Kevin berdiri di depan kursi terdakwa dan menjawab semua pertanyaan hakim. Intinya, kematian Lisa disebabkan oleh kelalaiannya. Bagaimanapun, Kevin tidak turun tangan sendiri, melainkan menyuap petugas keamanan rumah sakit, sehingga dia hanya dianggap sebagai dalang di balik pembunuhan tersebut.Meskipun harus menanggung akibat dari tindak kejahatannya, di Negara Biwana, hukumannya paling-paling hanya dua hingga tiga tahun penjara saja. Apalagi dengan adanya bantuan tim pengacara profesional, kemungkinan besar Kevin akan dibebaskan. Kevin dan ayahnya kelihatan sangat percaya diri. Sementara itu, raut adiknya yang sedang duduk di samping itu kelihatan sangat dingin. Raymond mengusap jam tangannya sembari menggertakkan giginya. Kelihatan sekali dia sedang menunggu sesuatu.Saat hakim hendak menjatuhkan hukuman, ada orang yang tiba-tiba melakukan protes. “Kami menolak!”Semua orang spontan melihat ke arah datangnya suara. Tampak seorang pasangan suami istri muncul di hadapan mereka. Wani
Urat hijau di bagian leher Kevin menonjol. Dia pun menjerit dengan suara rendah, “Dia itu kakakmu!”Tatapan Raymond dan ayahnya saling bertemu. Dia menyerahkan dokumen kepada Pengacara Andrew. Tatapannya masih saja tertuju pada diri sang ayah. “Kak Kevin itu anakmu. Apa aku bukan anakmu?”Kali ini, Richard merasa kaget.“Biasanya aku selalu membantu Kak Kevin untuk menangani masalahnya. Apa Kak Kevin pergi membantuku sekali pun? Ayah hanya memikirkan keuntungan Keluarga Jalma, bagaimana denganku? Aku tidak merasa aku lebih buruk daripada Kak Kevin. Hanya saja, cuma ada Kak Kevin di matamu. Apa kamu pernah melihat kerja kerasku?”Raymond sungguh geram saat ini. Dia menunjuk ke sisi Kevin. “Aku tahu semua yang pernah dilakukan Kak Kevin. Apa belum cukup banyak yang aku tutupi demi Kak Kevin? Kalau hari ini aku yang berada di posisi Kak Kevin, apa yang akan kamu lakukan?”Selesai ucapan dilontarkan, Richard langsung melayangkan tamparan kuat ke wajah Raymond. Raymond memalingkan kepalanya
“Video penculikan” itu adalah hasil rekayasa. Jules bukan hanya mengirim video itu kepada Raymond saja, dia juga mengirimkannya kepada Richard.Raymond adalah orang terakhir yang berhubungan dengan Jules. Seandainya Jules benar-benar diculik dan terjadi apa-apa dengannya, Raymond pun akan menjadi tersangka utama.Hanya saja, beda cerita dengan Richard. Tidak ada gunanya bagi Jules untuk mengancam Richard. Lagi pula, dia hanya peduli dengan putra sulungnya saja. Mana mungkin dia peduli dengan masalah Raymond “diancam”?Rekaman ini telah menjadi kesempatan bagi Raymond untuk merebut kekuasaan. Sebenarnya jika Richard peduli dengan masalah Raymond diancam, bisa jadi hati Raymond akan luluh, rencana Jules pun tidak akan tercapai.…Di Hotel Samari, Negara Hyugana.Hillary maju untuk menarik kerah pakaian sekretarisnya. “Mana mungkin? Mana mungkin Paman berbuat seperti ini!”Sekretaris juga tidak berdaya. Dia hanya bisa membujuk Hillary untuk menerima kenyataan. “Nona, kenyataannya memang s
Marry menepis tangan Hillary, lalu mengangkat kepalanya. “Bukannya semua ini berkat Nona Hillary?”Hillary tertegun di tempat. Wajahnya seketika memucat. Tatapan Marry masih tertuju pada dirinya. “Sepertinya kamu terlalu percaya diri. Tuan Muda Jules hanya ingin kamu tahu. Dia nggak perlu meminta dukungan siapa pun, bahkan nggak usah bersusah payah untuk bisa menghancurkan Keluarga Jalma.”“Dia juga nggak perlu lenyapin seluruh Keluarga Jalma, dia hanya perlu menggantikan kepemimpinan Keluarga Jalma saja. Sekarang Pak Kevin sudah dijebloskan ke penjara. Grup Jalma sudah pasti akan berpindah kepemilikan. Pak Raymond juga mendapat dukungan dari para direksi. Sekarang setengah kekuasaanmu dan ayahmu direbut oleh Pak Raymond. Kamu pasti merasa nggak enak, ‘kan?”Hillary memeluk kepalanya, lalu menjerit dengan histeris, “Aku nggak percaya! Kalian pasti lagi bohongi aku!”Marry tersenyum sinis. “Terserah kamu percaya atau nggak. Kenyataannya memang seperti ini. Cepat pulang sana!”Kedua kak
Jules menunduk, lalu mengecup bibir wanitanya. Inilah kehangatan yang didambakan Jules selama beberapa hari ini.Jessie memeluk leher kekasihnya. Beberapa saat kemudian, kedua bibir baru berpisah. Jessie menunduk. Bulu matanya tampak bergetar. Terlihat juga sedikit air mata berlinang di matanya. “Kita sudah berpisah selama setengah bulan.”Terlintas sedikit senyuman di wajah Jules. Dia mengecup kening Jessie, lalu berkata, “Emm, sudah setengah bulan.”Terdengar lagi bisikan Jessie. “Apa nggak ada yang ingin kamu katakan sama aku?”Jules meraba bibirnya, lalu membalas, “Ada.”Jules mendekat. “Selama kamu tidak di sisiku. Aku sangat merindukanmu. Bahkan, selalu ada kamu di dalam mimpiku.”Wajah Jessie terasa panas. Dia menghindari tatapan Jules, lalu berkata, “Dasar gombal.” Hanya saja, Jessie masih penasaran. “Apa yang kamu mimpikan?”Jules tersenyum, lalu berbisik di samping telinga Jessie, “Aku mimpi lagi menyantap Jessie.”Jessie langsung memukul si Jules. “Dasar nggak beres!”Jules
Tubuh Dacia tertegun. Hati yang hampir luluh itu dihancurkan oleh ucapan sang ibu.Daniel juga terbengong. Dia ingin melepaskan genggaman tangan Lidya, tetapi Lidya malah mendorongnya. “Dacia, aku hanya memilikimu saja. Kamu tidak boleh mencampakkanku, ya. Aku itu ibumu!”“Plak!” Suara tamparan keras terdengar di dalam ruangan. Saat Dacia masih belum sempat merespons, dia pun menyadari Lidya sudah memiringkan tubuhnya, lalu terjatuh di atas ranjang.Disusul, terdengar suara marah Daniel. “Apa maumu!”Lidya memegang pipinya, tertegun di atas ranjang. Dia tidak berbicara sama sekali.Daniel menarik napas dalam-dalam. “Apa yang pernah kamu janjikan sama aku? Kamu akan menjalin hubungan baik dengan Dacia. Ternyata kamu lagi membohongiku!”Kedua mata Daniel tampak memerah. Dia pun melanjutkan dengan kesal, “Apa belum cukup kamu menghancurkan satu anak! Sekarang, apa kamu masih ingin memanfaatkan putrimu untuk merebut kekuasaan? Anak lak-laki kita sudah tiada! Semua itu juga akibat dari perb
Saat ini, hanya tersisa Jessie dan Jules di ruang tamu. Jessie mengangkat kepalanya melihat ke sisi tangga. “Apa Paman benar-benar lagi marah?”Jules berdiri. “Tenang saja, Ibu bisa menghiburnya.”Langkah kaki Jules berhenti. Dia mengulurkan tangannya untuk memeluk Jessie. Jessie pun terbengong, menatap ke sisi Jules. “Ada apa?”Ujung jari Jules mengusap wajah Jessie. Kemudian, dia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga Jessie. “Gimana kalau kita ke kamar?”Jessie refleks mengalihkan pandangannya. Dia merasa gugup. “Ngapain ke kamar?”Jules menunduk, lalu menggigit pelan telinga Jessie. “Aku ingin berdua dengan Jessie.”Seluruh bulu kuduk Jessie berdiri. Wajahnya seketika merona. Dia berusaha menelan air liur dengan susah payah. “Bukannya kita lagi berdua sekarang?”“Beda.” Jules mengusap bibir Jessie. “Aku ingin menciummu. Kalau kamu tidak takut dilihat orang lain ….”Jessie langsung menutup mulut Jules. Daun telinganya semakin memanas. “Aku sudah tahu!”Baru saja memasuki kamar, J
Keesokan harinya, Jessie tampak tidak bersemangat ketika di akademi.Semalam Jessie tidur siang kelamaan di rumah Jules. Jadi, ketika pulang ke vila, dia pun tidak bisa tidur lagi. Seingat Jessie, dia baru tidur pada jam lima subuh.Jessie mengeluarkan cermin kecil untuk becermin. Kantong mata kelihatan sangat hitam. Dia sungguh mirip dengan panda sekarang.Tiba-tiba, ada yang menepuk pundaknya. Dia terkejut, lalu menoleh. “Kak Jerry?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada, lalu mengamati “mata pandanya”. “Semalam kamu jadi maling?”“Kamu yang maling!” Jessie memalingkan wajahnya, lalu berbohong. “Aku minum kebanyakan kopi. Jadi, nggak bisa tidur, deh.”“Di mana Dacia?”Jessie tertegun sejenak. Dia menatap sang kakak dengan tatapan bingung. “Kak, ngapain kamu cari Dacia?”Jerremy mengalihkan pandangannya. Raut wajahnya masih tidak berubah. “Tidak kenapa-napa.” Lantaran merasa alasannya kurang meyakinkan, dia pun menambahkan, “Aku ada urusan mencarinya.”“Urusan apa?”“Kenapa kamu