Di sisi lain, Jessie pergi ke halaman belakang untuk bermain bersama Rezeki. Tampak Rezeki sedang bergulir-gulir di atas rerumputan dengan lincahnya.Saat melihat Rezeki sedang berlari ke sisinya, Jessie pun mengulurkan tangan untuk menyambutnya. Siapa sangka, Rezeki malah melewati diri Jessie, berlari ke belakangnya.Jessie spontan menoleh. Saat ini, Rezeki sudah berada di bawah kaki Jules. Dia sedang mengendus aroma tubuh Jules.“Rezeki!” Jessie sungguh emosi.Tanpa berbasa-basi, Jessie langsung pergi menggendong Rezeki. “Aku itu majikanmu. Kamu ikut siapa sekarang!”Rezeki menatap Jessie dengan tatapan malangnya. Jessie melirik Jules sekilas. “Ngapain kamu kemari?”Jules terlihat sangat santai. “Jalan-jalan.” Tatapannya tertuju pada anjing imut di pelukan Jessie. “Namanya Rezeki?”Jessie membawa Rezeki ke depan kandangnya. “Ada masalah?”Jules mengikuti di belakangnya. Dia terdiam sejenak. “Namanya agak kampungan.”Jessie mendengus dingin. “Kampungan apaan? Jelas-jelas keren sekali
Angin sejuk mengembus. Helai rambut gadis menyapu ke sisi kerah pakaian pemuda, bagai tali jodoh yang transparan, yang sudah mengikat kedua insan.Tetiba Jessie mendekatinya. “Kamu pikirkan sendiri. Weks ….” Kemudian, Jessie menunjukkan wajah jelek kepadanya dan berlari pergi.Jules spontan tersenyum. Sebenarnya bahkan dia sendiri juga tidak tahu kenapa dia ingin mendekati Jessie. Mungkin karena Jules merasa nyaman ketika berinteraksi dengannya.….Malam harinya, Andreas dan teman bisnisnya sedang makan di klub. Teman bisnisnya menuangkan alkohol untuk Andreas, lalu bertanya dengan tersenyum, “Apa kamu datang ke ibu kota bersama Tuan Muda Jules?”Andreas menunduk, lalu mengangkat gelas anggurnya. “Aku bawa dia ke sini untuk memperluas wawasannya.”Sejujurnya, Andreas membawa Jules ke Negara Makronesia untuk memulihkan ingatannya.Teman bisnisnya tersenyum. “Apa perlu Tuan Muda Jules memperluas wawasannya lagi? Anak muda zaman sekarang bahkan lebih hebat daripada seniornya.”Andreas pun
Hal yang paling penting sekarang adalah Jules telah kehilangan ingatannya saat ini ….Tetiba Lisa membuat sebuah keputusan. Andreas dan temannya meninggalkan ruangan VIP. Setelah mereka berdua berpamitan, dia berjalan ke area parkiran. Sopir membukakan pintu untuknya. Saat Andreas hendak memasuki mobil, tetiba terdengar suara dari belakang. “Paman Andreas.”Andreas memalingkan kepalanya untuk melihat. Ternyata yang memanggilnya adalah pelayan muda di ruangan VIP tadi.Hanya saja, kenapa dia memanggil Andreas dengan sebutan “Paman Andreas”? Andreas merasa agak bingung. “Apa kamu kenal sama aku?”Lisa kelihatan sangat patuh. “Sebenarnya aku bukan sengaja hari ini. Aku bisa menjatuhkan gelas juga karena aku mendengar kalian mengungkit nama teman sekolahku dulu, si Jules.”Andreas memicingkan matanya. “Kamu teman sekolahnya Jules?”Lisa tidak menyangkal. “Iya, dulu aku juga satu sekolah dengan Jessie dan Jerry.”Ketika menyadari gadis ini bahkan mengenal Jessie dan Jerry, apalagi menyebut
Begitu pula dengan Jerry, dia juga kehabisan kata-kata.Pantas saja Steven memberi mereka tugas secara mendadak. Ternyata Steven telah menyusun rencananya!Tentu saja Javier bisa menebak pemikiran ayahnya. Dia memicingkan matanya. “Sepertinya tidak cocok?”Membiarkan putrinya bersama dengan seorang pemuda? Javier tidak setuju!“Apanya yang tidak cocok?” Steven meliriknya, lalu menyantap sarapan dengan perlahan. “Bagaimanapun, dulu dia adalah teman sekolahmu. Aku hanya ingin Jessie bantu Jules untuk memulihkan ingatannya. Apa ada yang tidak cocok? Mereka hanya anak-anak. Apa yang kalian pikirkan?”Javier terdiam membisu. Dia tidak sanggup membalas ucapan ayahnya tadi. Memang benar, mereka berdua hanyalah anak kecil.Namun, ada banyak yang mulai berpacaran di usia belia seperti ini. Seandainya putrinya menyukai bocah itu, bukankah semua persyaratan yang disusun oleh Javier akan sia-sia nantinya?Javier berusaha memendam amarahnya, lalu melihat ke sisi putrinya. “Jessie, bagaimana menurut
