Namun, semua itu tidak dirasakan Jessie sekarang. Jessie hanya merasa sakit hati saja. Dia sungguh kasihan dengan situasi yang mesti dihadapi Jules.Jessie juga pernah kepikiran untuk menemani Jules menghadapi rintangan bersama. Hanya saja, dia tidak ingin menyusahkan Jules.Beberapa saat kemudian, Jessie melepaskan pelukan Jules. Suaranya terdengar agak serak. “Kak Jules, sudah saatnya aku kembali. Kalau Tuan Muda Ariel nggak berhasil menemukanku, nanti dia nggak bisa jelasin kepada Kak Jody.”Jules mencium kening Jessie. Rasa hangat itu terasa sampai di hati Jessie. Jules juga melepaskannya. “Pulang sana. Kamu mesti jaga dirimu dengan baik.”Jessie mengangguk, lalu berjalan keluar tangga darurat.Jules bersandar di dinding, menengadah kepalanya sembari menarik napas dalam-dalam. Tadi Jules sempat kepikiran untuk tidak melepaskan Jessie. Jessie juga berusaha untuk menenangkan dirinya. Saat kembali ke ruangan, Ariel sedang duduk di depan meja, menyantap kue kering dengan santai. “Kena
Suara Ariel terdengar netral. Mungkin juga karena tubuhnya yang kurus. Saat mengenakan pakaian, memang tidak terlihat bentuk tubuhnya, tapi pinggang dan bahu seorang pria biasanya tidak selangsing itu. Bahkan lehernya sangat ramping, tangannya juga tidak besar. Jodhiva tidak berkata apa-apa, entah apa yang sedang dipikirkannya.Jessie mengetuk kepalanya untuk menghentikan khayalannya. “Sudahlah, mungkin aku sudah berpikir kebanyakan.”…Di Kamar Dagang Bardi.Pengawal berpakaian hitam menyeret Rizky ke dalam kantor. Rizky juga tidak tahu sejak kapan dia menyinggung anggota Kamar Dagang Bardi. Dia melihat sosok Bruce yang sedang duduk di sofa sembari bertanya, “Tuan Bruce, apa maksudmu?”“Apa maksudku?” Bruce kepikiran dengan ancaman Puzo tadi pagi. Kalau dia tidak berhasil menemukan petunjuk, nyawanya pun akan melayang. Semakin dipikir-pikir, emosi di hati Bruce semakin membara. “Bos Rizky, kamu hebat sekali, ya. Kamu bahkan berani menukar miras Kamar Dagang Bardi.”Rizky terbengong d
Beberapa saat kemudian, Bruce menerima panggilan dari Puzo.Entah apa yang dikatakan Puzo, Bruce pun membalas dengan tersenyum, “Aku mengerti, kamu tenang saja. Aku pasti akan menangani masalah ini dengan baik.”Setelah panggilan diakhiri, Bruce kembali melayangkan ekspresi galaknya ke sisi Rizky. “Maaf sekali, Bos Rizky. Berhubung rencanamu gagal, Tuan Puzo juga tidak berencana untuk membantumu lagi.”Kali ini, raut wajah Rizky langsung berubah drastis. Dia segera merangkak ke sisi kaki Bruce. “Aku benar-benar telah difitnah. Semua ini jebakan Nona Sania. Aku mohon, tolong beri tahu Tuan Puzo. Beri aku satu kesempatan lagi!”Bruce tidak mengindahkan jeritan Rizky, langsung melambaikan tangannya.Seorang pengawal berjalan ke belakang Rizky. Dia membekap mulut Rizky dengan kuat, kemudian memutar kepalanya. “Krek!” Setelah tidak menyadari respons apa pun dari Rizky lagi, pengawal menyeretnya meninggalkan ruangan.Di pusat pemandian air panas.Pencahayaan di dalam ruangan VIP sangat redup
Gamma mengangkat kepalanya. Raut wajahnya kelihatan sangat datar. “Apa kamu yang menyewa pembunuh dari Organisasi Skelem untuk membunuh Ariel?”Sania sungguh tidak menyangka ayahnya akan mempertanyakan hal ini. Dia sungguh merasa kesal. “Memangnya kenapa kalau semua itu ulahku? Asalkan Ariel mati, kita pun bisa ….”“Dasar berengsek!” Gamma yang gusar itu langsung menjatuhkan cangkir teh ke atas lantai. Dia berdiri, lalu berjalan ke hadapan Sania dan menamparnya.Lagi-lagi Sania ditampar. Dia berusaha untuk menahan rasa sakit di hati. Kedua matanya kelihatan memerah. Namun, dia malah tersenyum saat ini. “Sebegitu takutnya kamu dengan Keluarga Oswaldo? Pantas saja selama ini kamu hanya diinjak-injak oleh Keluarga Oswaldo. Dasar pengecut!”“Tutup mulutmu!”Urat hijau kelihatan menonjol di kening Gamma. “Kamu malah berani membuat onar di area kekuasaan Keluarga Oswaldo? Kamu kira kamu punya kemampuan untuk menghabisi Ariel?”Sania memalingkan kepalanya untuk melihatnya. “Kenapa nggak beran
