Jessie kepikiran sesuatu, lalu tiba-tiba bertanya, “Pak Samuel, apa kamu kenal dengan sutradara yang bisa syuting genre misteri?”Samuel tertegun sejenak. “Untuk apa kamu tanya hal ini?”Jessie membalas, “Aku punya teman seorang penulis. Dia sangat jago dalam menulis cerita misteri ….”“Sebentar!” Samuel mengangkat tangan untuk menghentikan omongan Jessie. “Jessie, bukan maksudku untuk merendahkan temanmu, tapi biasanya sutradara terkenal hanya memilih naskah yang diadaptasi dari cerita yang sudah terkenal.”“Mereka juga mesti mempertimbangkan selera para investor, keuntungan jangka panjang, biaya produksi, dan hasil akhir dari film tersebut. Mengangkat karya tulismenjadi film bukanlah hal yang bisa dilakukan hanya dengan menginvestasikan uang. Tidak ada sutradara yang ingin menginvestasikan begitu banyak usaha dan akhirnya malah merugi.”Jessie menyerahkan naskah misteri zaman dulu ke hadapan Samuel. “Gimana kalau kamu baca dulu?”Samuel mengambil naskah, lalu membacanya sekilas. Tiba
Pada saat yang sama, di Grup Angkasa.Edwin menyerahkan kontrak hak cipta beberapa buku dari perusahaan platform novel luar negeri kepada Jerremy. Jujur saja, dia merasa sedikit bingung. “Tuan Jerry, untuk apa kamu membeli hak cipta beberapa buku ini dalam sekaligus?”Jerremy mengangkat sedikit kelopak matanya. “Kamu tidak perlu tahu. Beri tahu platform itu, berhubung aku sudah membeli hak ciptanya, platform mereka tidak boleh ambil keuntungan apa pun dari penulis buku-buku ini.”Berhubung Jerremy sudah buka suara, Edwin juga tidak berani bertanya panjang lebar lagi. Dia hanya mengikuti perintah atasannya saja.Edwin berjalan keluar ruangan. Saat berjalan ke sisi lift, kebetulan dia bertemu dengan Yunita. Dia berjalan maju, lalu tersenyum pada Yunita. “Nona Yunita.”Yunita memegang beberapa dokumen di tangan sembari mengangguk. “Apa Tuan Jerry di dalam?”“Tuan Jerry ada di dalam. Apa kamu ingin menyerahkan dokumen? Biasanya ada staf departemen keuangan yang mengurus hal itu. Kamu tidak
Dacia tersenyum. “Nggak apa-apa, kok. Bukannya kamu bilang sendiri aku masih muda? Aku bisa menulis lagi.”Jessie bersandar di sofa. “Tapi tetap saja aku merasa marah. Ini namanya penindasan!”Setelah kontrak diakhiri, selain hak cipta buku menjadi milik perusahaan, Dacia juga tidak mendapatkan sepeser pun yang seharusnya menjadi miliknya. Platform seperti ini seharusnya bangkrut!Dacia duduk di sampingnya. “Jessie, bukannya kamu suka naskah itu? Kamu terima saja.”Jessie tertegun sejenak. Tiba-tiba dia menunduk. “Tapi ….”Alasan Jessie tidak menerima tawaran naskah itu karena naskah itu sebenarnya adalah milik Dacia. Lantaran alasan hak cipta, malah orang lain yang mendapat keuntungan. Meskipun Jessie sangat menyukainya, dia juga tidak ingin menerimanya.Sepertinya Dacia dapat menebak Jessie sedang memikirkan dirinya. Dia meletakkan tangannya di atas punggung tangan Jessie. “Sekarang hak cipta buku memang bukan punyaku dan naskah itu nggak ada hubungannya lagi sama aku. Tapi setiap pl
Tidaklah aneh jika Yunita mencari Dacia setelah mengetahui hubungannya dengan Jerremy.Yunita menyesap teh saja. Dia tidak mencicipi makanan yang dipesannya tadi. “Kenapa Nona Dacia nggak memublikasikan hubungan kalian? Apa Nona Dacia punya pertimbangan lain?”Ucapan Yunita bagai memiliki makna tersirat saja. Seandainya mereka berdua saling menyukai satu sama lain, seharusnya mereka memublikasikan hubungan mereka. Seandainya mereka memilih untuk tidak memublikasikan hubungan mereka, seharusnya karena masalah latar belakang mereka yang berbeda drastis.Suasana menjadi hening. Pada saat ini, Dacia membalas dengan datar, “Mengenai alasan kami ingin memublikasikan hubungan kami atau nggak, kenapa Nona Yunita nggak tanya langsung sama Jerry? Aku rasa kalau Jerry bersedia untuk beri tahu kamu, kamu juga nggak bakal cari aku lagi.”Gerakan tangan Yunita terkaku. Sepertinya dia merasa agak syok.Awalnya Yunita mengira Dacia juga peduli dengan latar belakang keluarga mereka yang begitu jauh. It
