Ariel melompat dan berputar di udara. Dia merebut tongkat, lalu mengadang serangan yang datang dengan menendang kaki lawannya dan mematahkan lengannya. Pria itu menjerit kesakitan dan tidak bisa bergerak lagi. Ariel mendorongnya ke samping, memutar tongkat di tangannya dengan lincah, kemudian melirik ke arah orang-orang yang hendak mendekat. “Tunggu apa lagi? Ayo, lawan aku secara bersamaan.”Sekelompok orang itu langsung menyerang Ariel secara bersamaan. Ariel melangkah maju, mendekati orang yang berada di paling depan. Dia menggunakan cincinnya untuk menangkis serangan, kemudian menyapu orang-orang di sekitarnya dengan tongkat di tangannya. Gerakan Ariel sangat gesit. Dia menghindari serangan mendadak dan menghantam keras tongkat besi ke paha dan lengan lawannya. Ketika mendengar suara tulang yang patah, orang itu pun jatuh pingsan di tempat.Ariel dan Dessy berada di tengah-tengah. Orang berpakaian hitam yang mengalami cedera sudah tidak sanggup untuk berdiri lagi. Pada saat ini,
Jodhiva tertegun sejenak. Tiba-tiba dia tersenyum. “Apa Tuan Muda Ariel sedang memerintahku?”Padahal Jodhiva hanya datang untuk menyaksikan keramaian, sekaligus membantunya saja. Sekarang Jodhiva malah diperintah?Ariel membuka pintu mobil sembari tersenyum. “Lagi pula, kamu sudah datang dan juga sudah mengulurkan bantuan, untuk apa kamu peduli dengan masalah sepele seperti ini? Ayo, yang cepat! Apa kamu tidak lihat dia lagi berdarah?”Dessy sungguh kehabisan kata-kata. Kenapa dia bisa berdarah? Sepertinya Ariel lebih paham daripada yang lain?Jodhiva menghela napas tanda tidak berdaya. Dia terpaksa membantu Dessy membawa pria itu ke dalam mobil. Ariel menyuruh Dessy untuk membawa orang itu pergi dulu. Kemudian, dia memanggil anak buah lainnya untuk membereskan yang lain.Ariel mengikat orang-orang itu. Setelah selesai, dia langsung duduk di mobil baris belakang Jodhiva. Kemudian, dia dengan santainya menganggap Jodhiva sebagai sopir. “Jalan!”Jodhiva hanya bisa tersenyum saja. Dia me
“Kalau Tuan Muda Jody tidak bawa uang bawa ke sini, semuanya juga bukan masalah.” Ariel mengeluarkan selembar cek kosong dari sakunya, lalu meletakkannya di hadapan Jodhiva. “Ada bank kok di pulau ini.”Ujung bibir Jessie berkedut. Kenapa dia merasa Ariel sedang berusaha untuk mengorek uang dari dompet abangnya?Jodhiva menjepit cek kosong dengan kedua jarinya. “Apa kamu yakin?”Ariel mengangguk dengan yakin.Jantung Jessie seketika berdebar kencang. Dia menatap Ariel dengan tatapan kasihan.Jerremy adalah tipikal orang yang pelit. Siapa pun tidak bisa mendapatkan sepeser pun dari dompetnya. Namun, berbeda dengan Jodhiva. Jika ada yang mengambil uang dari dompet Jodhiva, orang itu mesti membayarnya sepuluh kali lipat!Kelihatannya Ariel cukup pintar. Apa dia percaya Jodhiva rela mengeluarkan uangnya begitu saja?Sore harinya, Tobias buru-buru pulang ke rumah. Dia telah mengetahui kabar Ariel diserang secara mendadak. Dia juga sudah mengutus anak buahnya untuk menyelidiki asal-usul peny
