Namun pada saat ini, Jerremy bersikap layaknya seorang kekasih menemani Dacia di rumah. Dia khawatir Dacia kedinginan. Dia menyelimuti tubuh si wanita rapat-rapat. Kemudian, dia juga khawatir Dacia akan merasa tidak nyaman lantaran sedang mengandung. Semalaman ini Jerremy tidak berani tertidur sama sekali. Jerremy yang tidak terbiasa untuk melayani orang lain itu, malah mulai pintar dalam melayani orang lain.Beberapa saat kemudian, Dacia menyipitkan matanya untuk menatap Jerremy. “Kamu pergi sibuk sana. Aku nggak kenapa-napa, kok.”Telapak tangan Jerremy menutup mata Dacia. “Cerewet! Pejamkan matamu. Istirahat sana.”“Jerry.” Rasa kantuk mulai menyerang. Hanya saja, Dacia berusaha untuk melebarkan matanya. Dia berkata dengan perlahan, “Aku nggak pernah kepikiran untuk gugurin anak ini ….”Jerremy menundukkan kepalanya untuk menatap Dacia. Ketika melihat Dacia sengaja menjelaskan di saat dirinya merasa mengantuk, Jerremy pun tersenyum tidak berdaya. Dia membungkukkan tubuhnya, mengesa
Hanya saja, selama Jules tinggal di Negara Makronesia, Lidya juga tidak turun tangan terhadap Keluarga Tanzil.Jules melayangkan tatapan tajam. “Selama ada Kakek, dia tidak berani berbuat apa-apa terhadap Keluarga Tanzil. Justru karena aku sedang tidak berada di Negara Hyugana, akan lebih gampang baginya untuk menghabisiku daripada menghabisi anggota Keluarga Tanzil.”Kali ini, Derrick merasa ucapan Jules cukup masuk akal.Jules sedang berada di daerah kekuasaan orang lain. Jika terjadi sesuatu dengan Jules, Lidya dan Tom pasti akan merasa puas dengan hasil akhir itu.Intinya, tidak peduli apa pun motif yang disembunyikan Lidya, mereka mesti meningkatkan kewaspadaannya.Saat menjelang malam, seluruh kota dihiasi dengan lampu.Jerremy kembali ke rumahnya. Dia menuruni mobil, lalu bergegas ke dalam vila. Dari mulut pengurus rumah, diketahui bahwa Claire sedang berada di ruang baca. Jadi, Jerremy segera naik ke lantai atas.Claire sedang fokus dalam melukis desainnya. Tiba-tiba dia menden
Jerremy menunduk untuk menatap Dacia. Dari ekspresinya, dapat diketahui bahwa dia sangat mengkhawatirkan anak kecil itu. Itulah sebabnya Dacia kelihatan patah semangat dan tidak berdaya.Beberapa saat kemudian, Jerremy membalas, “Oke.”Jerremy paham, Clara memang adalah anaknya Charles, tetapi Dacia yang membesarkannya. Dalam soal finansial, Jerremy juga sanggup untuk membesarkan “keponakan” itu.Jujur saja, Dacia sungguh syok. “Kamu setuju?”Jerremy melepaskan jasnya, lalu menggantungnya di atas pegangan. “Tentu saja aku akan mengabulkan permintaanmu.”Dacia terbengong sejenak.Jerremy mendekat, lalu meletakkan telapak tangan di atas perut rata Dacia. “Tapi, kamu mesti janji satu hal sama aku. Jangan temui ibumu lagi.”…Keesokan harinya.Dacia baru bangun setelah pukul sepuluh pagi. Saat dia turun ke ruang tamu, dia menyadari kedatangan empat pelayan baru di rumah. Dacia merasa kaget. Ketika pelayan menyadari keberadaannya, mereka langsung menunjukkan sikap hormat mereka. “Nona Daci
“Edwin.” Jerremy mengangkat kelopak matanya. “Hubungi perusahaan majalah yang menerbitkan berita itu. Suruh mereka persiapkan uang untuk disetorkan ke Grup Angkasa.”“Persiapkan uang?” Edwin tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru merespons, “Apa Tuan ingin menggugat mereka?”Jerremy menutup penanya. “Gugat mereka dengan pasal pencemaran nama baik dan penyebaran berita tidak benar. Suruh mereka pilih sendiri, mau ganti rugi atau tutup perusahaan mereka.”Edwin mengangguk. “Aku mengerti.”Baru saja Edwin meninggalkan ruangan, tampak Jessie sedang buru-buru berjalan di koridor. Edwin terbengong sejenak. Belum sempat Edwin menyapanya, Jessie langsung membuka pintu ruangan. “Kak Jerry.”Jerremy mengangkat kepalanya. Tampak Jessie sedang menopang kedua tangannya di atas mejanya. “Apa Bu Lidya ke ibu kota?”Kening Jerremy berkerut. “Iya.”Jessie menarik napas dalam-dalam. “Sekarang dia sudah menyebar gosip nggak benar tentang Dacia di media sosial. Kalau sampai Dacia membacanya, d
