Daniel tidak berbicara.Jessie pun tidak bertanya lagi. Dia membalikkan tubuhnya, lalu berjalan pergi. Kemudian, pada saat ini, Daniel berkata, “Aku maklum jika Dacia membenci kami. Tapi hidupnya lebih bebas daripada Charles. Asalkan dia bisa hidup bebas dan melewati kehidupan yang diinginkannya, aku pun merasa tenang.”Tatapan Jessie tertuju pada diri Daniel. Dia tidak berbicara lagi, lalu berjalan pergi.Acara ulang tahun akademi sudah berakhir. Dalam sekilas mata, waktu setengah bulan pun sudah berlalu.Selesai Jessie tampil di pentas, dia pun pergi ke ruangan sebelah untuk mencari Dacia.Ujian susulan di ruang sebelah baru saja selesai. Mahasiswa mulai meninggalkan ruangan. Ketika melihat Dacia berdiri di paling belakang, Jessie pun melambaikan tangannya.Saat Dacia berjalan mendekati Jessie, Jessie baru bertanya, “Gimana? Apa nilaimu lewat?”“Sepertinya aku mesti ujian ulang lagi.” Dacia mengangkat-angkat pundaknya. Dia menerima hasil ujian dengan lapang dada. “Anggap saja jadi ak
Si pria berambut cepak merasa terpukul dan juga kaget. “Apa?”Namun, Jerremy sudah meninggalkan tempat.Sore harinya, di Kompleks Vila Bagya.Sebuah mobil berhenti di depan vila. Jules sedang bersandar di badan mobil sembari melihat jam tangannya.Suara langkah kaki semakin mendekat. Kali ini, Jules baru mengangkat kepalanya. Jessie melompat ke hadapan Jules, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Apa kamu sudah menunggu lama?”Rambut panjang hitam Jessie dikuncir tinggi. Dia mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan rok pendek dan tas selempang. Dia kelihatan sangat energik hari ini.Jules memeluk Jessie. “Kamu dandan hari ini?”Jessie menunduk, lalu berbisik, “Hari ini aku akan makan di rumahmu. Sudah seharusnya aku meninggalkan kesan baik di hati keluargamu.”Jules pun tertawa. “Kamu juga sudah pergi ke rumah.”“Beda, dong!” Jessie mendengus dingin. Waktu itu, dia menghadiri acara pesta di rumahnya, bukan makan dengan keluarganya saja.Mobil melaju ke Kediaman Tanzil. Jessie
Ada dua bangku di meja itu. Tidak kelihatan ada orang yang duduk di sana, tetapi malah ada peralatan makan di atas meja. Makanan itu bahkan tidak disentuh sama sekali. Selain itu, ada sebuah tas laptop di atas bangku yang satu lain. Jelas sekali, meja itu sudah ditempati orang lain.Dacia berjalan ke sana, lalu meletakkan nampan yang berisi makanan di atas meja. “Siapa sih kurang ajar banget?”Baru saja Dacia menyelesaikan omongannya, tetiba ada sesosok bayangan berhenti, lalu menyerahkan minuman ke hadapannya.Dacia mengangkat kepalanya. Ternyata si Jerremy.Jerremy mengambil tas laptop, lalu duduk di tempatnya. Dia mulai menyantap makanannya.Dacia melirik sekeliling. Dia tidak menemukan tempat kosong lagi. “Apa ada orang di sini?”Jerremy mengunyah dengan perlahan. Tanpa mengangkat kepalanya, dia menjawab, “Tidak ada.”“Jadi, kamu malah duduk dua tempat?”“Aku tidak suka makan sama orang asing.” Tetiba Jerremy mengangkat kepalanya, lalu menatap Dacia dengan tenang. “Apa ada masalah
Jessie sudah selesai menyantap makan malamnya. Dia pun ingin jalan-jalan di luar vila. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya pada pelayan di mana kamarnya Jules.Pelayan menunjukkan jalan. Jessie berjalan ke kamar Jules. Begitu pintu kamar dibuka, tampak lampu di dalam kamar dalam keadaan menyala, tetapi malah tidak kelihatan batang hidung siapa pun di dalam sana.Kamar Jules sangatlah luas dengan dibaluti warna abu-abu dan putih yang kelihatan mewah. Sebuah dinding penyekat berukir memisahkan kamar tidur dengan ruang kerja. Ruang kerja tersebut tertata sangat rapi, bahkan tidak terlihat ada barang-barang yang tidak perlu di rak-raknya.Awalnya Jessie ingin mengunjungi kamar Jules secara diam-diam. Siapa sangka ada sesosok bayangan tubuh yang mendekati Jessie, lalu berbisik di telinganya, “Lagi lihat apa?”Jessie merasa kaget spontan menoleh. Hidung mancungnya tak sengaja mengenai pipi Jules. Jules masih mempertahankan posisi membungkuk untuk mendekati Jessie. Dia mengangkat-angk
