Jerremy menunduk untuk menatap Dacia. Dari ekspresinya, dapat diketahui bahwa dia sangat mengkhawatirkan anak kecil itu. Itulah sebabnya Dacia kelihatan patah semangat dan tidak berdaya.Beberapa saat kemudian, Jerremy membalas, “Oke.”Jerremy paham, Clara memang adalah anaknya Charles, tetapi Dacia yang membesarkannya. Dalam soal finansial, Jerremy juga sanggup untuk membesarkan “keponakan” itu.Jujur saja, Dacia sungguh syok. “Kamu setuju?”Jerremy melepaskan jasnya, lalu menggantungnya di atas pegangan. “Tentu saja aku akan mengabulkan permintaanmu.”Dacia terbengong sejenak.Jerremy mendekat, lalu meletakkan telapak tangan di atas perut rata Dacia. “Tapi, kamu mesti janji satu hal sama aku. Jangan temui ibumu lagi.”…Keesokan harinya.Dacia baru bangun setelah pukul sepuluh pagi. Saat dia turun ke ruang tamu, dia menyadari kedatangan empat pelayan baru di rumah. Dacia merasa kaget. Ketika pelayan menyadari keberadaannya, mereka langsung menunjukkan sikap hormat mereka. “Nona Daci
“Edwin.” Jerremy mengangkat kelopak matanya. “Hubungi perusahaan majalah yang menerbitkan berita itu. Suruh mereka persiapkan uang untuk disetorkan ke Grup Angkasa.”“Persiapkan uang?” Edwin tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru merespons, “Apa Tuan ingin menggugat mereka?”Jerremy menutup penanya. “Gugat mereka dengan pasal pencemaran nama baik dan penyebaran berita tidak benar. Suruh mereka pilih sendiri, mau ganti rugi atau tutup perusahaan mereka.”Edwin mengangguk. “Aku mengerti.”Baru saja Edwin meninggalkan ruangan, tampak Jessie sedang buru-buru berjalan di koridor. Edwin terbengong sejenak. Belum sempat Edwin menyapanya, Jessie langsung membuka pintu ruangan. “Kak Jerry.”Jerremy mengangkat kepalanya. Tampak Jessie sedang menopang kedua tangannya di atas mejanya. “Apa Bu Lidya ke ibu kota?”Kening Jerremy berkerut. “Iya.”Jessie menarik napas dalam-dalam. “Sekarang dia sudah menyebar gosip nggak benar tentang Dacia di media sosial. Kalau sampai Dacia membacanya, d
Sepertinya Lidya samar-samar mendengar nama “Keluarga Fernando”.Hmph! Sekarang Dacia hebat juga.Lidya kembali ke kamar hotel. Ketika melihat Clara sedang berjongkok di ujung ruangan dengan tubuh gemetar, emosinya langsung meluap. “Padahal aku capek-capek membawamu ke sini, kamu malah tidak bisa dijadikan ancaman untuknya. Kamu seharusnya mati di dalam perut ibumu.”Clara menunduk dengan terisak-isak.Lidya berjalan ke hadapannya, lalu menariknya untuk berdiri. Kali ini, suara tangis Clara terdengar sangat keras. “Nenek … aku akan dengar apa katamu.”Lidya menendang Clara ke pojok ruangan. “Nangis! Kerjaanmu cuma nangis saja!”Clara jatuh ke atas lantai dengan bagian punggungnya menabrak meja. Gelas di atas meja berguncang, jatuh menghantam kening Clara. Air di dalam gelas pun membasahi rambutnya.Kening Clara membengkak. Tak lama kemudian, tampak memar di atas keningnya. Wajah Clara semakin pucat lagi. Dia hanya bisa menahan tangisnya dan tak berhenti gemetar.Saat Lidya masih ingin
Jerremy tertawa. “Aku juga tidak ingin ikut campur.”Selesai berbicara, Jerremy menambahkan lagi, “Tapi sekarang Dacia adalah bagian dari Keluarga Fernando. Kamu juga tidak bisa ikut campur dalam masalahnya lagi. Seandainya kamu berani mengganggunya, apalagi menyebar gosip tak benar, jangan salahkan aku tidak peringati kamu. Kami saja bisa menghancurkan Keluarga Zirma yang berkuasa itu, apalagi keluarga kalian.”Lidya bagai tersengat listrik saja. Sekujur tubuhnya seketika merinding. Wajahnya semakin pucat saja.Jerremy juga bukan mengancam tanpa bukti nyata. Kekuatan Keluarga Fernando memang terpampang jelas. Dia bisa melakukan semua yang dikatakannya tadi. Apalagi sekarang Keluarga Fernando memiliki hubungan dekat dengan Keluarga Tanaka. Dengan kekuatan kedua keluarga, sepertinya akan sulit bagi keluarga konglomerat lainnya untuk menggoyahkan mereka.Ketika melihat Jerremy pergi bersama pengawalnya, Lidya pun berusaha berdiri. Dia menggertakkan giginya sembari berkata, “Sialan! Sekar
