Si pria berambut cepak merasa terpukul dan juga kaget. “Apa?”Namun, Jerremy sudah meninggalkan tempat.Sore harinya, di Kompleks Vila Bagya.Sebuah mobil berhenti di depan vila. Jules sedang bersandar di badan mobil sembari melihat jam tangannya.Suara langkah kaki semakin mendekat. Kali ini, Jules baru mengangkat kepalanya. Jessie melompat ke hadapan Jules, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Apa kamu sudah menunggu lama?”Rambut panjang hitam Jessie dikuncir tinggi. Dia mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan rok pendek dan tas selempang. Dia kelihatan sangat energik hari ini.Jules memeluk Jessie. “Kamu dandan hari ini?”Jessie menunduk, lalu berbisik, “Hari ini aku akan makan di rumahmu. Sudah seharusnya aku meninggalkan kesan baik di hati keluargamu.”Jules pun tertawa. “Kamu juga sudah pergi ke rumah.”“Beda, dong!” Jessie mendengus dingin. Waktu itu, dia menghadiri acara pesta di rumahnya, bukan makan dengan keluarganya saja.Mobil melaju ke Kediaman Tanzil. Jessie
Ada dua bangku di meja itu. Tidak kelihatan ada orang yang duduk di sana, tetapi malah ada peralatan makan di atas meja. Makanan itu bahkan tidak disentuh sama sekali. Selain itu, ada sebuah tas laptop di atas bangku yang satu lain. Jelas sekali, meja itu sudah ditempati orang lain.Dacia berjalan ke sana, lalu meletakkan nampan yang berisi makanan di atas meja. “Siapa sih kurang ajar banget?”Baru saja Dacia menyelesaikan omongannya, tetiba ada sesosok bayangan berhenti, lalu menyerahkan minuman ke hadapannya.Dacia mengangkat kepalanya. Ternyata si Jerremy.Jerremy mengambil tas laptop, lalu duduk di tempatnya. Dia mulai menyantap makanannya.Dacia melirik sekeliling. Dia tidak menemukan tempat kosong lagi. “Apa ada orang di sini?”Jerremy mengunyah dengan perlahan. Tanpa mengangkat kepalanya, dia menjawab, “Tidak ada.”“Jadi, kamu malah duduk dua tempat?”“Aku tidak suka makan sama orang asing.” Tetiba Jerremy mengangkat kepalanya, lalu menatap Dacia dengan tenang. “Apa ada masalah
Jessie sudah selesai menyantap makan malamnya. Dia pun ingin jalan-jalan di luar vila. Tetiba dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya pada pelayan di mana kamarnya Jules.Pelayan menunjukkan jalan. Jessie berjalan ke kamar Jules. Begitu pintu kamar dibuka, tampak lampu di dalam kamar dalam keadaan menyala, tetapi malah tidak kelihatan batang hidung siapa pun di dalam sana.Kamar Jules sangatlah luas dengan dibaluti warna abu-abu dan putih yang kelihatan mewah. Sebuah dinding penyekat berukir memisahkan kamar tidur dengan ruang kerja. Ruang kerja tersebut tertata sangat rapi, bahkan tidak terlihat ada barang-barang yang tidak perlu di rak-raknya.Awalnya Jessie ingin mengunjungi kamar Jules secara diam-diam. Siapa sangka ada sesosok bayangan tubuh yang mendekati Jessie, lalu berbisik di telinganya, “Lagi lihat apa?”Jessie merasa kaget spontan menoleh. Hidung mancungnya tak sengaja mengenai pipi Jules. Jules masih mempertahankan posisi membungkuk untuk mendekati Jessie. Dia mengangkat-angk
Jules hanya melirik sekilas saja.Derrick mengangkat kepalanya. Kebetulan dia menyadari Jules sedang menatap ponselnya sembari tersenyum. Dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Nona Jessie, ya?”“Siapa lagi selain dia?” Tidak ada yang berani mengirim pesan begitu banyak sekaligus kepada Jules, selain Jessie.Tetiba pintu ruangan diketuk. Jules menurunkan ponselnya. “Masuk.”Sekretaris memasuki ruangan, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna biru dengan kedua tangannya. “Tuan Muda Jules, ada undangan dari kerajaan.”Tatapan Jules tertuju pada undangan logo kerajaan itu. Dia mengambilnya dengan perlahan. Ternyata itu adalah kartu undangan pesta di istana.…Sore harinya, tak lama setelah Dacia dan Jessie berpisah, Dacia berjalan ke bawah gedung asrama. Dia tertegun sejenak ketika mendengar ada yang memanggilnya. Beberapa saat kemudian, Dacia menoleh menatap Daniel dengan wajah tak berekspresi. “Ada urusan apa?”Daniel mengeluarkan selembar kartu undangan berwarna biru dari tasnya. “
