“Edwin.” Jerremy mengangkat kelopak matanya. “Hubungi perusahaan majalah yang menerbitkan berita itu. Suruh mereka persiapkan uang untuk disetorkan ke Grup Angkasa.”“Persiapkan uang?” Edwin tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, dia baru merespons, “Apa Tuan ingin menggugat mereka?”Jerremy menutup penanya. “Gugat mereka dengan pasal pencemaran nama baik dan penyebaran berita tidak benar. Suruh mereka pilih sendiri, mau ganti rugi atau tutup perusahaan mereka.”Edwin mengangguk. “Aku mengerti.”Baru saja Edwin meninggalkan ruangan, tampak Jessie sedang buru-buru berjalan di koridor. Edwin terbengong sejenak. Belum sempat Edwin menyapanya, Jessie langsung membuka pintu ruangan. “Kak Jerry.”Jerremy mengangkat kepalanya. Tampak Jessie sedang menopang kedua tangannya di atas mejanya. “Apa Bu Lidya ke ibu kota?”Kening Jerremy berkerut. “Iya.”Jessie menarik napas dalam-dalam. “Sekarang dia sudah menyebar gosip nggak benar tentang Dacia di media sosial. Kalau sampai Dacia membacanya, d
Sepertinya Lidya samar-samar mendengar nama “Keluarga Fernando”.Hmph! Sekarang Dacia hebat juga.Lidya kembali ke kamar hotel. Ketika melihat Clara sedang berjongkok di ujung ruangan dengan tubuh gemetar, emosinya langsung meluap. “Padahal aku capek-capek membawamu ke sini, kamu malah tidak bisa dijadikan ancaman untuknya. Kamu seharusnya mati di dalam perut ibumu.”Clara menunduk dengan terisak-isak.Lidya berjalan ke hadapannya, lalu menariknya untuk berdiri. Kali ini, suara tangis Clara terdengar sangat keras. “Nenek … aku akan dengar apa katamu.”Lidya menendang Clara ke pojok ruangan. “Nangis! Kerjaanmu cuma nangis saja!”Clara jatuh ke atas lantai dengan bagian punggungnya menabrak meja. Gelas di atas meja berguncang, jatuh menghantam kening Clara. Air di dalam gelas pun membasahi rambutnya.Kening Clara membengkak. Tak lama kemudian, tampak memar di atas keningnya. Wajah Clara semakin pucat lagi. Dia hanya bisa menahan tangisnya dan tak berhenti gemetar.Saat Lidya masih ingin
Jerremy tertawa. “Aku juga tidak ingin ikut campur.”Selesai berbicara, Jerremy menambahkan lagi, “Tapi sekarang Dacia adalah bagian dari Keluarga Fernando. Kamu juga tidak bisa ikut campur dalam masalahnya lagi. Seandainya kamu berani mengganggunya, apalagi menyebar gosip tak benar, jangan salahkan aku tidak peringati kamu. Kami saja bisa menghancurkan Keluarga Zirma yang berkuasa itu, apalagi keluarga kalian.”Lidya bagai tersengat listrik saja. Sekujur tubuhnya seketika merinding. Wajahnya semakin pucat saja.Jerremy juga bukan mengancam tanpa bukti nyata. Kekuatan Keluarga Fernando memang terpampang jelas. Dia bisa melakukan semua yang dikatakannya tadi. Apalagi sekarang Keluarga Fernando memiliki hubungan dekat dengan Keluarga Tanaka. Dengan kekuatan kedua keluarga, sepertinya akan sulit bagi keluarga konglomerat lainnya untuk menggoyahkan mereka.Ketika melihat Jerremy pergi bersama pengawalnya, Lidya pun berusaha berdiri. Dia menggertakkan giginya sembari berkata, “Sialan! Sekar
Jessie menggenggam tangan Dacia. “Kamu mesti percaya sama Kak Jerry. Dia pasti akan mengatasi masalah ini dengan baik. Mengenai Clara, aku juga tahu dia itu nggak bersalah. Kak Jerry juga nggak bakal tinggal diam.”Dacia tersenyum.Jessie menemani Dacia beberapa saat, baru meninggalkan vila. Saat berjalan keluar halaman, sebuah mobil yang familier baginya terlihat sedang berhenti di luar halaman. Jendela mobil baris belakang diturunkan dengan perlahan. Pria di dalam sana tak lain adalah Jules.Cahaya matahari menyilaukan kaca jendela. Jules yang mengenakan kemeja putih itu tampak semakin memesona.Jessie menghentikan langkahnya di depan mobil. “Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?”Padahal Jessie tidak memberi tahu Jules kabar dia sedang mengunjungi Dacia.Jules tersenyum tipis. “Aku tebak, setelah kamu baca berita itu, kamu pasti akan ada di sini.”Jessie memasuki mobil, lalu bergumam, “Kenapa kamu selalu bisa membaca pikiranku, sih?”Jules mengusap kepalanya. “Kamu juga bisa memaha
Cincin jatuh ke atas lantai, lalu mengeluarkan suara nyaring.Jessie berjongkok untuk memungut cincin tersebut. Dia menyadari ada sebuah retakan kecil di bagian tengah cincin. Dia menatap bagian retakan dengan bingung. “Kenapa cincin ini bisa ….”Sepertinya Jessie kepikiran sesuatu. Dia merasa kaget segera membongkar cincin itu. Tak disangka, di dalamnya terdapat sebuah alat pelacak yang berukuran sekecil semut.Di ruang baca.Jules sedang duduk di depan meja sembari bertopang dagu. Dia sedang memikirkan cara menyelesaikan masalah Tom dan Lidya.Tiba-tiba layar ponsel Jules menyala. Dia melirik sekilas, lalu membaca notifikasi alat pelacak telah dimatikan. Rasa kaget terlintas di wajahnya. Saat Jules menyadari sesuatu, kebetulan Jessie sedang membuka pintu ruangan.“Jules!” Jessie berjalan ke hadapan Jules dengan emosi tinggi. Dia meletakkan cincin yang diberikan Jules pada tiga tahun silam ke hadapannya. Jelas sekali, “rahasia” yang disimpan di dalam cincin itu sudah ditemukan Jessie.
