Selama ini, Jessie dan Jules sangat jarang makan berdua. Biasanya, mereka selalu ditemani oleh orang lain. Begitu memikirkan hal ini, Jessie pun menyadari bahwa dia dan Jules tidak pernah merasakan kencan yang sebenarnya.Saat Jessie sedang termenung, sesuatu yang lembut menyentuh ujung jarinya dan membuatnya tersadar kembali. Jules memakan udang itu, lalu menggigit ujung jarinya dengan pelan. Dia langsung merasa bagaikan tersengat listrik dan tanpa sadar memandang ke sekeliling.Melihat telinga Jessie yang memerah, Jules pun tersenyum makin lebar. Dibandingkan dengan Jessie yang terlihat agak gugup, dia terkesan tenang dan santai. Kemudian, dia bertanya, “Apa kamu sudah dapat agensi?”“Sudah, aku melamar ke agensi baru bernama Agensi Solar,” jawab Jessie sambil mengangguk. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menggigit garpunya dengan ragu untuk sesaat sebelum bertanya, “Kak Jules, kalau aku dapat film dengan adegan romantis, apa kamu akan marah?”Jules terdiam sesaat, lalu me
Paparazi yang bersembunyi di kegelapan juga mengambil foto-foto Jessie.Kemudian, beberapa mobil itu melaju menuju vila Javier dengan santai. Sementara itu, Jessie duduk di dalam mobil sambil memandang ke luar jendela. Setelah tinggal di luar negeri selama beberapa tahun, dia mau tak mau merasa agak asing dengan ibu kota. Kemudian, Jessie menggenggam cincin yang tergantung di lehernya dan tenggelam dalam pikirannya. Saat Jules datang mencarinya nanti, dia juga pasti sudah berubah. Setidaknya, dia bukan lagi Jessie yang hanya harus selalu dilindungi Jules, melainkan Jessie yang bisa berdiri berdampingan dengan Jules....Di vila Javier.Saat ini, Steven, Javier, dan Claire sedang duduk menunggu di ruang tamu. Tidak lama kemudian, sebuah sosok yang familier berlari masuk sambil berseru, “Ibu, Ayah, Kakek!”Steven pun tersenyum gembira dan melambaikan tangannya sambil berkata, “Jessie sudah pulang, ya. Cepat kemari!”Jessie pun berlari ke hadapan Steven. Setelah mengamatinya sesaat, Stev
Setelah mendengar ucapan ibunya, Jessie pun menggigit bibirnya dan matanya juga berkaca-kaca.Claire menyeka air matanya, lalu lanjut berkata, “Jessie, ayahmu bukan nggak akui kemampuan Jules. Justru karena menaruh harapan, dia baru kasih Jules kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.”Jessie tersenyum dan menjawab, “Aku ngerti, Bu.”“Kamu pasti sudah capek, ‘kan? Istirahat yang baik, ya. Ibu nggak ganggu kamu lagi,” ujar Claire. Kemudian, dia pun meninggalkan kamar Jessie. Baru saja dia menutup pintu dan berbalik, dia langsung melihat Javier yang sedang berdiri bersandar di dinding.Claire berjalan mendekatinya dan berkata, “Kamu curi dengar percakapan kami?”Javier memalingkan wajah dan menjawab dengan agak kesal, “Begitu Jessie pulang, kamu langsung mengabaikanku.”Claire pun tertawa, lalu menarik dasinya dan bertanya, “Siapa yang abaikan kamu?”Javier menjawab, “Kamu.”“Javier, kamu makin menjadi-jadi saja! Apa kamu mau dihukum?” tanya Claire sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh
Tidak peduli bergabung dengan agensi mana pun, seorang artis yang unggul akan hidup enak selama dia memiliki karya dan populer. Bagaimanapun juga, transaksi selalu dilakukan atas dasar keuntungan.Saat hendak menandatangani kontrak itu, Jessie tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya, “Apa aku boleh ajukan 1 syarat?”Tommy tertegun sejenak, lalu mengangguk dan menjawab, “Boleh saja asalkan syarat itu masuk akal.”Jessie pun menjawab tanpa ragu, “Kelak, aku mau pilih sendiri naskah yang ditawarkan padaku.”Tommy mengira Jessie akan mengajukan syarat yang sulit dipenuhi. Tak disangka, itu hanyalah masalah pemilihan naskah. Dia pun menyetujuinya tanpa ragu.Siang ini, sekretaris Tommy membawa Jessie pergi menemui manajernya. Saat berjalan melewati koridor, Jessie pun melihat ke sekeliling. Di dalam lemari kaca, terdapat banyak poster film dan foto grup karyawan perusahaan.Jessie bertanya siapa nama sekretaris itu dan sekretaris itu menjawab, “Namaku Effendi.”Berhubung merasa penasaran, J
