Pada saat yang sama, di Grup Angkasa.Edwin menyerahkan kontrak hak cipta beberapa buku dari perusahaan platform novel luar negeri kepada Jerremy. Jujur saja, dia merasa sedikit bingung. “Tuan Jerry, untuk apa kamu membeli hak cipta beberapa buku ini dalam sekaligus?”Jerremy mengangkat sedikit kelopak matanya. “Kamu tidak perlu tahu. Beri tahu platform itu, berhubung aku sudah membeli hak ciptanya, platform mereka tidak boleh ambil keuntungan apa pun dari penulis buku-buku ini.”Berhubung Jerremy sudah buka suara, Edwin juga tidak berani bertanya panjang lebar lagi. Dia hanya mengikuti perintah atasannya saja.Edwin berjalan keluar ruangan. Saat berjalan ke sisi lift, kebetulan dia bertemu dengan Yunita. Dia berjalan maju, lalu tersenyum pada Yunita. “Nona Yunita.”Yunita memegang beberapa dokumen di tangan sembari mengangguk. “Apa Tuan Jerry di dalam?”“Tuan Jerry ada di dalam. Apa kamu ingin menyerahkan dokumen? Biasanya ada staf departemen keuangan yang mengurus hal itu. Kamu tidak
Dacia tersenyum. “Nggak apa-apa, kok. Bukannya kamu bilang sendiri aku masih muda? Aku bisa menulis lagi.”Jessie bersandar di sofa. “Tapi tetap saja aku merasa marah. Ini namanya penindasan!”Setelah kontrak diakhiri, selain hak cipta buku menjadi milik perusahaan, Dacia juga tidak mendapatkan sepeser pun yang seharusnya menjadi miliknya. Platform seperti ini seharusnya bangkrut!Dacia duduk di sampingnya. “Jessie, bukannya kamu suka naskah itu? Kamu terima saja.”Jessie tertegun sejenak. Tiba-tiba dia menunduk. “Tapi ….”Alasan Jessie tidak menerima tawaran naskah itu karena naskah itu sebenarnya adalah milik Dacia. Lantaran alasan hak cipta, malah orang lain yang mendapat keuntungan. Meskipun Jessie sangat menyukainya, dia juga tidak ingin menerimanya.Sepertinya Dacia dapat menebak Jessie sedang memikirkan dirinya. Dia meletakkan tangannya di atas punggung tangan Jessie. “Sekarang hak cipta buku memang bukan punyaku dan naskah itu nggak ada hubungannya lagi sama aku. Tapi setiap pl
Tidaklah aneh jika Yunita mencari Dacia setelah mengetahui hubungannya dengan Jerremy.Yunita menyesap teh saja. Dia tidak mencicipi makanan yang dipesannya tadi. “Kenapa Nona Dacia nggak memublikasikan hubungan kalian? Apa Nona Dacia punya pertimbangan lain?”Ucapan Yunita bagai memiliki makna tersirat saja. Seandainya mereka berdua saling menyukai satu sama lain, seharusnya mereka memublikasikan hubungan mereka. Seandainya mereka memilih untuk tidak memublikasikan hubungan mereka, seharusnya karena masalah latar belakang mereka yang berbeda drastis.Suasana menjadi hening. Pada saat ini, Dacia membalas dengan datar, “Mengenai alasan kami ingin memublikasikan hubungan kami atau nggak, kenapa Nona Yunita nggak tanya langsung sama Jerry? Aku rasa kalau Jerry bersedia untuk beri tahu kamu, kamu juga nggak bakal cari aku lagi.”Gerakan tangan Yunita terkaku. Sepertinya dia merasa agak syok.Awalnya Yunita mengira Dacia juga peduli dengan latar belakang keluarga mereka yang begitu jauh. It
Mereka berdua tidak menyadari wanita yang duduk di belakang meja terus mengamati mereka berdua.Candice melepaskan tangan yang menutup mulut Claire, lalu berkata dengan suara rendah, “Apa? Anakmu lagi pacaran secara diam-diam?”Apalagi, gadis itu bisa membuat putrinya Moris kehabisan kata-kata?Claire mengambil garpu, lalu menusuk sepotong camilan. “Aku sudah menyadarinya sejak awal.”Claire menduga hubungan Jerremy dan Dacia tidaklah sederhana. Tak disangka, dugaannya itu benar.Candice mendekati Claire. “Jadi, kamu setuju kalau Jerry suka sama gadis seperti itu? Aku lihat gadis itu cukup galak. Ini pertama kalinya aku mendengar ada yang nggak ingin menjadi istrinya Jerry.”Setelah Jerremy kembali dari luar negeri dan mengambil alih Grup Angkasa, para putri dari keluarga kaya pun ingin menjadikan Jerremy sebagai calon suami mereka. Hanya saja, Jerremy sangat sibuk dalam dua tahun ini. Dia tidak memiliki waktu untuk berpacaran. Awalnya mereka mengira Jerremy masih belum mempertimbangk
