Mereka berdua tidak menyadari wanita yang duduk di belakang meja terus mengamati mereka berdua.Candice melepaskan tangan yang menutup mulut Claire, lalu berkata dengan suara rendah, “Apa? Anakmu lagi pacaran secara diam-diam?”Apalagi, gadis itu bisa membuat putrinya Moris kehabisan kata-kata?Claire mengambil garpu, lalu menusuk sepotong camilan. “Aku sudah menyadarinya sejak awal.”Claire menduga hubungan Jerremy dan Dacia tidaklah sederhana. Tak disangka, dugaannya itu benar.Candice mendekati Claire. “Jadi, kamu setuju kalau Jerry suka sama gadis seperti itu? Aku lihat gadis itu cukup galak. Ini pertama kalinya aku mendengar ada yang nggak ingin menjadi istrinya Jerry.”Setelah Jerremy kembali dari luar negeri dan mengambil alih Grup Angkasa, para putri dari keluarga kaya pun ingin menjadikan Jerremy sebagai calon suami mereka. Hanya saja, Jerremy sangat sibuk dalam dua tahun ini. Dia tidak memiliki waktu untuk berpacaran. Awalnya mereka mengira Jerremy masih belum mempertimbangk
Suara dering ponsel menarik Jerremy kembali dari lamunannya. Dia mengambil ponselnya, lalu melihat nama Jules di atasnya.Jerremy langsung mengangkat panggilan. “Ada urusan apa?”“Apa Jessie sedang bersama Dacia?”Jerremy tertegun. “Bukannya dia di Vila Amara?”Jules sangatlah tenang. “Tidak, dia tidak berada di rumah dan juga tidak ada di perusahaan. Sekarang ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Sepertinya telah terjadi sesuatu dengannya.”Jerremy spontan berdiri. Tiba-tiba dia kepikiran dengan peringatan Jules sebelumnya. Sialan! Jerremy lalai!“Sekarang aku akan utus anak buahku untuk ke sana.”Dacia menyadari Jerremy sedang telepon dengan seseorang. Dia pun menebak seharusnya orang itu adalah Jules. Jangan-jangan Jessie ….Dacia bertanya, “Ada apa dengan Jessie?”Jerremy mengambil jas, lalu segera berjalan ke depan rak sepatu. “Sepertinya telah terjadi sesuatu dengan Jessie. Aku mesti pergi sekarang.”Dacia terbengong di tempat. Dia spontan mengeluarkan ponselnya untuk melihat pesa
Jessie menatap Raffa. “Hanya beberapa puluh miliar saja? Oke, aku akan berikan kepadamu.”Raffa spontan tersenyum. “Tentu saja kamu bisa memberikan uang itu kepadaku. Sayangnya, uang tidak bisa memuaskanku.”Raffa juga pernah menjadi artis papan atas. Uang puluhan miliar itu bukanlah apa-apa baginya. Tentu saja dia masih merasa tidak puas.Kening Jessie berkerut. Kedua tangan di belakang tubuhnya tak berhenti menggesek ikatan tali. “Jadi, apa maumu?”Raffa membalikkan tubuhnya, lalu memanggil orang di luar ruangan, “Masuk.”Muncul empat orang pria dari luar pintu. Semuanya menatap kedua wanita dengan tatapan penuh hasrat. “Kedua artis ini cantik sekali, ya. Sepertinya kami akan merasa puas untuk seumur hidup kami.”Tubuh Kerin semakin gemetar lagi. Dia berlutut meminta pengampunan dengan menangis. “Kak Raffa, mohon lepaskan aku. Aku … dengar semua apa katamu.”Raffa menghentikan langkahnya di hadapan Kerin. Ketika melihat Kerin sedang memelasnya, dia langsung menjambak rambut Kerin. Ke