Raut wajah Jules tidak berubah. “Kenapa kamu tiba-tiba balik badan?”Jessie tidak bisa berkata-kata. Dia langsung berjalan ke depan. Jessie memegang satu baskom tusukan satai. Dia menyantap satai sambil berjalan, sedangkan Jules hanya berjalan di sampingnya.Langkah kaki Jessie berhenti. Dia menyerahkan satu tusuk satai kepadanya. “Nah.”“Aku tidak makan.”“Ya sudah kalau nggak mau.” Sebenarnya Jessie juga tidak ingin berbagi dengannya.Namun, belum selesai Jessie menghabiskan satainya, perutnya tetiba terasa sakit. Jules menyadarinya, lalu menariknya. “Ada apa denganmu?”“Aku … aku nggak enak badan.”Kening Jules berkerut. Dia berkata dengan galak, “Makanan seperti ini tidak higienis. Kamu malah makan sebanyak ini, rasakan sekarang.”Sebenarnya Jessie ingin melawan, hanya saja dia kesakitan hingga tidak bisa berkata-kata. Dia memegang perutnya sembari berjongkok. Jules langsung menggendongnya. “Aku bawa kamu ke rumah sakit.”Jules berlari kencang membawa Jessie kembali ke mobil. Dia
Jerry dan Jody saling bertukar pandang, lalu menjawab dengan serempak, “Iya, Ibu.”Satu minggu kemudian, akhirnya masa haid Jessie telah berakhir.Cuaca hari ini sedang cerah. Jessie sedang meregangkan tubuhnya di halaman. Ketika memalingkan kepalanya, tampak Yura dan Hiro sedang berdiri di depan pintu gerbang.Yura melambaikan tangan ke sisi Jessie. Jessie berjalan ke depan gerbang, lalu melihat mereka dengan kaget, “Kak Yura, Kak Hiro, kenapa kalian ke sini?”Yura memperlihatkan tiket di ponselnya kepada Jessie. “Tentu saja buat nonton bioskop. Ada film baru, aku sudah beli tiga tiket.”Sebenarnya Jessie tidak ingin menonton bioskop. Hanya saja, berhubung Yura sudah membeli tiket, apalagi Yura dan Hiro datang mengajaknya secara langsung, Jessie pun tidak enak hati untuk menolaknya.Saat Jessie ingin mengiakan, terdengar suara Jerry dari belakang. “Tambah aku juga.”Tidak lagi terlihat senyuman di wajah Yura. “Jerry, kenapa kamu ikut meramaikan?”Yura sengaja membeli tiga tiket juga k
Kepikiran hal ini, raut wajah Jules menjadi dingin.“Jules.” Tetiba ada suara yang menghentikan pemikiran Jules. Dia memalingkan kepalanya dengan perlahan, lalu tampak ada seorang anak perempuan sedang melambaikan tangannya dari kejauhan.Kening Jules tampak berkerut. Dia tidak ingat dengan sosok perempuan itu, tetapi sepertinya perempuan itu mengenalinya.Jules melirik ke sisi kafe sekilas, lalu bertanya kepada orang yang berjalan menghampirinya dengan dingin, “Siapa kamu?”Lisa meremas ujung lengan pakaiannya dengan erat, lalu tersenyum. “Bisa nggak kita bicara sebentar?”Di dalam kafe, Jessie memesan segelas latte untuk Jules. Kemudian, dia membalikkan tubuhnya melihat ke depan pintu, tetapi dia tidak bisa menemukan batang hidung Jules lagi.Koridor di samping lift sangat sepi. Jules menghentikan langkahnya, lalu menatap Lisa dengan datar. “Siapa kamu?”“Jules, kamu jangan salah paham.” Lisa melambaikan tangannya, kemudian menjelaskan dengan tersenyum, “Aku tahu kamu nggak ingat lag
Jules menatap Lisa tanpa berbicara. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya. Lisa juga tidak tahu sebenarnya Jules percaya atau tidak dengan kata-katanya.Hanya saja, Lisa takut dirinya akan dipergoki. Dia pun mencari alasan. “Aku nggak ngobrol lagi sama kamu. Aku pergi dulu ya. Kalau ada masalah, kamu bisa hubungi aku.” Setelah itu, Lisa langsung meninggalkan tempat.Jules menunduk melihat nomor kontak di tangannya. Raut wajahnya spontan menjadi serius.Di sisi lain, Jessie sedang mencari Jules. Tak lama kemudian, tampak Jules berjalan perlahan keluar dari kerumunan.“Jules, kamu ke mana saja?” Jessie menghampirinya dengan terengah-engah. “Kalau kamu hilang, aku nggak bisa jelasin sama kakekmu.”Jerry mendengus dingin. “Dia sudah gede. Mana mungkin dia bakal hilang?”Yura dan Hiro pun tidak berbicara.Tatapan Jules tertuju pada wajah Jessie. Setelah dilihat-lihat, Jessie tidak seperti yang dikatakan gadis tadi yang bisa mengancam orang lain.Sebenarnya Jules tidak percaya. Hanya s