Suara dering ponsel menarik Jerremy kembali dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya, lalu melihat nama Jules di atasnya.Jerremy langsung mengangkat panggilan. “Ada urusan apa?”“Apa Jessie sedang bersama Dacia?”Jerremy tertegun. “Bukannya dia di Vila Amara?”Jules sangatlah tenang. “Tidak, dia tidak berada di rumah dan juga tidak ada di perusahaan. Sekarang ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengannya.”Jerremy spontan berdiri. Tiba-tiba dia kepikiran dengan peringatan Jules sebelumnya. Sialan! Jerremy lalai!“Sekarang aku akan utus anak buahku untuk ke sana.”Dacia menyadari Jerremy sedang telepon dengan seseorang. Dia pun menebak seharusnya orang itu adalah Jules. Jangan-jangan Jessie ….Dacia bertanya, “Ada apa dengan Jessie?”Jerremy mengambil jas, lalu segera berjalan ke depan rak sepatu. “Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan Jessie. Aku mesti pergi sekarang.”Dacia terbengong di tempat. Dia spontan mengeluarkan ponselnya untuk melihat pesa
Jessie menatap Raffa. “Hanya beberapa puluh miliar saja? Oke, aku akan berikan kepadamu.”Raffa spontan tersenyum. “Tentu saja kamu bisa memberikan uang itu kepadaku. Sayangnya, uang tidak bisa memuaskanku.”Raffa juga pernah menjadi artis papan atas. Uang puluhan miliar itu bukanlah apa-apa baginya. Tentu saja dia masih merasa tidak puas.Kening Jessie berkerut. Kedua tangan di belakang tubuhnya tak berhenti menggesek ikatan tali. “Jadi, apa maumu?”Raffa membalikkan tubuhnya, lalu memanggil orang di luar ruangan, “Masuk.”Muncul empat orang pria dari luar pintu. Semuanya menatap kedua wanita dengan tatapan penuh hasrat. “Kedua artis ini cantik sekali, ya. Sepertinya kami akan merasa puas untuk seumur hidup kami.”Tubuh Kerin semakin gemetar lagi. Dia berlutut meminta pengampunan dengan menangis. “Kak Raffa, mohon lepaskan aku. Aku … dengar semua apa katamu.”Raffa menghentikan langkahnya di hadapan Kerin. Ketika melihat Kerin sedang memelasnya, dia langsung menjambak rambut Kerin. Ke
Jessie tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, segera berdiri untuk membungkus tubuh Kerin dengan pakaian. Kemudian, dia menarik Kerin untuk melarikan diri.Pria di belakang membangkitkan tubuhnya, segera mengejar langkah mereka. “Jangan biarkan mereka berdua kabur!”Jessie membawa Kerin untuk berlari ke lantai bawah. Orang-orang di belakang terus mengejar mereka.Pada saat ini, sebatang tongkat diayunkan memukul bagian kaki Jessie. Jessie pun terjatuh di lantai. Dia memalingkan kepalanya menatap pria yang berhasil mengejarnya. Si pria kelihatan terengah-engah. “Mau kabur? Ayo, lari!”Jessie meraba tongkat di lantai. Dia memaksakan diri untuk berdiri. Pukulan tadi membuat kakinya kesakitan hingga gemetar. Dia menggenggam erat tongkat hendak menghantam si pria.Pria itu refleks mengelak. Satu detik kemudian, Jessie pun ditabrak. Tongkat di tangan terjatuh ke lantai.Jessie terbengong, lalu menoleh untuk menatap Kerin yang menabraknya.Saat ini, Kerin sedang menunduk sembari membungk
Pelukan Jules semakin kuat lagi. Bibir panasnya menempel di atas kening Jessie. Dia menahan rasa sakit di hatinya sembari berkata, “Kamu istirahat dulu. Sebentar lagi kamu akan membaik.”Jessie mengangguk. Dia memejamkan matanya bersandar di dalam pelukan Jules.Pada saat ini, Jerremy juga sudah tiba. “Jessie!”Jules menggendong Jessie, lalu menyerahkannya kepada Jerremy. “Kamu antar dia ke rumah sakit dulu. Biar aku selesaikan masalah di sini.”Jerremy sungguh sakit hati ketika melihat adik perempuannya terluka parah. Dia menggertakkan giginya tanda dirinya merasa geram. Setelah menggendong Jessie, dia bergegas berlari ke dalam mobil.Wajah Kerin terlihat sangat pucat. Pria itu adalah putra kedua Javier. Itu berarti mereka semua datang untuk menyelamatkan Jessie?Celaka! Seandainya mereka tahu ….Kerin kepikiran sesuatu, lalu berjalan ke sisi Jules. “Tuan, semua ini ulah Raffa. Dia menculikku dan Jessie. Demi menyelamatkanku, Jessie baru … baru ….”Jules melirik Kerin sekilas. Tatapan