Ariel mengayunkan cambuknya. “Apa kamu mau belajar?”Jessie tertegun sejenak, lalu menunjuk. “Kamu ingin aku belajar ini darimu?”“Jangan remehkan cambuk ini. Cambuk juga adalah senjata di zaman dulu. Cambuk itu terbagi banyak jenis. Sementara, cambuk di tanganku ini paling cocok untuk pemula sepertimu.”Jessie mengambil cambuk pendek berwarna merah itu. Cambuk ini terbuat dari bahan kulit. Ketika dipegang, tangan pun terasa agak dingin. Apalagi cambuk ini sangat praktis untuk dibawa ke mana-mana, bentuknya juga sangat cantik.Ariel menyipitkan matanya sembari tersenyum. “Kalau kamu suka, aku bisa hadiahkan kepadamu.”Jessie tertegun sejenak. “Apa bagus seperti itu ….”Ariel memasukkan cambuk ke tangannya. “Kenapa kamu sungkan sekali! Ambillah! Aku akan suruh Dessy untuk mengajarimu teknik mencambuk. Asalkan kamu rajin belajar, aku jamin kamu bisa menguasai teknik mencambuk hanya dalam waktu satu bulan.”Jessie menggenggam cambuk pendek itu sembari menggigit bibir bawahnya.Saat Izza m
Jodhiva tersenyum. “Tuan Muda Ariel baik juga terhadap adikku.”Ariel mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Siapa suruh aku suka sama dia.”Usai berbicara, dia menatap Jessie yang masih bersemangat itu sembari berdecak. “Dia sangat cantik, imut, dan lugu. Alangkah bagusnya jika dia bisa menjadi istriku.”Jodhiva menatap Ariel dengan tatapan dalam. “Secepat itu Tuan Muda Ariel melupakan Nona Candy?”Ariel menatap Jodhiva dengan ekspresi agak bingung. “Sepertinya Tuan Muda Jody tidak bisa melupakan Nona Candy?”“Sedikit,” balas Jodhiva dengan acuh tak acuh. Kemudian, dia mengangkat kelopak matanya untuk melirik Ariel sekilas. “Meskipun malam itu gelap, entah kenapa aku merasa familier dengan wajah Nona Candy.”Ariel melipat kedua lengan di depan dadanya. “Jangan-jangan Tuan Muda Jody selalu merasa familier terhadap semua wanita yang baru pertama kali kamu jumpai?”Jodhiva tidak berbicara.Kedua pasang mata saling bertemu. Tiba-tiba Jessie yang jatuh itu mengalihkan perhatian mere
Kabar mendadak ini sungguh mengagetkan Ariel dan juga Jodhiva.Tobias berjalan ke sisi meja baca, lalu duduk di depannya. Raut wajahnya kelihatan muram. “Sepertinya apa yang aku khawatirkan itu benar.”Ariel bertopang dagu sembari merenung. “Jangan-jangan Sania ….”“Aku tidak berani memastikan dia pelakunya,” balas Tobias, “Jika Sania benar-benar sadis, tega membunuh ayahnya demi mendapatkan kekuasaan, dia pasti sudah turun tangan sejak dulu. Aku curiga masalah ini ada hubungannya dengan orang di sisinya.”Sebelumnya orang di sisi Sania mengeluarkan ide untuk menyewa pembunuh bayaran Organisasi Skelem demi membunuh Ariel. Bisa jadi, dia juga ingin membunuh Gamma.Gamma adalah pemimpin dari Organisasi Imoana. Setelah dia mati, kekuasaan Organisasi Imoana otomatis akan jatuh ke tangan Sania. Orang itu berharap Sania bisa meneruskan posisi Gamma.Jodhiva mengangkat kelopak matanya. “Aku merasa Sams patut dicurigai. Bisa jadi masalah ini ada hubungannya dengan dia.”Tobias mengangguk. “Aku
Raut wajah Sams spontan berubah. Hanya saja, dia tidak begitu mengekspresikannya.Kali ini, raut wajah Sania juga tidak begitu bagus. “Kenapa ayahku bisa dibunuh? Apa Keluarga Oswaldo nggak jelas?”Tobias langsung tersenyum. “Apa masalah itu ada hubungannya dengan Keluarga Oswaldo?”Sania mendengus dingin. “Seandainya kalian tidak menjebak Klub Doras, menjadikan ayahku sebagai kambing hitam, apa mungkin ayahku akan dibunuh?”“Oh?” Tobias mengangguk. “Ternyata gara-gara masalah Klub Doras. Semua ini semakin aneh saja. Apa hubungannya masalah Klub Doras dengan Organisasi Imoana?”Sams langsung memutarbalikkan fakta. “Seandainya bukan karena kalian menahan miras Klub Doras, lalu menyamar sebagai anggota Organisasi Imoana untuk menukarkannya dengan miras milik Kamar Dagang Bardi, apa mungkin Bos Gamma akan mati!”Lagi-lagi Tobias tersenyum. “Maksudmu, kematian Gamma ada hubungannya dengan Tuan Puzo?”Raut wajah Sams langsung berubah. “Apa yang lagi kamu katakan ….”“Jangan-jangan pemahaman
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me