Dacia pun terdiam. Baru saja dia membicarakan tentang Jerremy, Jerremy malah tiba-tiba muncul. Dia pun menarik kembali tangannya, lalu mengelus permukaan jam tangan sambil menoleh ke arah Jerremy dan bertanya, “Adikmu sudah lulus, tapi kamu masih belum lulus?”“Itu urusanku.” Setelah melirik jam tangan yang dikenakan Dacia, Jerremy pun berkata, “Jam tangan itu cocok juga sama kamu.”Dacia pun terkejut setelah mendengar respons itu. Dulu, bukannya Jerremy selalu mengejeknya jika dia menerima hadiah dari Jessie?Jessie tersenyum, lalu berkata sambil bertopang dagu, “Tentu saja cocok. Kan aku yang memilihnya.”Jerremy menarik sebuah kursi, dan duduk di atasnya sebelum bertanya, “Kapan kamu pulang?”“Beberapa hari lagi,” jawab Jessie. Setelah itu, dia melanjutkan, “Setelah aku pulang, kamu nggak boleh diam-diam tindas Dacia, ya!”Jerremy menatap Dacia sambil tersenyum, lalu menjawab, “Begitu tanya dia, kamu akan tahu aku menindasnya atau nggak.”Namun, ucapan Jerremy menyiratkan bahwa Daci
Jerremy berjalan ke arah 2 pramuniaga itu, lalu mengetuk meja konter dan berkata, “Bungkuskan barang yang dilihat gadis itu tadi.”Setelah mendengar ucapan Jerremy, kedua pramuniaga itu pun terlihat malu.Dacia menunggu di luar hampir setengah jam dan tidak berhenti melirik jam tangannya. Kakinya sudah pegal karena berdiri terlalu lama. Tahu begitu, lebih baik tadi dia menunggu di mobil.Tiba-tiba, Jerremy menyerahkan 2 kantong belanjaan kepada Dacia dan berkata, “Pegang.”Dacia meliriknya, lalu menerimanya dengan kesal dan bertanya, “Tuan Muda Jerry, apa kita sudah boleh pulang?”Jerry menatapnya dan menjawab, “Apa nggak ada yang mau kamu beli?”Dacia menjawab, “Nggak ada.”Jerremy pun tertawa, lalu berkata, “Kalau nggak punya uang, aku pinjamin deh.”Dacia juga tertawa, lalu bertanya balik, “Apa kamu rasa aku sangat kekurangan uang?”Jerremy mengiakan dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Kelihatannya begitu.”Dacia pun berkata tanpa ragu, “Kalau begitu, pinjamkan saja beberapa miliar
Selama ini, Jessie dan Jules sangat jarang makan berdua. Biasanya, mereka selalu ditemani oleh orang lain. Begitu memikirkan hal ini, Jessie pun menyadari bahwa dia dan Jules tidak pernah merasakan kencan yang sebenarnya.Saat Jessie sedang termenung, sesuatu yang lembut menyentuh ujung jarinya dan membuatnya tersadar kembali. Jules memakan udang itu, lalu menggigit ujung jarinya dengan pelan. Dia langsung merasa bagaikan tersengat listrik dan tanpa sadar memandang ke sekeliling.Melihat telinga Jessie yang memerah, Jules pun tersenyum makin lebar. Dibandingkan dengan Jessie yang terlihat agak gugup, dia terkesan tenang dan santai. Kemudian, dia bertanya, “Apa kamu sudah dapat agensi?”“Sudah, aku melamar ke agensi baru bernama Agensi Solar,” jawab Jessie sambil mengangguk. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menggigit garpunya dengan ragu untuk sesaat sebelum bertanya, “Kak Jules, kalau aku dapat film dengan adegan romantis, apa kamu akan marah?”Jules terdiam sesaat, lalu me
Paparazi yang bersembunyi di kegelapan juga mengambil foto-foto Jessie.Kemudian, beberapa mobil itu melaju menuju vila Javier dengan santai. Sementara itu, Jessie duduk di dalam mobil sambil memandang ke luar jendela. Setelah tinggal di luar negeri selama beberapa tahun, dia mau tak mau merasa agak asing dengan ibu kota. Kemudian, Jessie menggenggam cincin yang tergantung di lehernya dan tenggelam dalam pikirannya. Saat Jules datang mencarinya nanti, dia juga pasti sudah berubah. Setidaknya, dia bukan lagi Jessie yang hanya harus selalu dilindungi Jules, melainkan Jessie yang bisa berdiri berdampingan dengan Jules....Di vila Javier.Saat ini, Steven, Javier, dan Claire sedang duduk menunggu di ruang tamu. Tidak lama kemudian, sebuah sosok yang familier berlari masuk sambil berseru, “Ibu, Ayah, Kakek!”Steven pun tersenyum gembira dan melambaikan tangannya sambil berkata, “Jessie sudah pulang, ya. Cepat kemari!”Jessie pun berlari ke hadapan Steven. Setelah mengamatinya sesaat, Stev