“Seharusnya saat ini Bos Klub Doras masih belum berani memberi tahu masalah minuman keras mereka ditahan kepada Puzo. Jam delapan malam nanti, stok minuman keras untuk Kamar Dagang Bardi akan tiba di pelabuhan kawasan barat daya.”“Asalkan kita bisa tiba sebelum jam delapan, menyamar sebagai anggota Kamar Dagang Bardi, lalu mengarahkan kapal mereka ke pelabuhan kita, sedangkan kapal kita diarahkan ke pelabuhan barat daya, kita bisa melakukan penukaran tanpa ketahuan oleh siapa pun.”Dessy merasa tindakan itu sangat berisiko tinggi. “Apa kamu yakin?”“Kapal distributor hanya peduli dengan masalah uang saja. Mereka hanya perlu mengantar barang sampai ke tujuan yang dijanjikan. Setelah melakukan serah terima, pekerjaan mereka pun selesai.” Ariel mengambil handuk, lalu berdiri dari bathtub. Dia membungkus tubuh basahnya. Kemudian, Ariel melanjutkan, “Puzo baru saja memonopoli distributor, apalagi orang yang mengantar stok juga tidak kenal dengan anggota Kamar Dagang Bardi. Asalkan orang u
Pengawal mendorong pintu klub. Hari ini klub tidak beroperasional. Selain pelayan di klub, tidak ada tamu di dalamnya.Pelayan segera berjalan mendekatinya. “Maaf, Nona. Malam ini kami tidak beroperasional.”Ariel melilit rambut panjangnya. Setiap gerakannya kelihatan sangat menggoda. Bahkan, pelayan juga tertegun di tempat. “Aku bukan datang untuk minum. Aku ingin cari bos kalian. Mohon sampaikan kepadanya.”Pelayan pergi menyampaikan. Saat ini, Rizky sedang sakit kepala dengan masalah stok minuman keras yang ditahan oleh Keluarga Oswaldo. Ketika mendengar ada yang ingin mencarinya, Rizky langsung meningkatkan kewaspadaannya. “Siapa?”“Seorang wanita.” Rizky diam-diam menghela napas lega. Semuanya boleh mencarinya, selain anggota Keluarga Oswaldo.Ariel sedang menunggu di dalam ruangan VIP. Saat Rizky membuka pintu ruangan, dia spontan terbengong.Wanita yang sedang duduk di sofa kelihatan sangat menggoda. Hanya dengan sekilas mata saja, Rizky pun tidak bisa melupakan sosok wanita ca
Ujung bibir delima Ariel melengkung ke atas. “Musuhnya musuh itu teman. Seharusnya Bos Rizky nggak berharap sumber penghasilanmu terputus hanya karena Keluarga Oswaldo, ‘kan?”Kali ini, Rizky mulai merasa bimbang.Ariel memanggil pengawalnya ke dalam ruangan. Mereka membawa masuk satu demi satu kotak kardus yang dipersiapkan tadi ke dalam, lalu meletakkannya di atas meja. Ada satu kotak kardus dalam keadaan terbuka.Ariel mengeluarkan sebotol anggur merah. “Apa kamu ingin melihatnya?”Rizky mengambilnya. Setelah melihat dengan saksama, dia pun merasa syok. “Ini ….”Senyuman di wajah Ariel semakin lebar lagi. “Semua ini adalah miras yang kamu pesan sebelumnya. Jujur saja, Nona Sania punya banyak mata-mata di pelabuhan. Mereka telah banyak membantu.”Rizky sungguh tidak menyangka orang yang mengulurkan tangan untuk membantunya adalah Sania.Ariel mengangkat-angkat alisnya. “Gimana?”“Bagus, bagus sekali!” Tiba-tiba Rizky kepikiran sesuatu. Ekspresinya berubah kaku. “Tapi, bagaimana kalia
Saat mobil berhenti di depan Kediaman Keluarga Oswaldo, langit pun telah gelap. Pembantu juga sudah tidur semuanya.Dessy membukakan pintu untuk Ariel. Setelah menuruni mobil, Ariel bergegas ke dalam rumah. Namun hal yang paling tidak kusangka adalah ada tamu tidak diundang di rumah. Kebetulan orang itu berpapasan dengan Ariel.Lantaran pencahayaan di dalam rumah cukup gelap, tidak dapat terlihat jelas wajah orang itu. Napas Ariel tiba-tiba berhenti. Dia tidak sempat merespons dalam sesaat.Jodhiva menatap wanita berpakaian tipis dan riasan tebal di depannya sembari merenung. Ariel spontan menutup setengah wajahnya. Telapak tangannya dipenuhi dengan keringat dingin.Ariel lupa bahwa Jodhiva tinggal di rumahnya.“Tuan ….” Saat Dessy melihat Jodhiva, dia juga merasa syok berat. Dia segera berlari ke depan, membungkus Ariel dengan syal bulu. “Nona, dia adalah Tuan Muda Jodhiva, temannya Tuan Muda Ariel.”Kening Jodhiva berkerut. Tatapannya masih tertuju pada wajah si wanita. Dia tersenyum