Jules tidak mungkin akan melepaskan Jessie.Tiba-tiba tangan Jules digenggam dengan erat. Dia dapat merasakan kehangatan yang dihantarkan dari telapak tangan tersebut. Jules merasa syok. Dari tadi Jules menundukkan kepalanya, dia juga tidak tahu sejak kapan Jessie mendekatinya. Jessie juga menunduk. “Kak Jules, aku nggak peduli kamu sempurna atau nggak.”“Benarkah?” Jules merangkul pinggang Jessie, memasukkan si wanita ke dalam pelukannya. Dia mengangkat dagu Jessie. Bibirnya didekatkan ke wajah Jessie. Napas hangat diembuskan ke kulit Jessie. “Apa kamu benar-benar memahamiku? Aku tidak sebaik yang kamu bayangkan. Sebaliknya, hatiku sangat sempit. Aku bahkan ingin memonopoli dirimu, tidak mengizinkan ada yang melirikmu sama sekali. Saat aku melihat ada yang melihatmu, aku bahkan ingin mencungkil mata mereka.”Kelima jari tangan Jules menahan belakang kepala Jessie. Kemudian, jari tangan yang lain mengusap ujung bibir Jessie. “Seandainya suatu hari nanti kamu tidak menyukaiku lagi, la
Jessie menutup mulutnya, lalu berbaring di dalam pelukan Jules dengan patuhnya. Jules memiringkan tubuhnya untuk memeluk Jessie. Dia menggunakan selimut untuk menghalangi sentuhan tubuh Jessie. Dia juga tidak ingin memaksa Jessie untuk berhubungan. Jules akan melakukannya setelah Jessie mempersiapkan dirinya. Saat ini, di hotel budget.Berhubung Jerremy datang menggeledah kamar hari ini, Lidya juga tidak berani menurunkan kewaspadaannya. Bahkan untuk makan saja, dia hanya memesan layanan ke kamar.Menjelang tengah malam, Lidya membereskan kopernya. Dia membuka lemari pakaian. Clara telah dikurung di dalam selama seharian. Dia juga belum makan dan minum sama sekali. Kondisinya kelihatan sangat lemas.Cahaya terang menyilaukan mata Clara. Dia membuka matanya dengan perlahan, lalu mengeluarkan suara lemasnya, “Nenek, aku lapar ….”“Hmph, biar kamu mati kelaparan saja.” Lidya menyeret Clara keluar dari lemari pakaian. Clara tidak bisa berdiri dengan tegak. Lidya pun langsung menahan len
“Kamu tidak usah minta maaf.” Tangan Jerremy diletakkan di atas pundak Dacia. “Kamu temani dia dulu. Mengenai yang lain, kamu cukup serahkan kepadaku saja.”Jerremy membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan ruangan. Tiba-tiba Dacia malah menariknya. Jerremy menoleh untuk menatapnya. “Ada apa?”Dacia spontan melepaskan tangan Jerremy, lalu mengalihkan pandangannya. Dia menggigit bibirnya, lalu berkata, “Terima kasih, ya.”Tatapan Jerremy tertuju pada wajah Dacia. “Hanya ini yang ingin kamu katakan?”Dacia mengangguk.Telapak tangan Jerremy menahan belakang kepala Dacia. Dia mendekati Dacia, lalu menggunakan suara yang hanya bisa didengar mereka berdua untuk berkata, “Kalau kamu benar-benar ingin berterima kasih kepadaku, kamu mesti tunjukkan ketulusan hatimu.”Dacia tertegun sejenak. Tiba-tiba Jerremy mencium bibirnya.Setelah keinginan Jerremy terpuaskan, dia baru melepaskan Dacia, lalu meninggalkan ruangan.Dacia terbengong di tempat. Dia masih bisa merasakan sisa kehangatan di bibirnya