Jessie tidak menghiraukan rasa sakit di tubuhnya, segera berdiri untuk membungkus tubuh Kerin dengan pakaian. Kemudian, dia menarik Kerin untuk melarikan diri.Pria di belakang membangkitkan tubuhnya, segera mengejar langkah mereka. “Jangan biarkan mereka berdua kabur!”Jessie membawa Kerin untuk berlari ke lantai bawah. Orang-orang di belakang terus mengejar mereka.Pada saat ini, sebatang tongkat diayunkan memukul bagian kaki Jessie. Jessie pun terjatuh di lantai. Dia memalingkan kepalanya menatap pria yang berhasil mengejarnya. Si pria kelihatan terengah-engah. “Mau kabur? Ayo, lari!”Jessie meraba tongkat di lantai. Dia memaksakan diri untuk berdiri. Pukulan tadi membuat kakinya kesakitan hingga gemetar. Dia menggenggam erat tongkat hendak menghantam si pria.Pria itu refleks mengelak. Satu detik kemudian, Jessie pun ditabrak. Tongkat di tangan terjatuh ke lantai.Jessie terbengong, lalu menoleh untuk menatap Kerin yang menabraknya.Saat ini, Kerin sedang menunduk sembari membungk
Pelukan Jules semakin kuat lagi. Bibir panasnya menempel di atas kening Jessie. Dia menahan rasa sakit di hatinya sembari berkata, “Kamu istirahat dulu. Sebentar lagi kamu akan membaik.”Jessie mengangguk. Dia memejamkan matanya bersandar di dalam pelukan Jules.Pada saat ini, Jerremy juga sudah tiba. “Jessie!”Jules menggendong Jessie, lalu menyerahkannya kepada Jerremy. “Kamu antar dia ke rumah sakit dulu. Biar aku selesaikan masalah di sini.”Jerremy sungguh sakit hati ketika melihat adik perempuannya terluka parah. Dia menggertakkan giginya tanda dirinya merasa geram. Setelah menggendong Jessie, dia bergegas berlari ke dalam mobil.Wajah Kerin terlihat sangat pucat. Pria itu adalah putra kedua Javier. Itu berarti mereka semua datang untuk menyelamatkan Jessie?Celaka! Seandainya mereka tahu ….Kerin kepikiran sesuatu, lalu berjalan ke sisi Jules. “Tuan, semua ini ulah Raffa. Dia menculikku dan Jessie. Demi menyelamatkanku, Jessie baru … baru ….”Jules melirik Kerin sekilas. Tatapan
Jerremy juga menimpali, “Iya, Ibu. Jules lagi di tempat kejadian untuk memberi pelajaran kepada mereka. Mereka tidak mungkin bisa melarikan diri.”Claire menarik napas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya. Pada saat ini, dokter berjalan keluar kamar pasien.Javier melangkah maju untuk bertanya, “Bagaimana kondisi putriku?”Dokter menjawab, “Ada sedikit retakan pada bagian tulang dan cedera luar. Untungnya tidak mengancam organ vital. Dia hanya perlu istirahat untuk beberapa waktu. Selain itu ….”Tiba-tiba dokter terdiam sejenak, lalu berkata dengan penuh hati-hati, “Selain itu, pasien tidak mengalami pelecehan. Jadi, kalian bisa tenang.”Jessie diantar ke rumah sakit dengan pakaian compang-camping. Semua orang tentu tahu apa yang telah terjadi. Tentu saja, dokter akan melakukan pemeriksaan detail untuk menenangkan hati anggota keluarga. Jika benar-benar terjadi pelecehan, dokter pasti akan segera melaporkannya ke pihak berwajib.Di mata dokter, reputasi tidaklah penting jika
Jessie meletakkan tangannya di atas punggung tangan Dacia. “Kamu nggak usah merasa bersalah. Bukannya sekarang aku baik-baik saja?”Dacia membalas, “Kebetulan kamu lagi beruntung kali ini. Bagaimana dengan lain kali?”Jessie menggigit erat bibir bawahnya sembari menunduk. “Lain kali aku akan lebih hati-hati lagi.”“Aku sudah minta izin dari Pak Samuel. Dia suruh kamu untuk istirahat dengan baik. Mengenai masalah kamu diculik Raffa, kabar itu masih belum diketahui awak media. Kalau nggak, sepertinya berita ini sudah heboh di seluruh ibu kota.”Raffa memang telah menghancurkan hidupnya sendiri. Dia akan digugat atas kasus penculikan yang direncanakannya. Intinya, masa depan Raffa sudah hancur sehancur-hancurnya.…Jerremy berjalan keluar kantor polisi. Kebetulan mobil Jules diparkirkan di dekatnya. Dia berjalan ke sisi mobil. Jendela mobil belakang diturunkan dengan perlahan.Tanpa menunggu buka suara Jules, Jerremy bertanya, “Apa kamu tidak menyerahkan Kerin dan Raffa ke kantor polisi?”