Ariel menatap Jodhiva dengan tertawa. “Bukannya wajar kalau aku hidupi seorang wanita? Dia anaknya pemalu. Jadi, dia sudah pergi sebelum matahari terbit.”Pengurus rumah yang berdiri di belakang merasa bingung. “Tuan Muda, aku sudah bangun di subuh hari. Kenapa aku tidak melihat ada wanita yang meninggalkan rumah ….”Ariel menoleh untuk memelototinya. Namun, pengurus rumah merasa bingung.Jodhiva hanya tersenyum dan tidak berbicara sama sekali.Biasanya Ariel bukanlah tipe orang yang tertutup. Mengenai hal itu, Tobias sangat memahaminya dibandingkan dengan siapa pun. Ketika melihat Ariel yang sedikit gugup itu, sepertinya Tobias bisa menebak apa yang telah terjadi. Raut wajahnya menjadi serius. Dia mengalihkan topik pembicaraan. “Apa kamu sudah menemukan petunjuk mengenai orang-orang yang turun tangan terhadapmu?”“Sementara ini masih belum. Tapi orang yang berani beronar terang-terangan di area kekuasaan Keluarga Oswaldo, seharusnya adalah orang yang direkrut dari area kekuasaan Puzo.
Saat Wika sedang berpikir bagaimana menjelaskan masalah ini kepada Sissae, dia menyadari mobil melaju ke tempat yang sangat terpencil. Pada saat ini, Wika baru menyadari ada yang aneh. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Ini bukan jalan ke rumahku?”Pengurus rumah pria yang sedang menyetir tidak berbicara.Wika semakin gugup lagi. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu langsung menarik kemeja si pria. “Kamu mau bawa aku ke mana? Berhenti!”Mobil bergoyang dengan kencang. Pengurus rumah pria segera menginjak pedal rem, lalu menepis tangan pengurus rumah.Wika jatuh duduk di baris belakang. Kali ini pengurus rumah baru segera menghentikan mobil di samping.Saat kunci pintu mobil terbuka, Wika segera melarikan diri untuk menuruni mobil. Dia bahkan tidak peduli dengan kopernya lagi.Ketika menyadari tidak ada yang mengejarnya, Wika mengira dirinya sudah berhasil melarikan diri. Siapa sangka di depan sana, ada beberapa mobil sedang menghalangi langkahnya.Lampu mobil menyilaukannya.B
Pengurus rumah mengangguk. “Baik.”Setelah dia pergi, Jules mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jerremy. Beberapa saat kemudian, terdengar suara Jerremy dari ujung telepon. “Kenapa kamu tidak tidur di tengah malam? Untuk apa kamu telepon aku?”“Sudah terjadi sesuatu. Sepertinya kamu perlu ke rumah sakit.”Dua puluh menit kemudian, Dacia dan Jerremy sudah tiba di rumah sakit. Jules sedang menunggu di koridor. “Ada apa dengan adikku?”Jules membalas, “Jessie baik-baik saja. Hanya saja, sudah terjadi sesuatu dengan Miya.”Dacia tertegun sejenak. “Miya?”Jules menceritakan kronologis cerita kepada mereka. Setelah Dacia mendengarnya, raut wajahnya berubah muram. “Pasti ada masalah dengan pengurus rumah wanita itu. Aku sudah menyadari ada yang aneh sama dia saat pertama kali bertemu.”Jerremy berjalan mendekati Jules. “Jules, untung saja Jessie baik-baik saja. Kalau tidak, aku pasti tidak akan melepaskanmu.”“Aku tahu.” Jules kelihatan sangat tenang. “Aku akan mencari dalang di balik pe