Mana mungkin Claire tahu sebenarnya Jerremy sedang merasa gugup. Sebab, ini pertama kalinya dia berbohong.Baru saja Jerremy hendak mengatakan sesuatu, Jessie pun mengarahkan kamera ke dirinya. “Ibu, aku berteman dengan teman baru di akademi. Kak Jerry dan Kak Jules juga memperlakukanku dengan sangat baik. Jadi, Ibu nggak usah khawatir.”“Oh ya?” Claire tersenyum. “Baguslah kalau kamu punya teman baru. Tapi, ingat buka matamu lebar-lebar.”Jessie tertegun sejenak. “Dacia itu anak baik. Dia nggak mirip sama Lisa.”Claire menandatangani dokumen. “Baguslah kalau kamu punya penilaian sendiri. Kamu juga sudah dewasa sekarang. Oh ya, kamu sudah hampir tamat, ‘kan?” Claire mengangkat kepalanya. “Saat kalian wisuda nanti, Ibu akan beri kalian hadiah.”Jessie tersenyum. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu pekerjaan Ibu lagi. Sampai jumpa.”Jessie pun mengakhiri panggilan video.Jerremy berkata dengan tersenyum, “Kenapa kamu tidak berani beri tahu Ibu masalah Yale?”“Kalau aku mengatakannya, be
Wanita itu melirik Jules. Tetiba dia mengulurkan tangannya, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Salam kenal, namaku Hillary Jalma.”Demi menjaga sopan santun, Jules pun bersalaman dengannya. “Salam kenal.”Dengan segera, Jules menurunkan tangannya. Dia bisa membalas juga murni karena tata krama saja.Hillary masih dapat merasakan sisa kehangatan di telapak tangannya. Ketika menatap pemuda tampan yang berumur sebaya dengannya, Hillary pun merasakan perasaan yang tidak pernah dirasakannya.Sejak Jules memasuki aula, hingga dia berjalan di samping Hillary, Hillary baru menyadari bahwa dia adalah pria idaman Hillary!Setelah acara berlangsung hingga setengah, Jules berjalan meninggalkan aula. Hillary terus mencari batang hidung Jules. Pada akhirnya, dia menemukan Jules sedang berada di depan balkon.Jules sedang bersandar di atas pegangan pagar. Tatapannya tertuju pada air mancur di lantai bawah. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.Hillary berjalan ke sisinya. “Jules.”Jule
Hillary menggigit bibir bawahnya. Jangan-jangan Jules telah memiliki calon istri? Atau Jules sedang membohonginya?Keesokan harinya, akhir pekan.Sebenarnya Jessie dan Dacia janjian untuk menonton pertunjukan. Siapa sangka malah bertambah seseorang.Di dalam mobil, Jessie menatap Jerremy yang duduk di belakang dengan bingung. “Kak, sejak kapan kamu tertarik untuk nonton pertunjukan teater?”Jerremy duduk dengan melipat kedua lengannya. “Aku tidak tertarik. Aku hanya tidak tenang untuk meninggalkanmu.”Jessie tersenyum. “Kenapa tidak tenang? Aku bisa bawa pengawal.”Jerremy memalingkan kepalanya untuk melihatnya. “Pengawal belum pasti bisa diandalkan.”Pengawal yang sedang mengemudi spontan berkeringat dingin. Hanya saja, dia tidak berani bersuara. Sejak kapan dia tidak bisa diandalkan?Mobil tiba di depan gedung pertunjukan, Jessie duluan menuruni mobil. Saat ini, tampak Dacia sedang menunggunya sembari bersandar di belakang pilar.Hari ini Dacia mengenakan kaus lengan pendek dengan ce
Dacia terbengong sejenak, lalu berkata, “Sebentar, itu ….”Belum sempat Dacia menyelesaikan omongannya, Jessie sudah memasukkan ke mulut. Satu detik kemudian, keningnya kelihatan berkerut. Dia sungguh menyesal sudah menyantapnya. Dia berdiri, lalu segera berlari ke toilet.Dacia terdiam beberapa saat, lalu menoleh untuk melihat Jerremy. “Dia hanya makan foie gras saja, ‘kan? Kenapa reaksinya sebesar itu?”Jerremy memotong steak dengan perlahan. “Dia tidak suka makan jeroan. Dulu orang tuaku selalu berpesan kepada pelayan untuk diganti menjadi ceri asli.”Jadi wajar jika Jessie tidak bisa membedakan foie gras dengan buah ceri.Dacia menunduk. “Aku nggak tahu dia nggak suka makan foie gras ….”Bagaimanapun, dengan status Jessie, dia pasti sudah terbiasa untuk makan makanan barat. Dia seharusnya sering menikmati foie gras. Namun, sepertinya Dacia sudah berpikir kebanyakan.Selera makan orang berbeda-beda. Ada yang tidak menyukai foie gras, tentu saja mereka tidak bisa merasakan kelezatan
