya.Jules mengangkat kelopak ma
“Sudah bangun?”Jodhiva memalingkan kepalanya. Dia melihat Ariel sedang duduk di hadapannya sembari memasukkan kayu ke dalam api. Cahaya api unggun menyilaukan wajahnya.Saat ini, Jodhiva menggerakkan bibir keringnya. “Aku sudah pingsan berapa lama?”“Sekitar empat jam.” Ariel melempar termos ke sisi kaki Jodhiva. “Lukamu infeksi. Kamu juga lagi demam. Untung saja ada obat di dalam mobil. Aku sudah menyuntikkan obat pereda demam. Jadi, nyawamu baru berhasil diselamatkan.”Jodhiva mengambil termos, lalu membuka tutupnya.Berhubung gerakan Jodhiva terlalu kuat, luka di lengannya tertarik dan dia pun merasa kesakitan. Jodhiva spontan mengerutkan keningnya. Dia meneguk air itu tanpa bersuara. Kemudian, tatapannya tertuju pada bungkusan yang diletakkan di samping tubuh Ariel. Di dalamnya terdapat beberapa kaleng-kalengan. “Banyak sekali barang di dalam mobilmu.”“Lapar?” Ariel mengambil satu kaleng makanan, lalu menyerahkannya kepada Jodhiva. “Semua ini bukan berasal dari mobilku, tapi dari
Jodhiva berdiri. “Kita tinggalkan tempat ini dulu. Nanti kita baru cari cara untuk keluar dari sini.”Ariel membereskan barang-barangnya, lalu menyapu tumpukan api dengan kakinya. Mereka berdua berjalan pergi dari jalan kecil.Di sisi lain, Dessy sedang membawa anggotanya untuk melakukan pencarian di dalam hutan.Saat Jules berjalan ke lahan kosong, Jodhiva menghentikan langkahnya, lalu berjongkok untuk mengamati.Dessy berjalan ke belakang tubuhnya. “Tuan Muda Jules, ada apa denganmu?”Jules mengusap bagian tanah. “Ada jejak menyalakan api di sini. Kayu ini masih terasa panas.”Dessy merasa syok. “Pasti Tuan Muda!”Jules membangkitkan tubuhnya. “Kita cari cara dulu untuk menghubungi mereka. Setidaknya kamu mesti membuat mereka tahu kalau kita itu anggotanya.”Mereka baru saja meninggalkan tempat ini. Seharusnya mereka mengira mereka adalah pihak lawan. Hanya saja, mereka melarikan diri dengan buru-buru, sepertinya ada yang terluka di antara mereka. Jika tidak, seharusnya mereka akan b