Sepertinya Lidya samar-samar mendengar nama “Keluarga Fernando”.Hmph! Sekarang Dacia hebat juga.Lidya kembali ke kamar hotel. Ketika melihat Clara sedang berjongkok di ujung ruangan dengan tubuh gemetar, emosinya langsung meluap. “Padahal aku capek-capek membawamu ke sini, kamu malah tidak bisa dijadikan ancaman untuknya. Kamu seharusnya mati di dalam perut ibumu.”Clara menunduk dengan terisak-isak.Lidya berjalan ke hadapannya, lalu menariknya untuk berdiri. Kali ini, suara tangis Clara terdengar sangat keras. “Nenek … aku akan dengar apa katamu.”Lidya menendang Clara ke pojok ruangan. “Nangis! Kerjaanmu cuma nangis saja!”Clara jatuh ke atas lantai dengan bagian punggungnya menabrak meja. Gelas di atas meja berguncang, jatuh menghantam kening Clara. Air di dalam gelas pun membasahi rambutnya.Kening Clara membengkak. Tak lama kemudian, tampak memar di atas keningnya. Wajah Clara semakin pucat lagi. Dia hanya bisa menahan tangisnya dan tak berhenti gemetar.Saat Lidya masih ingin
Jerremy tertawa. “Aku juga tidak ingin ikut campur.”Selesai berbicara, Jerremy menambahkan lagi, “Tapi sekarang Dacia adalah bagian dari Keluarga Fernando. Kamu juga tidak bisa ikut campur dalam masalahnya lagi. Seandainya kamu berani mengganggunya, apalagi menyebar gosip tak benar, jangan salahkan aku tidak peringati kamu. Kami saja bisa menghancurkan Keluarga Zirma yang berkuasa itu, apalagi keluarga kalian.”Lidya bagai tersengat listrik saja. Sekujur tubuhnya seketika merinding. Wajahnya semakin pucat saja.Jerremy juga bukan mengancam tanpa bukti nyata. Kekuatan Keluarga Fernando memang terpampang jelas. Dia bisa melakukan semua yang dikatakannya tadi. Apalagi sekarang Keluarga Fernando memiliki hubungan dekat dengan Keluarga Tanaka. Dengan kekuatan kedua keluarga, sepertinya akan sulit bagi keluarga konglomerat lainnya untuk menggoyahkan mereka.Ketika melihat Jerremy pergi bersama pengawalnya, Lidya pun berusaha berdiri. Dia menggertakkan giginya sembari berkata, “Sialan! Sekar
Jessie menggenggam tangan Dacia. “Kamu mesti percaya sama Kak Jerry. Dia pasti akan mengatasi masalah ini dengan baik. Mengenai Clara, aku juga tahu dia itu nggak bersalah. Kak Jerry juga nggak bakal tinggal diam.”Dacia tersenyum.Jessie menemani Dacia beberapa saat, baru meninggalkan vila. Saat berjalan keluar halaman, sebuah mobil yang familier baginya terlihat sedang berhenti di luar halaman. Jendela mobil baris belakang diturunkan dengan perlahan. Pria di dalam sana tak lain adalah Jules.Cahaya matahari menyilaukan kaca jendela. Jules yang mengenakan kemeja putih itu tampak semakin memesona.Jessie menghentikan langkahnya di depan mobil. “Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?”Padahal Jessie tidak memberi tahu Jules kabar dia sedang mengunjungi Dacia.Jules tersenyum tipis. “Aku tebak, setelah kamu baca berita itu, kamu pasti akan ada di sini.”Jessie memasuki mobil, lalu bergumam, “Kenapa kamu selalu bisa membaca pikiranku, sih?”Jules mengusap kepalanya. “Kamu juga bisa memaha
Cincin jatuh ke atas lantai, lalu mengeluarkan suara nyaring.Jessie berjongkok untuk memungut cincin tersebut. Dia menyadari ada sebuah retakan kecil di bagian tengah cincin. Dia menatap bagian retakan dengan bingung. “Kenapa cincin ini bisa ….”Sepertinya Jessie kepikiran sesuatu. Dia merasa kaget segera membongkar cincin itu. Tak disangka, di dalamnya terdapat sebuah alat pelacak yang berukuran sekecil semut.Di ruang baca.Jules sedang duduk di depan meja sembari bertopang dagu. Dia sedang memikirkan cara menyelesaikan masalah Tom dan Lidya.Tiba-tiba layar ponsel Jules menyala. Dia melirik sekilas, lalu membaca notifikasi alat pelacak telah dimatikan. Rasa kaget terlintas di wajahnya. Saat Jules menyadari sesuatu, kebetulan Jessie sedang membuka pintu ruangan.“Jules!” Jessie berjalan ke hadapan Jules dengan emosi tinggi. Dia meletakkan cincin yang diberikan Jules pada tiga tahun silam ke hadapannya. Jelas sekali, “rahasia” yang disimpan di dalam cincin itu sudah ditemukan Jessie.