Jessie menggenggam tangan Dacia. “Kamu mesti percaya sama Kak Jerry. Dia pasti akan mengatasi masalah ini dengan baik. Mengenai Clara, aku juga tahu dia itu nggak bersalah. Kak Jerry juga nggak bakal tinggal diam.”Dacia tersenyum.Jessie menemani Dacia beberapa saat, baru meninggalkan vila. Saat berjalan keluar halaman, sebuah mobil yang familier baginya terlihat sedang berhenti di luar halaman. Jendela mobil baris belakang diturunkan dengan perlahan. Pria di dalam sana tak lain adalah Jules.Cahaya matahari menyilaukan kaca jendela. Jules yang mengenakan kemeja putih itu tampak semakin memesona.Jessie menghentikan langkahnya di depan mobil. “Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?”Padahal Jessie tidak memberi tahu Jules kabar dia sedang mengunjungi Dacia.Jules tersenyum tipis. “Aku tebak, setelah kamu baca berita itu, kamu pasti akan ada di sini.”Jessie memasuki mobil, lalu bergumam, “Kenapa kamu selalu bisa membaca pikiranku, sih?”Jules mengusap kepalanya. “Kamu juga bisa memaha
Cincin jatuh ke atas lantai, lalu mengeluarkan suara nyaring.Jessie berjongkok untuk memungut cincin tersebut. Dia menyadari ada sebuah retakan kecil di bagian tengah cincin. Dia menatap bagian retakan dengan bingung. “Kenapa cincin ini bisa ….”Sepertinya Jessie kepikiran sesuatu. Dia merasa kaget segera membongkar cincin itu. Tak disangka, di dalamnya terdapat sebuah alat pelacak yang berukuran sekecil semut.Di ruang baca.Jules sedang duduk di depan meja sembari bertopang dagu. Dia sedang memikirkan cara menyelesaikan masalah Tom dan Lidya.Tiba-tiba layar ponsel Jules menyala. Dia melirik sekilas, lalu membaca notifikasi alat pelacak telah dimatikan. Rasa kaget terlintas di wajahnya. Saat Jules menyadari sesuatu, kebetulan Jessie sedang membuka pintu ruangan.“Jules!” Jessie berjalan ke hadapan Jules dengan emosi tinggi. Dia meletakkan cincin yang diberikan Jules pada tiga tahun silam ke hadapannya. Jelas sekali, “rahasia” yang disimpan di dalam cincin itu sudah ditemukan Jessie.
Jules tidak mungkin akan melepaskan Jessie.Tiba-tiba tangan Jules digenggam dengan erat. Dia dapat merasakan kehangatan yang dihantarkan dari telapak tangan tersebut. Jules merasa syok. Dari tadi Jules menundukkan kepalanya, dia juga tidak tahu sejak kapan Jessie mendekatinya. Jessie juga menunduk. “Kak Jules, aku nggak peduli kamu sempurna atau nggak.”“Benarkah?” Jules merangkul pinggang Jessie, memasukkan si wanita ke dalam pelukannya. Dia mengangkat dagu Jessie. Bibirnya didekatkan ke wajah Jessie. Napas hangat diembuskan ke kulit Jessie. “Apa kamu benar-benar memahamiku? Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Sebaliknya, hatiku sangat sempit. Aku bahkan ingin memonopoli dirimu, tidak mengizinkan ada yang melirikmu sama sekali. Saat aku melihat ada yang melihatmu, aku bahkan ingin mencungkil mata mereka.”Kelima jari tangan Jules menahan belakang kepala Jessie. Kemudian, jari tangan yang lain mengusap ujung bibir Jessie. “Seandainya suatu hari nanti kamu tidak menyukaiku lagi, la
Jessie menutup mulutnya, lalu berbaring di dalam pelukan Jules dengan patuhnya. Jules memiringkan tubuhnya untuk memeluk Jessie. Dia menggunakan selimut untuk menghalangi sentuhan tubuh Jessie. Dia juga tidak ingin memaksa Jessie untuk berhubungan. Jules akan melakukannya setelah Jessie mempersiapkan dirinya. Saat ini, di hotel budget.Berhubung Jerremy datang menggeledah kamar hari ini, Lidya juga tidak berani menurunkan kewaspadaannya. Bahkan untuk makan saja, dia hanya memesan layanan ke kamar.Menjelang tengah malam, Lidya membereskan kopernya. Dia membuka lemari pakaian. Clara telah dikurung di dalam selama seharian. Dia juga belum makan dan minum sama sekali. Kondisinya kelihatan sangat lemas.Cahaya terang menyilaukan mata Clara. Dia membuka matanya dengan perlahan, lalu mengeluarkan suara lemasnya, “Nenek, aku lapar ….”“Hmph, biar kamu mati kelaparan saja.” Lidya menyeret Clara keluar dari lemari pakaian. Clara tidak bisa berdiri dengan tegak. Lidya pun langsung menahan len
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me