“Kak Jerry, tadi kamu pergi ketemuan sama Jules?” tanya Jessie sekali lagi.Pantas saja Jerry bisa bertanya seperti itu ketika di restoran, sempat ketemuan dengan siapa tadi.Jerry menarik napas dalam-dalam sembari melipat kedua tangannya. Ekspresinya kelihatan sangat tidak bagus. “Aku memang pergi menemuinya. Hanya saja, dia sudah tidak ingat kita lagi.”Jessie tertegun sejenak. Dia menunduk dan tidak berbicara.Bukankah Jules mengalami kecelakaan? Selama ini Jessie mengira Jules sudah ….Jody sungguh tidak berdaya. Dia berjalan ke sisi Jessie dengan perlahan. “Jessie, Jules sudah tidak ingat sama kamu dan Jerry lagi. Jerry merahasiakan masalah ini darimu karena tidak ingin kamu sedih saja.”Jessie menunduk. “Emm, aku mengerti.”Sebenarnya mereka khawatir reaksi Jessie akan sangat besar ketika mengetahui masalah Jules. Tak disangka dia akan bersikap setenang ini.“Jessie, apa yang lagi kamu pikirkan?” Jessie merasa kaget. “Apa maksud Kakak?”Jody masih tetap berbicara dengan tenang,
Julie memang masih muda, tapi sangat sulit untuk bisa membaca pikirannya. Bahkan, ayah kandungnya sendiri juga tidak memahaminya, apalagi Andreas yang hanya merupakan pamannya.Dua hari kemudian, ketika kabar Jules dan Andreas akan berkunjung ke kediaman terdengar sampai ke telinga ketiga anak, mereka bertiga menunjukkan ekspresi yang berbeda.Jerry duluan mengungkapkan ketidakpuasannya. “Bisa-bisanya dia ke rumah kita?”Jody tidak berbicara, hanya menatap Jessie saja. Tampak Jessie sedang menunduk. Entah apa yang sedang dipikirkannya.Javier meletakkan cangkir tehnya, lalu berkata dengan serius, “Jerry, mereka itu tamu. Kamu mesti jaga sikapmu.”Jerry melipat kedua tangannya di depan dada. “Aku hanya tidak suka dengan anggota Keluarga Tanzil.”Steven tidak memasukkan ucapan Jerry ke hati. Dia menatap Javier. “Kapan Andreas ke sini?”Javier melihat jam tangannya sekilas. “Sepertinya sebentar lagi.”Steven mengangguk. “Kalau begitu, kalian siap-siap dulu.”Jerry tidak berbicara lagi, la
Di sisi lain, saat Jerry turun ke lantai bawah, tampak Andreas, Jody, Javier, dan Steven sedang duduk di ruang tamu. Lantaran tidak menemukan batang hidung Jules, Jerry berjalan ke sisi Jody, lalu berbisik di sampingnya, “Kak, di mana dia?”Jody tahu siapa yang dimaksud Jerry. “Di halaman.”Saat Jessie hendak membawa Rezeki kembali ke kandang, tiba-tiba Rezeki melompat keluar dari pelukannya dan berlari.“Rezeki!” Jessie terkejut, segera mengejarnya. “Rezeki, kembali!”Rezeki bagai kuda liar saja yang berlari kencang di lapangan.Jessie sungguh kecapekan untuk mengejarnya. Pada saat ini, Rezeki berhenti di depan pohon sembari menggonggong.Jessie spontan mendongakkan kepalanya. Tampak seekor kucing liar sedang terjepit di ranting pohon dan tak berhenti mengeong.Tanpa berbasa-basi, Jessie langsung melipat lengan pakaiannya ke atas, lalu memanjat ke atas pohon dengan gesit.Kucing liar menatap Jessie yang mendekatinya dengan penuh waspada. Ketika Jessie mengulurkan tangan hendak melepas
“Sebentar,” panggil Jules dengan memalingkan kepalanya. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya. “Kalau kita tidak saling kenal, seharusnya aku tidak pernah menyinggungmu?”Sikap Jessie sangat aneh. Entah kenapa Jules tidak menyukainya.Jessie memiringkan tubuhnya. Tatapannya tertuju pada wajah Jules. “Apa kamu nggak bisa pikir sendiri? Pokoknya ….” Jessie terdiam beberapa saat, lalu melanjutkan, “Aku nggak suka sama kamu.”Jody dan Jerry buru-buru ke halaman karena merasa khawatir. Namun setelah melihat gambaran ini, mereka baru mengetahui bahwa kekhawatiran mereka itu berlebihan.Jessie memang bodoh dan gampang percaya dengan orang lain, hanya saja semuanya terjadi apabila tidak ada konflik terhadap orang itu sebelumnya. Mengenai hal ini, dia cukup mirip dengan Claire, yang sama-sama “pendendam”.Jessie masih perhitungan terhadap ucapan Jules yang telah melukai hatinya. Meskipun sekarang Jules sudah tidak mengingatnya lagi, tidak berarti semuanya tidak pernah terjadi. Hingga saat
