Saat mobil berhenti di depan Kediaman Keluarga Oswaldo, langit pun telah gelap. Pembantu juga sudah tidur semuanya.Dessy membukakan pintu untuk Ariel. Setelah menuruni mobil, Ariel bergegas ke dalam rumah. Namun hal yang paling tidak kusangka adalah ada tamu tidak diundang di rumah. Kebetulan orang itu berpapasan dengan Ariel.Lantaran pencahayaan di dalam rumah cukup gelap, tidak dapat terlihat jelas wajah orang itu. Napas Ariel tiba-tiba berhenti. Dia tidak sempat merespons dalam sesaat.Jodhiva menatap wanita berpakaian tipis dan riasan tebal di depannya sembari merenung. Ariel spontan menutup setengah wajahnya. Telapak tangannya dipenuhi dengan keringat dingin.Ariel lupa bahwa Jodhiva tinggal di rumahnya.“Tuan ….” Saat Dessy melihat Jodhiva, dia juga merasa syok berat. Dia segera berlari ke depan, membungkus Ariel dengan syal bulu. “Nona, dia adalah Tuan Muda Jodhiva, temannya Tuan Muda Ariel.”Kening Jodhiva berkerut. Tatapannya masih tertuju pada wajah si wanita. Dia tersenyum
Ariel menatap Jodhiva dengan tertawa. “Bukannya wajar kalau aku hidupi seorang wanita? Dia anaknya pemalu. Jadi, dia sudah pergi sebelum matahari terbit.”Pengurus rumah yang berdiri di belakang merasa bingung. “Tuan Muda, aku sudah bangun di subuh hari. Kenapa aku tidak melihat ada wanita yang meninggalkan rumah ….”Ariel menoleh untuk memelototinya. Namun, pengurus rumah merasa bingung.Jodhiva hanya tersenyum dan tidak berbicara sama sekali.Biasanya Ariel bukanlah tipe orang yang tertutup. Mengenai hal itu, Tobias sangat memahaminya dibandingkan dengan siapa pun. Ketika melihat Ariel yang sedikit gugup itu, sepertinya Tobias bisa menebak apa yang telah terjadi. Raut wajahnya menjadi serius. Dia mengalihkan topik pembicaraan. “Apa kamu sudah menemukan petunjuk mengenai orang-orang yang turun tangan terhadapmu?”“Sementara ini masih belum. Tapi orang yang berani beronar terang-terangan di area kekuasaan Keluarga Oswaldo, seharusnya adalah orang yang direkrut dari area kekuasaan Puzo.
“Nggak usah,” sela Jessie, “Aku nggak ingin menambah masalahnya. Yang penting, sekarang aku tahu kalau dia baik-baik saja.”Ariel hanya tersenyum dan tidak berbicara. Jessie memang sangat lugu dan imut. Dia bahkan bisa berpikir di posisi orang lain. Sungguh berbeda dengan abangnya yang satu itu!Seandainya Ariel memiliki adik perempuan seperti ini, meski harus menjual seluruh harta kekayaannya, Ariel juga rela melakukannya demi memanjakannya.Di sisi lain, Jules sedang memeriksa laporan keuangan di ruang baca. Dia menyadari selama beberapa tahun ini, ada aliran dana Geng Markus yang tidak jelas di saat kelola Organisasi Imoana. Nominal setiap transaksi tidaklah kecil. Total sekitar delapan miliar.Jules memanggil Ericko ke dalam ruangan. Ericko Oswaldo adalah orang yang diutus Tobias untuk membantu Jules. Jules menyerahkan laporan keuangan kepada Ericko. “Coba kamu selidiki ke mana perginya dana itu.”Ericko mengambil laporan keuangan sembari mengangguk. “Baik.”Tak lama setelah Ericko
Jessie merasa cukup kaget. Dia pernah melihat pertunjukan musik sebelumnya, hanya saja gambaran seperti sekarang ini biasanya hanya dijumpainya di dalam televisi saja.Ariel mengangkat gelas tehnya sembari bersandar di sisi meja. “Teh wangi dipadukan dengan alunan musik yang dimainkan oleh wanita cantik. Rasanya memang nikmat sekali.”Jessie memalingkan kepalanya melihat ke sisi Ariel. “Kamu memang pintar dalam menikmati hidup.”Ariel mengembus uap panas teh, lalu berkata, “Selagi kita masih hidup, bukannya kita harus belajar untuk menikmati hidup? Aku merasa kamu sudah bosan di rumah melulu, makanya aku bawa kamu untuk datang ke sini. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu datang sia-sia ke Pulau Persia.”Jessie menyesap tehnya. “Keluarga Oswaldo seperti sedang hidup bersembunyi saja di Pulau Persia.”“Semua itu karena kakekku.” Ariel melambaikan tangannya. “Anggota keluargaku imigrasi ke pulau. Dia tidak suka dengan selalu mengikuti gaya barat. Jadi, dia sengaja meninggalkan gaya trad