Mereka berdua tidak menyadari wanita yang duduk di belakang meja terus mengamati mereka berdua.Candice melepaskan tangan yang menutup mulut Claire, lalu berkata dengan suara rendah, “Apa? Anakmu lagi pacaran secara diam-diam?”Apalagi, gadis itu bisa membuat putrinya Moris kehabisan kata-kata?Claire mengambil garpu, lalu menusuk sepotong camilan. “Aku sudah menyadarinya sejak awal.”Claire menduga hubungan Jerremy dan Dacia tidaklah sederhana. Tak disangka, dugaannya itu benar.Candice mendekati Claire. “Jadi, kamu setuju kalau Jerry suka sama gadis seperti itu? Aku lihat gadis itu cukup galak. Ini pertama kalinya aku mendengar ada yang nggak ingin menjadi istrinya Jerry.”Setelah Jerremy kembali dari luar negeri dan mengambil alih Grup Angkasa, para putri dari keluarga kaya pun ingin menjadikan Jerremy sebagai calon suami mereka. Hanya saja, Jerremy sangat sibuk dalam dua tahun ini. Dia tidak memiliki waktu untuk berpacaran. Awalnya mereka mengira Jerremy masih belum mempertimbangk
Suara dering ponsel menarik Jerremy kembali dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya, lalu melihat nama Jules di atasnya.Jerremy langsung mengangkat panggilan. “Ada urusan apa?”“Apa Jessie sedang bersama Dacia?”Jerremy tertegun. “Bukannya dia di Vila Amara?”Jules sangatlah tenang. “Tidak, dia tidak berada di rumah dan juga tidak ada di perusahaan. Sekarang ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengannya.”Jerremy spontan berdiri. Tiba-tiba dia kepikiran dengan peringatan Jules sebelumnya. Sialan! Jerremy lalai!“Sekarang aku akan utus anak buahku untuk ke sana.”Dacia menyadari Jerremy sedang telepon dengan seseorang. Dia pun menebak seharusnya orang itu adalah Jules. Jangan-jangan Jessie ….Dacia bertanya, “Ada apa dengan Jessie?”Jerremy mengambil jas, lalu segera berjalan ke depan rak sepatu. “Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan Jessie. Aku mesti pergi sekarang.”Dacia terbengong di tempat. Dia spontan mengeluarkan ponselnya untuk melihat pesa
Jessie menatap Raffa. “Hanya beberapa puluh miliar saja? Oke, aku akan berikan kepadamu.”Raffa spontan tersenyum. “Tentu saja kamu bisa memberikan uang itu kepadaku. Sayangnya, uang tidak bisa memuaskanku.”Raffa juga pernah menjadi artis papan atas. Uang puluhan miliar itu bukanlah apa-apa baginya. Tentu saja dia masih merasa tidak puas.Kening Jessie berkerut. Kedua tangan di belakang tubuhnya tak berhenti menggesek ikatan tali. “Jadi, apa maumu?”Raffa membalikkan tubuhnya, lalu memanggil orang di luar ruangan, “Masuk.”Muncul empat orang pria dari luar pintu. Semuanya menatap kedua wanita dengan tatapan penuh hasrat. “Kedua artis ini cantik sekali, ya. Sepertinya kami akan merasa puas untuk seumur hidup kami.”Tubuh Kerin semakin gemetar lagi. Dia berlutut meminta pengampunan dengan menangis. “Kak Raffa, mohon lepaskan aku. Aku … dengar semua apa katamu.”Raffa menghentikan langkahnya di hadapan Kerin. Ketika melihat Kerin sedang memelasnya, dia langsung menjambak rambut Kerin. Ke
Jessie tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, segera berdiri untuk membungkus tubuh Kerin dengan pakaian. Kemudian, dia menarik Kerin untuk melarikan diri.Pria di belakang membangkitkan tubuhnya, segera mengejar langkah mereka. “Jangan biarkan mereka berdua kabur!”Jessie membawa Kerin untuk berlari ke lantai bawah. Orang-orang di belakang terus mengejar mereka.Pada saat ini, sebatang tongkat diayunkan memukul bagian kaki Jessie. Jessie pun terjatuh di lantai. Dia memalingkan kepalanya menatap pria yang berhasil mengejarnya. Si pria kelihatan terengah-engah. “Mau kabur? Ayo, lari!”Jessie meraba tongkat di lantai. Dia memaksakan diri untuk berdiri. Pukulan tadi membuat kakinya kesakitan hingga gemetar. Dia menggenggam erat tongkat hendak menghantam si pria.Pria itu refleks mengelak. Satu detik kemudian, Jessie pun ditabrak. Tongkat di tangan terjatuh ke lantai.Jessie terbengong, lalu menoleh untuk menatap Kerin yang menabraknya.Saat ini, Kerin sedang menunduk sembari membungk
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me