Kaki Jessie terasa lemas. Dia langsung jatuh ke dalam pelukan Jules. Jules pun segera memapahnya.Setelah dokter meninggalkan tempat, Jessie segera memasuki kamar pasien. “Miya!”Miya sedang berbaring di atas ranjang sembari diinfus. Raut wajahnya tidak sepucat tadi lagi. Hanya saja, dia masih tetap kelihatan lemas. “Bos, aku baik-baik saja ….”Jessie bertanya, “Miya, coba kamu beri tahu aku, kamu makan obat apa?”Miya merasa sangat bingung. “Obat? Aku nggak lagi makan obat.”Jessie menatapnya dengan saksama. Sepertinya Miya tidak sedang berbohong. Seandainya dia sedang mengonsumsi obat, tidak mungkin dia tidak tahu obat apa yang sedang dikonsumsinya. Namun, jika Miya tidak mengonsumsi obat, bagaimana dia bisa ….Miya berkata, “Aku hanya mulai merasa nggak enak badan setelah makan.”Raut wajah Jessie langsung berubah. “Makanan yang kamu bawa ke kamarku?”Miya mengangguk. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Untung saja bukan kamu yang makan. Kalau nggak, aku pasti akan mencelakaimu. Tapi
Jules membuka pintu kamar. Saat ini, Jessie sedang duduk bersandar di atas sofa sembari menonton film. Dia memang tidak memiliki selera makan, tapi dia masih bisa ngemil keripik.Jules menggantung jas, lalu melipat lengan kemejanya ke atas. Dia berjalan ke sisi Jessie. “Selera makanmu lumayan bagus hari ini.”Jessie menjilat ujung bibirnya. “Hari ini aku makan mie masakan Miya. Aku menghabiskannya.”Jules tertawa sembari mencubit pipi gendutnya. “Jadi, enakan masakan aku atau masakan dia?”Jessie menegakkan tubuhnya. “Kamu malah mau dibandingkan sama dia?”Jules menggendong Jessie, membiarkannya duduk di atas paha. Kemudian, dia mulai membelai rambut Jessie. “Jawab pertanyaanku.”Jessie melirik keripik kentang, lalu melingkari leher Jules. “Kamu malah cemburu sama seorang wanita?”“Tentu saja.”Jessie tertawa. “Masakan suamiku juara satu di dunia ini, puas?”Jules mencium pipi Jessie. Dia sungguh bahagia saat ini. “Mulutmu memang manis.”“Suamiku, hari ini kamu masih mau dirias, nggak?
“Oke.” Filbert langsung maju untuk menarik Sissae. Sissae pun menjerit, “Coba saja kalau kamu berani! Jules, kalau kamu berani bersikap seperti ini sama aku, itu berarti kamu mau melawan Keluarga Taylor!”Meski Sissae menjerit, tetap saja tidak ada yang menghiraukannya.Hingga Sissae dibawa keluar gedung perusahaan, dia baru terdiam. Betapa inginnya dia membakar gedung itu. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia pasti tidak akan melepaskan mereka!Sissae berkata dengan galak, “Mengenai Jules, aku punya cara agar kamu bisa menyelamatkannya!”Di sisi lain, di Vila Laguna.Miya sudah selesai mempersiapkan makan malam. Dia mengantar makan malam ke lantai atas. Begitu pintu kamar dibuka, Miya berkata, “Bos, makan malam sudah selesai.”Jessie menatap makan malam yang begitu mewah. Dia mulai merasa mual lagi. Miya menatapnya. “Bagaimana sekarang? Apa kamu masih mual-mual? Padahal aku sudah memasukkan perasan buah lemon.”Jessie bersandar di sofa. “Aku masih saja nggak
Jules menyipitkan matanya sembari memikirkan sesuatu. “Dia pergi bertemu dengan seorang wanita?”Filbert mengusap dagunya. “Aku juga tidak tahu apa yang lagi mereka obrolkan. Mereka kelihatan sangat misterius, tapi pasti bukan hal bagus.”Pintu diketuk. Filbert berdiri, lalu pergi membukakan pintu. Orang yang berada di luar pintu adalah Sissae.Sissae mengabaikan Filbert, lalu memeluk dokumen berjalan ke dalam ruangan. “Yang Mulia.”Sissae menyerahkan dokumen kepada Filbert. Jules tidak mengambilnya. “Keluar setelah letakkan di atas meja.”Setelah meletakkannya, Sissae pun membungkukkan tubuhnya sembari tersenyum. Dia membungkukkan setengah tubuhnya ke sisi Jules. “Apa perlu Yang Mulia bersikap sekejam ini? Waktu itu, aku memang nggak seharusnya mengancammu dengan nama ayahku. Aku bersalah. Aku minta maaf terhadap Yang Mulia.”Filbert yang berdiri di depan pintu pun merinding. Suara manja si wanita membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.Jules mengangkat kelopak matanya. Dia tidak berge