Setelah mendengar ucapan ibunya, Jessie pun menggigit bibirnya dan matanya juga berkaca-kaca.Claire menyeka air matanya, lalu lanjut berkata, “Jessie, ayahmu bukan nggak akui kemampuan Jules. Justru karena menaruh harapan, dia baru kasih Jules kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.”Jessie tersenyum dan menjawab, “Aku ngerti, Bu.”“Kamu pasti sudah capek, ‘kan? Istirahat yang baik, ya. Ibu nggak ganggu kamu lagi,” ujar Claire. Kemudian, dia pun meninggalkan kamar Jessie. Baru saja dia menutup pintu dan berbalik, dia langsung melihat Javier yang sedang berdiri bersandar di dinding.Claire berjalan mendekatinya dan berkata, “Kamu curi dengar percakapan kami?”Javier memalingkan wajah dan menjawab dengan agak kesal, “Begitu Jessie pulang, kamu langsung mengabaikanku.”Claire pun tertawa, lalu menarik dasinya dan bertanya, “Siapa yang abaikan kamu?”Javier menjawab, “Kamu.”“Javier, kamu makin menjadi-jadi saja! Apa kamu mau dihukum?” tanya Claire sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh
Tidak peduli bergabung dengan agensi mana pun, seorang artis yang unggul akan hidup enak selama dia memiliki karya dan populer. Bagaimanapun juga, transaksi selalu dilakukan atas dasar keuntungan.Saat hendak menandatangani kontrak itu, Jessie tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya, “Apa aku boleh ajukan 1 syarat?”Tommy tertegun sejenak, lalu mengangguk dan menjawab, “Boleh saja asalkan syarat itu masuk akal.”Jessie pun menjawab tanpa ragu, “Kelak, aku mau pilih sendiri naskah yang ditawarkan padaku.”Tommy mengira Jessie akan mengajukan syarat yang sulit dipenuhi. Tak disangka, itu hanyalah masalah pemilihan naskah. Dia pun menyetujuinya tanpa ragu.Siang ini, sekretaris Tommy membawa Jessie pergi menemui manajernya. Saat berjalan melewati koridor, Jessie pun melihat ke sekeliling. Di dalam lemari kaca, terdapat banyak poster film dan foto grup karyawan perusahaan.Jessie bertanya siapa nama sekretaris itu dan sekretaris itu menjawab, “Namaku Effendi.”Berhubung merasa penasaran, J
Ditolak dengan mentah-mentah! Tanpa ragu sama sekali!Tiba-tiba terdengar suara tawa. “Samuel, dia itu putrinya Tuan Javier. Kamu malah berani menolak?”Jessie melihat ke arah datangnya suara. Pria berambut panjang sedang duduk di sofa sembari menyilangkan kedua kakinya. Dia kelihatan tampan dan penampilannya sangat modis. Jika bukan karena dia memiliki suara yang kasar, semua orang pasti akan mengira pria berkulit putih ini adalah perempuan.Effendi merasa malu. “Pak Samuel, ini perintah direktur utama.”Samuel mengangkat kepalanya untuk mengembuskan asap rokok. Pandangannya yang tajam itu dilayangkan ke sisi Jessie. “Kalau putrinya Tuan Javier ingin mencari pengalaman hidup, kamu bisa pergi ke Agensi Majestik atau Agensi Pencari Bakat. Agensi Solar terlalu kecil, tidak sanggup untuk mengangkatmu menjadi tenar. Kami saja sudah cukup sakit kepala untuk mengurus seorang Levin.” Samuel mengetuk-ngetuk batang rokok. “Aku juga bukan kurang kerjaan.”Levin menyandarkan kepalanya di atas ked
Beberapa hari lalu, reporter memergoki dia berkelahi di klub malam. Citranya di mata publik langsung anjlok parah. Dalam waktu satu malam, dia pun kehilangan 50-an ribu pengikut Instagram.Samuel menghabiskan waktu satu tahun untuk membentuknya. Pada akhirnya, jerih payahnya berakhir sia-sia. Wajar jika Samuel merasa sangat marah.Hanya saja, kondisi Jessie berbeda dengan Levin. Dia adalah putri semata wayang Javier Fernando. Nilainya akan lebih tinggi berkali-kali lipat daripada Levin. Sekarang Samuel malah tidak memberinya muka sama sekali, bukannya itu sama saja dengan bosan hidup?Effendi sedang berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah. Siapa sangka Jessie malah tersenyum. “Kamu juga nggak kenal sama aku. Atas dasar apa kamu mengira aku akan bersikap seperti Levin? Kamu bahkan nggak beri aku satu kesempatan sama sekali, kamu malah bilang aku datang untuk main-main?”Kali ini, Samuel baru mengangkat kepala untuk menatapnya. Gadis di hadapannya memang kelihatan lebih patuh darip
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me