Jules dan Dacia berjalan ke dalam vila. Jules mengangguk sedikit kepalanya ke sisi Claire, lalu menyapa, “Ibu.”Sementara, Dacia juga menyapa dengan sopan, “Bu Claire.”Tadinya Dacia tidak ingin datang. Hanya saja, hari ini mereka mengadakan syukuran untuk menyambut kepulangan Jessie dari rumah sakit. Jika Dacia tidak datang, sepertinya Dacia terlalu tidak memberi muka kepada Jessie. Lagi pula, Dacia datang bersama abang sepupunya. Seharusnya tidak akan menimbulkan salah paham juga.Claire mengamati Jessie sembari menyipitkan matanya. “Baguslah kalau kamu bisa datang. Ayo, cepat duduk. Anggap saja rumah sendiri.”Dacia berjalan ke sisi Jessie. Jessie menarik-narik ujung lengan pakaiannya, lalu berbisik, “Kapan kamu berencana beri tahu masalah kamu dan Kak … uhm ….”Dacia menutup mulut Jessie.Jules melirik mereka sekilas, lalu tersenyum. Dia berjalan ke sisi Claire. “Ibu, biar aku membantumu.”Claire tertegun sejenak. Dia tertawa sembari menepuk-nepuk pundak Jules. “Boleh, terima kasih
Saat Wika sedang berpikir bagaimana menjelaskan masalah ini kepada Sissae, dia menyadari mobil melaju ke tempat yang sangat terpencil. Pada saat ini, Wika baru menyadari ada yang aneh. Dia pun memberanikan diri untuk bertanya, “Ini bukan jalan ke rumahku?”Pengurus rumah pria yang sedang menyetir tidak berbicara.Wika semakin gugup lagi. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu, lalu langsung menarik kemeja si pria. “Kamu mau bawa aku ke mana? Berhenti!”Mobil bergoyang dengan kencang. Pengurus rumah pria segera menginjak pedal rem, lalu menepis tangan pengurus rumah.Wika jatuh duduk di baris belakang. Kali ini pengurus rumah baru segera menghentikan mobil di samping.Saat kunci pintu mobil terbuka, Wika segera melarikan diri untuk menuruni mobil. Dia bahkan tidak peduli dengan kopernya lagi.Ketika menyadari tidak ada yang mengejarnya, Wika mengira dirinya sudah berhasil melarikan diri. Siapa sangka di depan sana, ada beberapa mobil sedang menghalangi langkahnya.Lampu mobil menyilaukannya.B
Pengurus rumah mengangguk. “Baik.”Setelah dia pergi, Jules mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Jerremy. Beberapa saat kemudian, terdengar suara Jerremy dari ujung telepon. “Kenapa kamu tidak tidur di tengah malam? Untuk apa kamu telepon aku?”“Sudah terjadi sesuatu. Sepertinya kamu perlu ke rumah sakit.”Dua puluh menit kemudian, Dacia dan Jerremy sudah tiba di rumah sakit. Jules sedang menunggu di koridor. “Ada apa dengan adikku?”Jules membalas, “Jessie baik-baik saja. Hanya saja, sudah terjadi sesuatu dengan Miya.”Dacia tertegun sejenak. “Miya?”Jules menceritakan kronologis cerita kepada mereka. Setelah Dacia mendengarnya, raut wajahnya berubah muram. “Pasti ada masalah dengan pengurus rumah wanita itu. Aku sudah menyadari ada yang aneh sama dia saat pertama kali bertemu.”Jerremy berjalan mendekati Jules. “Jules, untung saja Jessie baik-baik saja. Kalau tidak, aku pasti tidak akan melepaskanmu.”“Aku tahu.” Jules kelihatan sangat tenang. “Aku akan mencari dalang di balik pe