Jules berdiri di belakang lukisan cat minyak “Jatuhnya Malaikat” yang digantung di dinding. Lukisan itu diberikan Julie kepada Jessie ketika di Area Andes waktu itu. Entah apa yang sedang dilihat Jules.Tadinya Jessie tidak ingin meladeninya, berlagak tidak melihatnya, lalu berjalan pergi. Tetiba Jules malah berkata dengan perlahan, “Lukisan ini cukup menarik.”Langkah kaki Jessie berhenti. Dia memalingkan kepalanya dengan bingung. Tatapannya tertuju pada lukisan itu. Sejujurnya, Jessie tidak peduli dengan makna di balik lukisan itu. Dia hanya merasa lukisan itu cukup cantik.Hanya saja, setelah Jules berbicara seperti itu, dia pun semakin penasaran saja. “Apa ada maksud lain?”Jules masih menatap lukisan di hadapannya. Dia menjelaskan dengan datar, “Pertama kali melihat lukisan ini, aku hanya melihat orang-orang sedang berusaha menyelamatkan malaikat untuk kembali ke asalnya. Namun setelah dilihat-lihat, sepertinya orang-orang itu sedang mengikat malaikat.”Jessie mendekat. Hanya saj
Jules melepaskan tangan Jerry dengan perlahan. “Kenapa aku mesti jauhi dia?”Jerry langsung berkata, “Pokoknya jauhi dia.”Kemudian, Jerry berjalan pergi.…Keesokan harinya, Jules, Andreas, dan Steven sedang menyantap sarapan di lantai bawah. Beberapa saat kemudian, Jessie dan kedua abangnya baru menuruni tangga.Steven berkata dengan tidak berdaya, “Kenapa bangunnya siang sekali? Tidak sopan menyuruh tamu menunggu kalian.”Andreas tersenyum. “Tidak apa-apa. Namanya juga lagi liburan sekolah. Wajar kalau anak-anak bangunnya siang.”Jessie duduk di bangkunya, lalu mengambil kue kesukaannya. Kebetulan, Jules juga mengambil kue itu. Keduanya spontan mengangkat kepala.Steven dan Andreas melihat mereka berdua.Ketika menyadari Jules tidak menurunkan garpunya, Jessie juga tidak mengalah. “Hei, aku duluan.”“Apa ada namamu di atas kue ini?”“Kenapa kamu ….”Steven berdeham. “Jessie, Jules itu tamu. Sudah seharusnya kamu mengalah.”Jules mengangkat-angkat alisnya.Jessie terpaksa meletakkan
Di sisi lain, Jessie pergi ke halaman belakang untuk bermain bersama Rezeki. Tampak Rezeki sedang bergulir-gulir di atas rerumputan dengan lincahnya.Saat melihat Rezeki sedang berlari ke sisinya, Jessie pun mengulurkan tangan untuk menyambutnya. Siapa sangka, Rezeki malah melewati diri Jessie, berlari ke belakangnya.Jessie spontan menoleh. Saat ini, Rezeki sudah berada di bawah kaki Jules. Dia sedang mengendus aroma tubuh Jules.“Rezeki!” Jessie sungguh emosi.Tanpa berbasa-basi, Jessie langsung pergi menggendong Rezeki. “Aku itu majikanmu. Kamu ikut siapa sekarang!”Rezeki menatap Jessie dengan tatapan malangnya. Jessie melirik Jules sekilas. “Ngapain kamu kemari?”Jules terlihat sangat santai. “Jalan-jalan.” Tatapannya tertuju pada anjing imut di pelukan Jessie. “Namanya Rezeki?”Jessie membawa Rezeki ke depan kandangnya. “Ada masalah?”Jules mengikuti di belakangnya. Dia terdiam sejenak. “Namanya agak kampungan.”Jessie mendengus dingin. “Kampungan apaan? Jelas-jelas keren sekali
Angin sejuk mengembus. Helai rambut gadis menyapu ke sisi kerah pakaian pemuda, bagai tali jodoh yang transparan, yang sudah mengikat kedua insan.Tetiba Jessie mendekatinya. “Kamu pikirkan sendiri. Weks ….” Kemudian, Jessie menunjukkan wajah jelek kepadanya dan berlari pergi.Jules spontan tersenyum. Sebenarnya bahkan dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia ingin mendekati Jessie. Mungkin karena Jules merasa nyaman ketika berinteraksi dengannya.….Malam harinya, Andreas dan teman bisnisnya sedang makan di klub. Teman bisnisnya menuangkan alkohol untuk Andreas, lalu bertanya dengan tersenyum, “Apa kamu datang ke ibu kota bersama Tuan Muda Jules?”Andreas menunduk, lalu mengangkat gelas anggurnya. “Aku bawa dia ke sini untuk memperluas wawasannya.”Sejujurnya, Andreas membawa Jules ke Negara Makronesia untuk memulihkan ingatannya.Teman bisnisnya tersenyum. “Apa perlu Tuan Muda Jules memperluas wawasannya lagi? Anak muda zaman sekarang bahkan lebih hebat daripada seniornya.”Andreas pun