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun
“Aku mengerti perasaan kamu ingin membantunya.” Diago mengenakan kacamatanya, lalu membereskan dokumen di atas meja. “Hanya saja, kalau kamu terlibat dalam masalah ini, nantinya malah akan mendatangkan kerepotan untukmu.”Dacia mengangguk. “Aku mengerti. Seorang tahanan diracuni di dalam tahanan. Pasti ada orang kuat di belakangnya. Tapi kekuatan orang itu akan mendatangkan ancaman bagi keluarga kerajaan.”Pengawasan di penjara sangat ketat. Jika ingin berbuat hingga tahap seperti ini, meski ada mata-mata di dalam, orang biasa juga tidak sanggup untuk melakukannya.Lagi pula, jika masalah pembunuhan di dalam penjara diselidiki, pasti akan mendatangkan kerepotan yang sangat besar. Hanya saja, berhubung orang itu berani melakukannya, dia pasti punya cara untuk menyingkirkan kerepotan.Sepasang tangan Diago saling bertautan. Dia pun bertanya, “Apa kamu sudah memutuskannya?”Dacia membalas dengan serius, “Sudah. Meskipun aku nggak bisa menduga siapa orang di belakang masalah ini, setidakn
“Aku juga berharap seperti itu.” Jules meletakkan cangkir teh, lalu berdiri. Dia mengancingi lengan pakaiannya dengan perlahan, lalu meninggalkan tempat.Reyhan menatap bayangan punggung Jules yang semakin menjauh dengan mengepal erat tangannya.Pengurus rumah menghela napas lega, hanya saja dia masih saja merasa trauma. “Tuan, apa yang harus kita lakukan kali ini ….”Reyhan berhenti di samping tubuh pengurus rumah, lalu memperingatinya, “Ini masalahmu. Pikirkan cara untuk selesaikan masalah ini. Kalau kamu tidak berhasil menyelesaikannya, aku akan habisi kamu.”Raut wajah pengurus rumah kelihatan panik. Dia tidak berani bersuara.Derrick yang sedang berdiri di depan pintu melihat Jules berjalan keluar Kediaman Keluarga Taylor. Dia membukakan pintu mobil belakang mempersilakan Jules ke dalam. Setelah mereka berdua memasuki mobil, Derrick langsung mengendarai mobil meninggalkan tempat.Di tengah jalan, Derrick melihat ke kaca spion luar jendela. “Tuan Muda, kunjunganmu kali ini pasti ak
Di Kediaman Keluarga Taylor.Sissae membuang makanan yang diantar pelayan. “Keluar! Keluar kalian semua!”Reyhan dan Risella sedang berdiri di depan pintu kamar. Ketika melihat makanan berantakan di atas lantai, Reyhan mengerutkan keningnya. Dia menyuruh pelayan untuk meninggalkan ruangan.Risella berjalan ke dalam kamar, lalu duduk di samping ranjang. Dia menatap wajah putrinya yang masih membengkak itu. “Sissae, kamu tenangkan dirimu dulu.”“Bagaimana aku bisa tenang? Wanita murahan itu suruh anggotanya untuk pukul aku. Dia bahkan berani suruh pengawal murahannya untuk turun tangan sama aku!”Sissae tidak pernah merasa dihina seperti ini. Wajar jika dia merasa sangat murka.Reyhan berjalan ke dalam kamar. Raut wajahnya kelihatan muram. “Aku rasa kamu masih belum belajar dari pengalaman sebelumnya. Sissae, kalau kamu berani bersikap semena-mena lagi, aku akan usir kamu dari rumah!”Mata Sissae langsung memerah. Padahal dia telah dipukul, Reyhan bukannya menghiburnya, melainkan malah m
Tatapan Jules menjadi serius. “Sepertinya pelajaran yang kuberikan terlalu ringan. Dia masih saja berani berulah.”Seandainya bukan karena Jules mengutus pengawal untuk mengikuti Jessie, sepertinya Sissae pasti akan turun tangan terhadap Jessie.“Nona Sissae bisa bersikap arogan juga karena mengandalkan ayahnya. Semua itu juga karena Keluarga Taylor.” Filbert paham bagaimanapun ada banyak anak yang bersikap semena-mena karena mengandalkan kekuatan keluarganya.Jules memutar pena di tangannya. Pada saat ini, Jules menerima pesan singkat dari Derrick.Di sisi lain, Derrick melakukan pengejaran ke sisi dua pengawal berpakaian hitam. Hanya saja, mereka menghilang di dalam kerumunan.Derrick berdecak sembari menggertakkan giginya. Dia segera kembali ke lokasi untuk memeriksa Brayden yang tertembak. Peluru menembus di bagian dadanya. Dia melebarkan matanya yang kosong itu. Brayden juga sudah kehabisan napasnya.Derrick segera lapor polisi.Derrick mengikuti polisi untuk memberi pernyataan di