Kaki Jessie terasa lemas. Dia langsung jatuh ke dalam pelukan Jules. Jules pun segera memapahnya.Setelah dokter meninggalkan tempat, Jessie segera memasuki kamar pasien. “Miya!”Miya sedang berbaring di atas ranjang sembari diinfus. Raut wajahnya tidak sepucat tadi lagi. Hanya saja, dia masih tetap kelihatan lemas. “Bos, aku baik-baik saja ….”Jessie bertanya, “Miya, coba kamu beri tahu aku, kamu makan obat apa?”Miya merasa sangat bingung. “Obat? Aku nggak lagi makan obat.”Jessie menatapnya dengan saksama. Sepertinya Miya tidak sedang berbohong. Seandainya dia sedang mengonsumsi obat, tidak mungkin dia tidak tahu obat apa yang sedang dikonsumsinya. Namun, jika Miya tidak mengonsumsi obat, bagaimana dia bisa ….Miya berkata, “Aku hanya mulai merasa nggak enak badan setelah makan.”Raut wajah Jessie langsung berubah. “Makanan yang kamu bawa ke kamarku?”Miya mengangguk. Tiba-tiba dia kepikiran sesuatu. “Untung saja bukan kamu yang makan. Kalau nggak, aku pasti akan mencelakaimu. Tapi
Jules membuka pintu kamar. Saat ini, Jessie sedang duduk bersandar di atas sofa sembari menonton film. Dia memang tidak memiliki selera makan, tapi dia masih bisa ngemil keripik.Jules menggantung jas, lalu melipat lengan kemejanya ke atas. Dia berjalan ke sisi Jessie. “Selera makanmu lumayan bagus hari ini.”Jessie menjilat ujung bibirnya. “Hari ini aku makan mie masakan Miya. Aku menghabiskannya.”Jules tertawa sembari mencubit pipi gendutnya. “Jadi, enakan masakan aku atau masakan dia?”Jessie menegakkan tubuhnya. “Kamu malah mau dibandingkan sama dia?”Jules menggendong Jessie, membiarkannya duduk di atas paha. Kemudian, dia mulai membelai rambut Jessie. “Jawab pertanyaanku.”Jessie melirik keripik kentang, lalu melingkari leher Jules. “Kamu malah cemburu sama seorang wanita?”“Tentu saja.”Jessie tertawa. “Masakan suamiku juara satu di dunia ini, puas?”Jules mencium pipi Jessie. Dia sungguh bahagia saat ini. “Mulutmu memang manis.”“Suamiku, hari ini kamu masih mau dirias, nggak?
“Oke.” Filbert langsung maju untuk menarik Sissae. Sissae pun menjerit, “Coba saja kalau kamu berani! Jules, kalau kamu berani bersikap seperti ini sama aku, itu berarti kamu mau melawan Keluarga Taylor!”Meski Sissae menjerit, tetap saja tidak ada yang menghiraukannya.Hingga Sissae dibawa keluar gedung perusahaan, dia baru terdiam. Betapa inginnya dia membakar gedung itu. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia pasti tidak akan melepaskan mereka!Sissae berkata dengan galak, “Mengenai Jules, aku punya cara agar kamu bisa menyelamatkannya!”Di sisi lain, di Vila Laguna.Miya sudah selesai mempersiapkan makan malam. Dia mengantar makan malam ke lantai atas. Begitu pintu kamar dibuka, Miya berkata, “Bos, makan malam sudah selesai.”Jessie menatap makan malam yang begitu mewah. Dia mulai merasa mual lagi. Miya menatapnya. “Bagaimana sekarang? Apa kamu masih mual-mual? Padahal aku sudah memasukkan perasan buah lemon.”Jessie bersandar di sofa. “Aku masih saja nggak
Jules menyipitkan matanya sembari memikirkan sesuatu. “Dia pergi bertemu dengan seorang wanita?”Filbert mengusap dagunya. “Aku juga tidak tahu apa yang lagi mereka obrolkan. Mereka kelihatan sangat misterius, tapi pasti bukan hal bagus.”Pintu diketuk. Filbert berdiri, lalu pergi membukakan pintu. Orang yang berada di luar pintu adalah Sissae.Sissae mengabaikan Filbert, lalu memeluk dokumen berjalan ke dalam ruangan. “Yang Mulia.”Sissae menyerahkan dokumen kepada Filbert. Jules tidak mengambilnya. “Keluar setelah letakkan di atas meja.”Setelah meletakkannya, Sissae pun membungkukkan tubuhnya sembari tersenyum. Dia membungkukkan setengah tubuhnya ke sisi Jules. “Apa perlu Yang Mulia bersikap sekejam ini? Waktu itu, aku memang nggak seharusnya mengancammu dengan nama ayahku. Aku bersalah. Aku minta maaf terhadap Yang Mulia.”Filbert yang berdiri di depan pintu pun merinding. Suara manja si wanita membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.Jules mengangkat kelopak matanya. Dia tidak berge
Mie itu kelihatan sangat enak, aromanya juga wangi. Lantaran kepikiran Jessie sedang kehilangan selera makan, dia sengaja meletakkan dua lembar lemon di atas mie.Mangkuk diletakkan di hadapan Jessie. “Bos, coba lihat.”Jessie mengendus aroma wangi mie yang bercampur aduk dengan aroma segar buah lemon. Dia pun tidak sabaran segera mencicipinya. Rasa asam lemon berpadu dengan sup yang kental dan gurih. Selera makan Jessie langsung membaik. Tekstur mie juga sangat kenyal, tidak keras sama sekali.Miya melihat Jessie yang tidak berhenti menyantap masakannya. “Gimana? Apa cocok dengan seleramu?”Jessie mengangguk, lalu mengacungkan jempol. “Enak sekali! Sekarang aku nggak merasa mual. Bagaimana kamu bisa melakukannya?”Bahkan, pelayan rumah juga tidak percaya dengan mata mereka.Bagaimanapun, koki yang direkrut adalah koki dari hotel berbintang. Apalagi berhubung Jessie sedang hamil, selera makannya sangat buruk. Biasanya dia selalu memuntahkan semua makanannya.Berbeda dengan sekarang, Je
Pelayan itu mengangkat kepalanya dengan perlahan. “Gimana kalau aku telepon Bu Wika untuk segera kemari?”Jessie tersenyum. “Nggak usah. Aku nggak sanggup untuk memanggilnya kemari.” Usai berbicara, Jessie pergi ke dapur. Miya segera menghalanginya. “Kamu mau ngapain?”“Bikin sarapan sendiri.”“Nggak boleh!” Miya menarik Jessie, lalu menyuruhnya untuk duduk di ruang makan. “Meski nggak ada koki, masih ada aku, kok. Aku pernah menjadi koki di restoran. Tenang saja, meski sudah lama aku nggak memasak, aku jamin rasanya pasti enak!”Kemudian, Miya memasuki dapur dengan lenggak-lenggok.Kedua pelayan khawatir Miya akan mengacaukan dapur. Hanya saja, berhubung ada majikan mereka di sini, mereka juga tidak berani mengatakan apa pun. Mereka berdua saling bertatapan, lalu memberi isyarat mata.Pelayan yang satu lagi segera pergi ke halaman untuk menghubungi Wika. “Bu Wika, kamu cepat kembali. Nyonya sudah bangun dan sangat marah. Kalau sampai Tuan tahu, kami pasti akan dipecat.”Di sisi lain,
“Iya, dia memang cocok untuk menjadi pengurus rumah.” Jessie menunduk. “Tadi ketika Dacia cari aku, dia menghalangi Dacia, nggak izinin Dacia untuk ketemu sama aku. Ketika aku mau Miya tinggal di rumah, dia juga suruh aku minta izin sama kamu. Aku tahu dia itu orang yang kamu rekrut. Wajar kalau dia dengar apa katamu. Tapi, aku merasa aku dipojokkan bagai aku itu orang luar di rumah ini. Aku nggak bisa melakukan keputusan apa pun dengan bebas.”Hati Jules terasa tegang. Dia memangku Jessie, lalu berkata, “Kenapa kamu berpikir sembarangan?” Jules mendekatinya. Napas hangat mengenai pipi Jessie. “Kalau kamu tidak suka, lain kali kamu tidak usah dengar apa katanya. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi, kalau kamu mau keluar rumah, kamu mesti dikawal oleh pengawal.”Usai berbicara, Jules memeluk Jessie. “Aku benar-benar takut kamu bosan di rumah. Jessie, aku tidak berharap kamu tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, aku ….”Jessie menatap Jules. “Apa yang