Ditolak dengan mentah-mentah! Tanpa ragu sama sekali!Tiba-tiba terdengar suara tawa. “Samuel, dia itu putrinya Tuan Javier. Kamu malah berani menolak?”Jessie melihat ke arah datangnya suara. Pria berambut panjang sedang duduk di sofa sembari menyilangkan kedua kakinya. Dia kelihatan tampan dan penampilannya sangat modis. Jika bukan karena dia memiliki suara yang kasar, semua orang pasti akan mengira pria berkulit putih ini adalah perempuan.Effendi merasa malu. “Pak Samuel, ini perintah direktur utama.”Samuel mengangkat kepalanya untuk mengembuskan asap rokok. Pandangannya yang tajam itu dilayangkan ke sisi Jessie. “Kalau putrinya Tuan Javier ingin mencari pengalaman hidup, kamu bisa pergi ke Agensi Majestik atau Agensi Pencari Bakat. Agensi Solar terlalu kecil, tidak sanggup untuk mengangkatmu menjadi tenar. Kami saja sudah cukup sakit kepala untuk mengurus seorang Levin.” Samuel mengetuk-ngetuk batang rokok. “Aku juga bukan kurang kerjaan.”Levin menyandarkan kepalanya di atas ked
Beberapa hari lalu, reporter memergoki dia berkelahi di klub malam. Citranya di mata publik langsung anjlok parah. Dalam waktu satu malam, dia pun kehilangan 50-an ribu pengikut Instagram.Samuel menghabiskan waktu satu tahun untuk membentuknya. Pada akhirnya, jerih payahnya berakhir sia-sia. Wajar jika Samuel merasa sangat marah.Hanya saja, kondisi Jessie berbeda dengan Levin. Dia adalah putri semata wayang Javier Fernando. Nilainya akan lebih tinggi berkali-kali lipat daripada Levin. Sekarang Samuel malah tidak memberinya muka sama sekali, bukannya itu sama saja dengan bosan hidup?Effendi sedang berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah. Siapa sangka Jessie malah tersenyum. “Kamu juga nggak kenal sama aku. Atas dasar apa kamu mengira aku akan bersikap seperti Levin? Kamu bahkan nggak beri aku satu kesempatan sama sekali, kamu malah bilang aku datang untuk main-main?”Kali ini, Samuel baru mengangkat kepala untuk menatapnya. Gadis di hadapannya memang kelihatan lebih patuh darip
Jessie tersenyum. “Nggak apa-apa. Aku percaya dengan kemampuan Pak Samuel.”…Di jurusan bisnis, Akademi Victoria, Negara Hyugana.Jerremy berdiri di koridor dengan siku bersandar di atas pegangan. Jari tangannya mengusap-ngusap liontin kalung.“Jerry.” Seorang pria berambut cepat datang, lalu menyandarkan lengan di atas pundaknya. “Bukannya sudah janjian untuk makan bersama?” Baru saja si pria menyelesaikan omongannya, tampak ada kalung di tangan Jerremy. “Bagus, aksesori CD, mau kasih ke cewek?”Jerremy menyimpan kalung itu, lalu menjawab dengan raut tak berekspresi, “Untuk adikku.”Pria berambut cepak tersenyum. “Oh, ya! Di mana cewek cantik itu?”Kening Jerremy tampak berkerut. “Ngapain kamu tanya soal dia?”“Kenapa kamu malah gugup? Aku cuma asal tanya saja. Biasanya dia suka menempel di sisimu, tapi aku tidak melihatnya selama beberapa hari ini. Bukannya dia lagi mengejarmu?”“Dia mengejarku?” Jerremy merasa ada yang aneh dengan ucapan itu.Teman-teman Jerremy tidak tahu “perjanj
Belum sempat Jessie berbicara, Samuel pun duluan bersuara, “Pak Tommy bilang kamu ajukan persyaratan untuk memilih naskah sendiri. Tapi persyaratan itu tidak berlaku di diriku. Sebab, kamu lagi dalam masa percobaan. Kalau kamu bisa mendapatkan peran ini dalam waktu satu bulan, aku akan mengakui kemampuanmu.”“Apa sulit untuk mendapatkan peran ini?” tanya Jessie.Samuel pun tersenyum tipis, lalu menyesap kopinya. “Kamu baca dulu, baru bicara.”Jessie membaca isi naskah secara ringkas. Kemudian, dia baru membaca analisis karakter yang dia perankan. Karakter pendukung wanita ini adalah siluman naga, seorang tokoh antagonis bermuka dua, yang setara dengan memiliki kepribadian ganda.Diperlukan pemahaman mendalam untuk bisa membentuk karakter. Karakter ini juga memiliki kekuatan sihir yang tinggi dan kemampuan bela diri yang hebat. Terdapat banyak adegan perkelahian dengan tingkat kesukaran yang sangat tinggi.Bukan hanya harus melakukan adegan perkelahian dengan bantuan tali, tetapi juga h
Jules merangkul Jessie di dalam dekapannya. “Apa benar kamu tidak takut?”Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kamu juga nggak pernah lukai aku.”Dagu Jules bersandar di atas kepala Jessie. Dia pun tersenyum. “Kamu sudah mempertaruhkan nyawamu demi menemaniku. Apa mungkin aku tega untuk melukaimu? Jessie, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu. Waktu itu, saat mereka menculikku ke Area Andes, apa kamu tidak takut ketika mengikutiku?”Jessie mengangkat kepalanya untuk menatap Jules. Senyumannya sangat lebar. “Aku nggak takut. Karena aku tahu ayahku pasti akan datang untuk menyelamatkan kita. Lagi pula, kamu juga bakal lindungi aku.”Jules tertegun sejenak, lalu menurunkan kelopak mata untuk menatapnya. “Aku melindungimu? Jelas-jelas kamu yang melindungiku?”Jessie berkata dengan tersenyum, “Sebenarnya aku juga nggak tahu kenapa aku bisa mengambil risiko untuk mengikutimu. Tapi setahuku, aku nggak menyesal.”Jules memeluk Jessie dengan erat, lalu menempelkan bibir di atas kening Jessie.
Yura tidak berbicara, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.Di sisi lain, Jules menghentikan mobilnya di depan Vila Laguna. Jessie menuruni mobil, lalu memandang vila dengan nuansa klasik dengan kaget. “Jangan-jangan vila ini ditinggalkan Kakek untuk kamu?”Jules mengangguk. “Vila ini tempat tinggal nenekku. Setelah dia meninggal, hak milik vila ini jatuh ke tangan kakekku. Kakekku tidak tega untuk melelangnya, makanya vila ini dibiarkan kosong.”Usai berbicara, Jules mengulurkan tangannya ke sisi Jessie. “Aku bawa kamu pergi jalan-jalan.”Jessie menggandeng tangan Jules dengan tersenyum, lalu bersamanya berjalan di taman bunga yang luas ini.Vila ini berjarak sangat dekat dengan istana. Dari sini, mereka bisa melihat jam di atas menara istana. Lokasi ini juga berada di pusat bisnis.Di dalam taman terdapat kolam buatan dan jembatan kecil, serta beberapa gazebo. Air mancur, patung, jalan setapak yang dikelilingi pohon phoenix, serta kebun mawar saling melengkapi di bawah sinar matah
Pintu diketuk. Hiro melihat dari celah jari tangannya. “Masuk.”Saat melihat Yura memasuki ruangan, Hiro pun merasa kaget. “Kenapa kamu ke sini?”Yura mengangkat kantongan plastik. Di dalamnya berisi camilan dan juga bir. “Aku khawatir kamu akan bosan. Jadi, aku datang untuk melihatmu.”Yura meletakkan botol bir di atas meja, lalu mengeluarkan camilan. “Pada saat seperti ini, kamu pasti ingin minum alkohol, ‘kan?”Hiro tersenyum datar. “Kamu sudah baca berita?”“Sepertinya selain orang buta, semuanya sudah membaca berita itu.” Yura membuka sekaleng bir, lalu menyerahkannya kepada Hiro.Hiro mengambil kaleng bir, lalu meminumnya.Yura duduk di seberang Hiro. “Apa lukamu sudah sembuh?”Hiro mengiakan dengan acuh tak acuh.Yura mengangkat kepala untuk menatap Hiro. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Jujur saja, aku merasa sudah seharusnya kamu melepaskan Jessie. Dia sudah menikah. Kamu juga nggak bisa mengubah kenyataan itu.”“Jadi?” Hiro memutar bola matanya. “Tujuan kamu kemari m
“Sebenarnya bukan, mungkin karena dia tidak ingin menambah rasa sedih setelah dia meninggal nanti. Meskipun kamu bertemu dia untuk yang terakhir kalinya, kamu juga tidak bisa mengubah apa pun. Kamu juga akan bersedih dan tidak bisa menerima kenyataan ini. Kalau dia melihatmu yang seperti itu, bisa jadi dia akan semakin merasa bersalah dan semakin tidak tenang lagi.”Dacia menurunkan kelopak matanya dan tidak berbicara. Beberapa saat kemudian, Dacia pun menunjukkan senyuman di wajahnya. “Terima kasih sudah menghiburku.”Di dalam vila, Daniel menyadari kepulangan mereka. Dia berdiri dengan perlahan. Saat dia menyadari kedua mata merah Dacia, dia yakin Dacia sudah mengetahui masalah kematian Raja Willie.“Dacia.”“Ayah, kamu nggak usah khawatir. Aku baik-baik saja.”Usai berbicara, Dacia membalikkan tubuhnya untuk naik ke lantai atas.Daniel menatap bayangan punggung Dacia yang menaiki tangga dengan raut cemas. Jerremy memalingkan kepalanya untuk menatap Daniel. “Tadi dia pergi ke istana.
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t