Jules hanya melirik sekilas saja.Derrick mengangkat kepalanya. Kebetulan dia menyadari Jules sedang menatap ponselnya sembari tersenyum. Dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Nona Jessie, ya?”“Siapa lagi selain dia?” Tidak ada yang berani mengirim pesan begitu banyak sekaligus kepada Jules, selain Jessie.Tetiba pintu ruangan diketuk. Jules menurunkan ponselnya. “Masuk.”Sekretaris memasuki ruangan, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna biru dengan kedua tangannya. “Tuan Muda Jules, ada undangan dari kerajaan.”Tatapan Jules tertuju pada undangan logo kerajaan itu. Dia mengambilnya dengan perlahan. Ternyata itu adalah kartu undangan pesta di istana.…Sore harinya, tak lama setelah Dacia dan Jessie berpisah, Dacia berjalan ke bawah gedung asrama. Dia tertegun sejenak ketika mendengar ada yang memanggilnya. Beberapa saat kemudian, Dacia menoleh menatap Daniel dengan wajah tak berekspresi. “Ada urusan apa?”Daniel mengeluarkan selembar kartu undangan berwarna biru dari tasnya. “
Mana mungkin Claire tahu sebenarnya Jerremy sedang merasa gugup. Sebab, ini pertama kalinya dia berbohong.Baru saja Jerremy hendak mengatakan sesuatu, Jessie pun mengarahkan kamera ke dirinya. “Ibu, aku berteman dengan teman baru di akademi. Kak Jerry dan Kak Jules juga memperlakukanku dengan sangat baik. Jadi, Ibu nggak usah khawatir.”“Oh ya?” Claire tersenyum. “Baguslah kalau kamu punya teman baru. Tapi, ingat buka matamu lebar-lebar.”Jessie tertegun sejenak. “Dacia itu anak baik. Dia nggak mirip sama Lisa.”Claire menandatangani dokumen. “Baguslah kalau kamu punya penilaian sendiri. Kamu juga sudah dewasa sekarang. Oh ya, kamu sudah hampir tamat, ‘kan?” Claire mengangkat kepalanya. “Saat kalian wisuda nanti, Ibu akan beri kalian hadiah.”Jessie tersenyum. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu pekerjaan Ibu lagi. Sampai jumpa.”Jessie pun mengakhiri panggilan video.Jerremy berkata dengan tersenyum, “Kenapa kamu tidak berani beri tahu Ibu masalah Yale?”“Kalau aku mengatakannya, be
Wanita itu melirik Jules. Tetiba dia mengulurkan tangannya, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Salam kenal, namaku Hillary Jalma.”Demi menjaga sopan santun, Jules pun bersalaman dengannya. “Salam kenal.”Dengan segera, Jules menurunkan tangannya. Dia bisa membalas juga murni karena tata krama saja.Hillary masih dapat merasakan sisa kehangatan di telapak tangannya. Ketika menatap pemuda tampan yang berumur sebaya dengannya, Hillary pun merasakan perasaan yang tidak pernah dirasakannya.Sejak Jules memasuki aula, hingga dia berjalan di samping Hillary, Hillary baru menyadari bahwa dia adalah pria idaman Hillary!Setelah acara berlangsung hingga setengah, Jules berjalan meninggalkan aula. Hillary terus mencari batang hidung Jules. Pada akhirnya, dia menemukan Jules sedang berada di depan balkon.Jules sedang bersandar di atas pegangan pagar. Tatapannya tertuju pada air mancur di lantai bawah. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.Hillary berjalan ke sisinya. “Jules.”Jule
Hillary menggigit bibir bawahnya. Jangan-jangan Jules telah memiliki calon istri? Atau Jules sedang membohonginya?Keesokan harinya, akhir pekan.Sebenarnya Jessie dan Dacia janjian untuk menonton pertunjukan. Siapa sangka malah bertambah seseorang.Di dalam mobil, Jessie menatap Jerremy yang duduk di belakang dengan bingung. “Kak, sejak kapan kamu tertarik untuk nonton pertunjukan teater?”Jerremy duduk dengan melipat kedua lengannya. “Aku tidak tertarik. Aku hanya tidak tenang untuk meninggalkanmu.”Jessie tersenyum. “Kenapa tidak tenang? Aku bisa bawa pengawal.”Jerremy memalingkan kepalanya untuk melihatnya. “Pengawal belum pasti bisa diandalkan.”Pengawal yang sedang mengemudi spontan berkeringat dingin. Hanya saja, dia tidak berani bersuara. Sejak kapan dia tidak bisa diandalkan?Mobil tiba di depan gedung pertunjukan, Jessie duluan menuruni mobil. Saat ini, tampak Dacia sedang menunggunya sembari bersandar di belakang pilar.Hari ini Dacia mengenakan kaus lengan pendek dengan ce