“Hujan terlalu lebat. Kami tidak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka itu preman.”Jules melihat ke sisi kamar pasien. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Kalian jaga dia dengan baik.”“Yang Mulia, tenang saja.”Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Dia sungguh merasa geram. Saking geramnya, dia memukul setir mobil. Urat hijau kelihatan menonjol di punggung tangannya. Hanya saja, saat ini Jules semakin yakin lagi bahwa masalah ini berhubungan dengan pengurus rumah Keluarga Taylor.Namun sekarang Derrick belum siuman. Mereka tidak memiliki bukti untuk melaporkan masalah ini kepada pihak berwajib. …Beberapa hari kemudian, sebuah rekaman suara dipublikasikan oleh peretas. “Transaksi” Reyhan dan anggota menteri yang tidak diketahui orang-orang viral di internet dan menggemparkan semua orang.Mereka memang sudah menghabiskan banyak uang untuk menekan berita itu. Hanya saja, berita itu sudah dicetak di majalah dan juga sudah terjua
Usai berbicara, Benn mengangkat kepalanya untuk melihat orang-orang itu. “Jadi, anak dan istri Pangeran baik-baik saja. Untuk apa Pangeran balas dendam?”Semua menteri di dalam ruangan terdiam membisu. Jika benar seperti itu, Jules memang tidak memiliki kemungkinan untuk meracuni narapidana. Silvia memecahkan suasana tegang. “Kalian semua juga sudah mendengarnya. Aku sangat memahami putraku. Seandainya aku memilih untuk melindunginya, untuk apa aku membiarkannya diselidiki oleh pihak kepolisian? Kalau putraku dan menantuku dipersulit, apa tidak seharusnya aku maju?”“Urusan negara memang adalah urusanku. Tapi, urusan keluargaku juga urusanku. Kalau aku tidak sanggup untuk mengurus keluargaku, apa aku sanggup untuk mengurus urusan negara? Aku menerima banyak tekanan sejak aku duduk di posisi ini. Apa ini yang dinamakan rasa setia kalian? Atau aku mesti menyerahkan posisiku kepada kalian?”“Yang Mulia, kami tidak bermaksud seperti itu ….”“Tidak bermaksud seperti ini? Sudah berapa banya
Pria tua itu mempersilakan Derrick memasuki rumah. Istri dari pria tua itu menyuguhkan segelas teh hangat untuk Derrick. Si pria menyuruh istrinya untuk istirahat dulu, lalu bertanya, “Kira-kira apa yang ingin Tuan tanyakan?”“Begini, beberapa waktu lalu Brayden dibunuh. Aku menerima perintah atasanku untuk menyelidiki alasan kematian Tuan Brayden.”Ketika pria tua itu mendengar masalah kematian Brayden, dia pun terbengong. “Apa? Brayden sudah mati?”Derrick mengangguk. “Aku dengar-dengar sebelumnya kamu pernah menjadi tetangga Brayden. Apa kamu tahu masalah Tuan Brayden, termasuk masalah keluarganya?”Hujan di luar sana semakin deras saja.Setelah beberapa saat kemudian, Derrick berpamitan dengan pria tua itu. Saat dia berjalan ke depan mobilnya, dia menyadari ada yang aneh dengan sekitar, dia segera menghentikan langkahnya.Di tengah hujan, beberapa pria berpakaian hitam mendekati Derrick.Lampu di dalam ruang baca Keluarga Taylor kelihatan menyala. Reyhan berdiri di belakang jendel
Raut wajah Reyhan berubah muram. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Sissae. Wanita itu yang memanfaatkan Sissae. Sissae tidak mungkin melakukan hal yang akan mencelakai keturunan keluarga kerajaan.”“Oh, ya?” Silvia mengangkat cangkir teh. Tatapannya tertuju pada teh yang bening itu. “Kalau begitu, kenapa putraku dianggap sebagai tersangka ketika memeriksa penyebab kematian pengurus rumah itu?”“Yang Mulia, semua yang Pangeran adalah demi balas dendam terhadap istrinya. Pangeran mengutus anggotanya untuk mencari pelaku pembunuhan. Hanya saja, orang itu malah ditemukan dalam kondisi mati mengenaskan. Dalam masalah ini, Pangeran memang patut dicurigai.”“Kalau Jules patut dicurigai, memangnya Nona Sissae tidak patut untuk dicurigai?”Raut wajah Reyhan berubah tegang.Silvia mengangkat kepalanya untuk menatap Reyhan. Setiap ucapan yang dilontarkan sangat jelas. “Tahanan wanita itu memperalat Nona Sissae? Apa mungkin? Apa keuntungan baginya deng
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun