Jules hanya melirik sekilas saja.Derrick mengangkat kepalanya. Kebetulan dia menyadari Jules sedang menatap ponselnya sembari tersenyum. Dia kepikiran sesuatu, lalu bertanya, “Nona Jessie, ya?”“Siapa lagi selain dia?” Tidak ada yang berani mengirim pesan begitu banyak sekaligus kepada Jules, selain Jessie.Tetiba pintu ruangan diketuk. Jules menurunkan ponselnya. “Masuk.”Sekretaris memasuki ruangan, lalu menyerahkan sebuah undangan berwarna biru dengan kedua tangannya. “Tuan Muda Jules, ada undangan dari kerajaan.”Tatapan Jules tertuju pada undangan logo kerajaan itu. Dia mengambilnya dengan perlahan. Ternyata itu adalah kartu undangan pesta di istana.…Sore harinya, tak lama setelah Dacia dan Jessie berpisah, Dacia berjalan ke bawah gedung asrama. Dia tertegun sejenak ketika mendengar ada yang memanggilnya. Beberapa saat kemudian, Dacia menoleh menatap Daniel dengan wajah tak berekspresi. “Ada urusan apa?”Daniel mengeluarkan selembar kartu undangan berwarna biru dari tasnya. “
Mana mungkin Claire tahu sebenarnya Jerremy sedang merasa gugup. Sebab, ini pertama kalinya dia berbohong.Baru saja Jerremy hendak mengatakan sesuatu, Jessie pun mengarahkan kamera ke dirinya. “Ibu, aku berteman dengan teman baru di akademi. Kak Jerry dan Kak Jules juga memperlakukanku dengan sangat baik. Jadi, Ibu nggak usah khawatir.”“Oh ya?” Claire tersenyum. “Baguslah kalau kamu punya teman baru. Tapi, ingat buka matamu lebar-lebar.”Jessie tertegun sejenak. “Dacia itu anak baik. Dia nggak mirip sama Lisa.”Claire menandatangani dokumen. “Baguslah kalau kamu punya penilaian sendiri. Kamu juga sudah dewasa sekarang. Oh ya, kamu sudah hampir tamat, ‘kan?” Claire mengangkat kepalanya. “Saat kalian wisuda nanti, Ibu akan beri kalian hadiah.”Jessie tersenyum. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu pekerjaan Ibu lagi. Sampai jumpa.”Jessie pun mengakhiri panggilan video.Jerremy berkata dengan tersenyum, “Kenapa kamu tidak berani beri tahu Ibu masalah Yale?”“Kalau aku mengatakannya, be
Wanita itu melirik Jules. Tetiba dia mengulurkan tangannya, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Salam kenal, namaku Hillary Jalma.”Demi menjaga sopan santun, Jules pun bersalaman dengannya. “Salam kenal.”Dengan segera, Jules menurunkan tangannya. Dia bisa membalas juga murni karena tata krama saja.Hillary masih dapat merasakan sisa kehangatan di telapak tangannya. Ketika menatap pemuda tampan yang berumur sebaya dengannya, Hillary pun merasakan perasaan yang tidak pernah dirasakannya.Sejak Jules memasuki aula, hingga dia berjalan di samping Hillary, Hillary baru menyadari bahwa dia adalah pria idaman Hillary!Setelah acara berlangsung hingga setengah, Jules berjalan meninggalkan aula. Hillary terus mencari batang hidung Jules. Pada akhirnya, dia menemukan Jules sedang berada di depan balkon.Jules sedang bersandar di atas pegangan pagar. Tatapannya tertuju pada air mancur di lantai bawah. Sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu.Hillary berjalan ke sisinya. “Jules.”Jule
Hillary menggigit bibir bawahnya. Jangan-jangan Jules telah memiliki calon istri? Atau Jules sedang membohonginya?Keesokan harinya, akhir pekan.Sebenarnya Jessie dan Dacia janjian untuk menonton pertunjukan. Siapa sangka malah bertambah seseorang.Di dalam mobil, Jessie menatap Jerremy yang duduk di belakang dengan bingung. “Kak, sejak kapan kamu tertarik untuk nonton pertunjukan teater?”Jerremy duduk dengan melipat kedua lengannya. “Aku tidak tertarik. Aku hanya tidak tenang untuk meninggalkanmu.”Jessie tersenyum. “Kenapa tidak tenang? Aku bisa bawa pengawal.”Jerremy memalingkan kepalanya untuk melihatnya. “Pengawal belum pasti bisa diandalkan.”Pengawal yang sedang mengemudi spontan berkeringat dingin. Hanya saja, dia tidak berani bersuara. Sejak kapan dia tidak bisa diandalkan?Mobil tiba di depan gedung pertunjukan, Jessie duluan menuruni mobil. Saat ini, tampak Dacia sedang menunggunya sembari bersandar di belakang pilar.Hari ini Dacia mengenakan kaus lengan pendek dengan ce