Jules mengerutkan keningnya. “Bagaimana kalau aliran dana itu sudah berhasil diselidiki?”Tobias menyesap teh dengan perlahan. Tatapannya tertuju pada atas meja. Beberapa saat kemudian, dia membuka mulutnya dengan perlahan. “Kalau begitu, area kekuasaan Keluarga Oswaldo tidak bisa menampung mereka lagi.”Usai berbicara, Tobias kembali melanjutkan, “Oh ya, sekalian bantu aku untuk awasi Sania dan orang di sekitarnya. Aku curiga, masih ada hal lain yang dilakukan Keluarga Imoana. Bahkan, Gamma sendiri juga tidak tahu.”Jessie berdiri di depan pintu. Dia tidak mengetuknya dari tadi karena sedang mendengar isi percakapan orang di dalam ruangan.Saat Jessie merasa ragu, tiba-tiba terdengar suara pelayan dari belakang. “Nona, apa kamu tamu di ruangan VIP ini? Apa kamu butuh bantuan?”Jessie terkejut hingga tubuhnya merinding. Dia segera melambaikan tangannya. “Nggak ada.” Kemudian, Jessie bergegas melarikan diri.Kebetulan Jules sedang membuka pintu. Pelayan berdiri di tempat melihat arah pe
Namun, semua itu tidak dirasakan Jessie sekarang. Jessie hanya merasa sakit hati saja. Dia sungguh kasihan dengan situasi yang mesti dihadapi Jules.Jessie juga pernah kepikiran untuk menemani Jules menghadapi rintangan bersama. Hanya saja, dia tidak ingin menyusahkan Jules.Beberapa saat kemudian, Jessie melepaskan pelukan Jules. Suaranya terdengar agak serak. “Kak Jules, sudah saatnya aku kembali. Kalau Tuan Muda Ariel nggak berhasil menemukanku, nanti dia nggak bisa jelasin kepada Kak Jody.”Jules mencium kening Jessie. Rasa hangat itu terasa sampai di hati Jessie. Jules juga melepaskannya. “Pulang sana. Kamu mesti jaga dirimu dengan baik.”Jessie mengangguk, lalu berjalan keluar tangga darurat.Jules bersandar di dinding, menengadah kepalanya sembari menarik napas dalam-dalam. Tadi Jules sempat kepikiran untuk tidak melepaskan Jessie. Jessie juga berusaha untuk menenangkan dirinya. Saat kembali ke ruangan, Ariel sedang duduk di depan meja, menyantap kue kering dengan santai. “Kena
Suara Ariel terdengar netral. Mungkin juga karena tubuhnya yang kurus. Saat mengenakan pakaian, memang tidak terlihat bentuk tubuhnya, tapi pinggang dan bahu seorang pria biasanya tidak selangsing itu. Bahkan lehernya sangat ramping, tangannya juga tidak besar. Jodhiva tidak berkata apa-apa, entah apa yang sedang dipikirkannya.Jessie mengetuk kepalanya untuk menghentikan khayalannya. “Sudahlah, mungkin aku sudah berpikir kebanyakan.”…Di Kamar Dagang Bardi.Pengawal berpakaian hitam menyeret Rizky ke dalam kantor. Rizky juga tidak tahu sejak kapan dia menyinggung anggota Kamar Dagang Bardi. Dia melihat sosok Bruce yang sedang duduk di sofa sembari bertanya, “Tuan Bruce, apa maksudmu?”“Apa maksudku?” Bruce kepikiran dengan ancaman Puzo tadi pagi. Kalau dia tidak berhasil menemukan petunjuk, nyawanya pun akan melayang. Semakin dipikir-pikir, emosi di hati Bruce semakin membara. “Bos Rizky, kamu hebat sekali, ya. Kamu bahkan berani menukar miras Kamar Dagang Bardi.”Rizky terbengong d
Beberapa saat kemudian, Bruce menerima panggilan dari Puzo.Entah apa yang dikatakan Puzo, Bruce pun membalas dengan tersenyum, “Aku mengerti, kamu tenang saja. Aku pasti akan menangani masalah ini dengan baik.”Setelah panggilan diakhiri, Bruce kembali melayangkan ekspresi galaknya ke sisi Rizky. “Maaf sekali, Bos Rizky. Berhubung rencanamu gagal, Tuan Puzo juga tidak berencana untuk membantumu lagi.”Kali ini, raut wajah Rizky langsung berubah drastis. Dia segera merangkak ke sisi kaki Bruce. “Aku benar-benar telah difitnah. Semua ini jebakan Nona Sania. Aku mohon, tolong beri tahu Tuan Puzo. Beri aku satu kesempatan lagi!”Bruce tidak mengindahkan jeritan Rizky, langsung melambaikan tangannya.Seorang pengawal berjalan ke belakang Rizky. Dia membekap mulut Rizky dengan kuat, kemudian memutar kepalanya. “Krek!” Setelah tidak menyadari respons apa pun dari Rizky lagi, pengawal menyeretnya meninggalkan ruangan.Di pusat pemandian air panas.Pencahayaan di dalam ruangan VIP sangat redup