Mie itu kelihatan sangat enak, aromanya juga wangi. Lantaran kepikiran Jessie sedang kehilangan selera makan, dia sengaja meletakkan dua lembar lemon di atas mie.Mangkuk diletakkan di hadapan Jessie. “Bos, coba lihat.”Jessie mengendus aroma wangi mie yang bercampur aduk dengan aroma segar buah lemon. Dia pun tidak sabaran segera mencicipinya. Rasa asam lemon berpadu dengan sup yang kental dan gurih. Selera makan Jessie langsung membaik. Tekstur mie juga sangat kenyal, tidak keras sama sekali.Miya melihat Jessie yang tidak berhenti menyantap masakannya. “Gimana? Apa cocok dengan seleramu?”Jessie mengangguk, lalu mengacungkan jempol. “Enak sekali! Sekarang aku nggak merasa mual. Bagaimana kamu bisa melakukannya?”Bahkan, pelayan rumah juga tidak percaya dengan mata mereka.Bagaimanapun, koki yang direkrut adalah koki dari hotel berbintang. Apalagi berhubung Jessie sedang hamil, selera makannya sangat buruk. Biasanya dia selalu memuntahkan semua makanannya.Berbeda dengan sekarang, Je
Pelayan itu mengangkat kepalanya dengan perlahan. “Gimana kalau aku telepon Bu Wika untuk segera kemari?”Jessie tersenyum. “Nggak usah. Aku nggak sanggup untuk memanggilnya kemari.” Usai berbicara, Jessie pergi ke dapur. Miya segera menghalanginya. “Kamu mau ngapain?”“Bikin sarapan sendiri.”“Nggak boleh!” Miya menarik Jessie, lalu menyuruhnya untuk duduk di ruang makan. “Meski nggak ada koki, masih ada aku, kok. Aku pernah menjadi koki di restoran. Tenang saja, meski sudah lama aku nggak memasak, aku jamin rasanya pasti enak!”Kemudian, Miya memasuki dapur dengan lenggak-lenggok.Kedua pelayan khawatir Miya akan mengacaukan dapur. Hanya saja, berhubung ada majikan mereka di sini, mereka juga tidak berani mengatakan apa pun. Mereka berdua saling bertatapan, lalu memberi isyarat mata.Pelayan yang satu lagi segera pergi ke halaman untuk menghubungi Wika. “Bu Wika, kamu cepat kembali. Nyonya sudah bangun dan sangat marah. Kalau sampai Tuan tahu, kami pasti akan dipecat.”Di sisi lain,
“Iya, dia memang cocok untuk menjadi pengurus rumah.” Jessie menunduk. “Tadi ketika Dacia cari aku, dia menghalangi Dacia, nggak izinin Dacia untuk ketemu sama aku. Ketika aku mau Miya tinggal di rumah, dia juga suruh aku minta izin sama kamu. Aku tahu dia itu orang yang kamu rekrut. Wajar kalau dia dengar apa katamu. Tapi, aku merasa aku dipojokkan bagai aku itu orang luar di rumah ini. Aku nggak bisa melakukan keputusan apa pun dengan bebas.”Hati Jules terasa tegang. Dia memangku Jessie, lalu berkata, “Kenapa kamu berpikir sembarangan?” Jules mendekatinya. Napas hangat mengenai pipi Jessie. “Kalau kamu tidak suka, lain kali kamu tidak usah dengar apa katanya. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi, kalau kamu mau keluar rumah, kamu mesti dikawal oleh pengawal.”Usai berbicara, Jules memeluk Jessie. “Aku benar-benar takut kamu bosan di rumah. Jessie, aku tidak berharap kamu tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, aku ….”Jessie menatap Jules. “Apa yang