Dacia terbengong sejenak, lalu berkata, “Sebentar, itu ….”Belum sempat Dacia menyelesaikan omongannya, Jessie sudah memasukkan ke mulut. Satu detik kemudian, keningnya kelihatan berkerut. Dia sungguh menyesal sudah menyantapnya. Dia berdiri, lalu segera berlari ke toilet.Dacia terdiam beberapa saat, lalu menoleh untuk melihat Jerremy. “Dia hanya makan foie gras saja, ‘kan? Kenapa reaksinya sebesar itu?”Jerremy memotong steak dengan perlahan. “Dia tidak suka makan jeroan. Dulu orang tuaku selalu berpesan kepada pelayan untuk diganti menjadi ceri asli.”Jadi wajar jika Jessie tidak bisa membedakan foie gras dengan buah ceri.Dacia menunduk. “Aku nggak tahu dia nggak suka makan foie gras ….”Bagaimanapun, dengan status Jessie, dia pasti sudah terbiasa untuk makan makanan barat. Dia seharusnya sering menikmati foie gras. Namun, sepertinya Dacia sudah berpikir kebanyakan.Selera makan orang berbeda-beda. Ada yang tidak menyukai foie gras, tentu saja mereka tidak bisa merasakan kelezatan
Di sisi lain, pelayan telah membuka rekaman CCTV. Setelah Jessie keluar dari toilet, memang ada seorang wanita yang tiba-tiba mendorong Jessie dari area yang tidak bisa direkam kamera CCTV.Lantaran wanita itu membelakangi kamera CCTV, Jerremy pun tidak bisa melihat wajahnya.Ketika Jerremy melihat gambaran ini, dia pun kelihatan sangat tenang. Meskipun orang itu menghindar dari kamera CCTV, Jerremy juga bisa menebak siapa pelakunya.Setelah Jules mengetahui kabar Jessie terluka, dia langsung menyerahkan sisa pekerjaannya kepada sekretaris, lalu bergegas meninggalkan perusahaan.Saat berada di koridor, kebetulan Jules bertemu dengan Hillary yang berjalan keluar lift. Sementara itu, pria yang berdiri di samping Hillary adalah asistennya Raja Willie, Robert.Jules menghentikan langkahnya. Raut wajahnya kelihatan sangat tidak bagus.Robert berjalan maju, lalu mengangkat kepalanya dengan tersenyum. “Tuan Jules, Raja menyuruhku untuk membawa Nona Hillary ke sini. Raja berharap kamu bisa ber
Ucapan terakhir itu dilontarkan dengan nada peringatan. Kemudian, Jules mengabaikan Hillary, langsung berjalan pergi.Hillary menggigit bibirnya, lalu memalingkan kepalanya memandang ke sisi Jules. Dia emosi hingga mengentakkan kakinya. “Kamu pasti akan menyesal!”Jules bergegas melaju ke Kompleks Vila Bagya. Baru saja pelayan membuka pintu, dia langsung bertanya, “Di mana Jessie?”Belum sempat pelayan menjawab, Jerremy yang sedang menuruni tangga pun berkata, “Jules, apa begini cara kamu menyelesaikan masalah?”Kening Jules tampak berkerut. “Apa maksudmu?”Jerremy berhenti di hadapan Jules. “Bukannya kamu bilang kamu sudah mengatasi masalah Lisa? Kenapa dia masih berani menampakkan diri?”Tidak seharusnya Jerremy terlalu memercayai Jules. Alhasil, dia malah melepaskan Lisa, si wanita berhati sadis itu.Kening Jules tampak berkerut. Dia menggertakkan giginya sembari bertanya, “Semua ini kerjaan Lisa?”“Siapa lagi selain dia?” Jerremy meremas kerah pakaian Jules. “Kalau terjadi apa-apa
Jessie merasa kesal. “Siapa suruh kamu minta dipukul.”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Nanti setelah lukamu sembuh, kamu baru beri pelajaran kepadaku.”Kata “beri pelajaran” yang dimaksud Jules memiliki makna lain. Tentu saja Jessie memahaminya. Daun telinganya seketika memerah. “Dasar nggak tahu malu. Aku selalu saja nggak sanggup untuk mengalahkanmu. Aku mau istirahat.”Jessie langsung menarik selimut dan berbaring di tempat.Jules mengesampingkan selimut Jessie, menunggu Jessie menampakkan kepalanya. “Jangan sampai kamu tidak bisa bernapas nantinya. Aku tidak ingin kehilangan istriku.”“Cih, ada begitu banyak cewek di dunia ini. Bukannya kamu bisa cari istri lain?”Tatapan Jules tertuju pada dirinya. “Tapi aku hanya menginginkanmu saja.”Jessie segera mengalihkan pandangannya. Wajahnya terasa sangat panas. Dia memang tidak akan sanggup untuk mengalahkan Jules.…Di sebuah hotel pinggiran kota.Hillary sedang menekan bel pintu di luar kamar. Beberapa saat kemudian, seora