“Nek, sekarang kondisi Perusahaan Vienna telah membaik. Kamu sudah bisa tenang, ‘kan?”“Mana mungkin Nenek tidak tenang? Sekarang Perusahaan Vienna hanya mengandalkanmu saja.” Gabriana menggenggam tangan Kayla dan berbicara dengan puas.Imelda menyela, “Tentu saja, Kayla adalah bintang keberuntungan Keluarga Adhitama. Kelak Kayla akan semakin sukses saja. Ibu, kamu bisa menikmati masa tuamu.”Tentu saja Gabriana merasa gembira. Nenek mana tidak berharap cucunya sukses?Bisnis di kampung halaman tidaklah lancar. Gabriana pun menaruh harapan terhadap cucu lelakinya itu. Sayangnya, cucunya itu tidak bisa diandalkan. Jadi, dia sengaja datang ke ibu kota demi untuk merebut Perusahaan Vienna.Namun tak disangka Gabriana malah mendapatkan kabar gembira di ibu kota. Meskipun kabar gembira itu bukan berasal dari cucu laki-lakinya, Gabriana juga merasa cukup puas.“Alangkah bagusnya jika Lucy bisa sehebat kamu.” Tiba-tiba Gabriana mengalihkan topik pembicaraan ke diri Lucy yang sedang duduk di s
Tiga hari kemudian.Acara Lelang Makronesia diselenggarakan pada pukul tujuh malam.Para hadirin mengambil topeng dari nampan para pelayan. Kemudian, masuk ke dalam aula.Selain melelang perhiasan dengan nilai koleksi tinggi, Acara Lelang Makronesia juga melelang barang antik. Setiap transaksi yang dilakukan sesuai dengan prosedur resmi.Gedung pelelangan ini merupakan bangunan bundar yang dirancang dengan arsitektur kayu tradisional, membuat ruangan terlihat kuno dan elegan. Di dalamnya terdapat tempat duduk di aula dan juga ruangan VIP di lantai dua.Terdapat delapan ruangan VIP di lantai dua, dengan jendela dari lantai ke langit-langit. Dengan begitu, para tamu VIP bisa melihat ke aula dan panggung pelelangan dengan jelas.Tentu saja ada persyaratan untuk bisa duduk di ruangan VIP. Selain memiliki status yang agung, tamu tersebut setidaknya memiliki aset sekitar triliunan. Bagaimanapun, orang-orang yang menghadiri Acara Lelang Makronesia adalah orang-orang kalangan atas.Claire dan
Claire dan Fendra mengikuti langkah si pelayan wanita untuk meninggalkan tempat. Ketika Kayla melihat mereka berdua juga naik ke lantai dua, raut wajahnya spontan menjadi muram.Dengar-dengar tamu dengan status terpandang baru diperkenankan untuk naik ke lantai dua. Jangan-jangan … Javier?Kepikiran hal ini, Kayla pun menggertakkan giginya. Malam ini, dia ingin menghancurkan wanita murahan itu di hadapan Javier!Ketika pintu Ruang Flamingo terbuka, tampak ada empat orang pengawal sedang berjaga di dalam ruangan.Claire mengira Javier mengetahui kabar kedatangannya ke acara lelang. Jadi, dia pun ikut ke sini. Namun siapa sangka bayangan tubuh lelaki itu tidak mirip dengan Javier. Setelah lelaki itu membalikkan tubuhnya, Claire pun merasa kaget.Si lelaki tidak memakai topeng. Dia sedang tersenyum lembut terhadap Claire. “Sepertinya penglihatanku bagus juga. Setidaknya aku masih bisa mengenalimu.”Claire pun tersenyum paksa. Kenapa malah si Cahya?Claire melihat ke luar jendela, lalu ber
Terdengar suara tepuk tangan meriah dari bawah panggung.Selanjutnya juga adalah pelelangan perhiasan dari Perusahaan Jeewan. Setelah beberapa saat, pelelangan perhiasan ditutup dengan harga 33,6 miliar, lebih tinggi daripada nilai lelang sebelumnya.Saat ini, tampak seuntai kalung dengan liontin bulu merak berwarna biru di dalam layar. Setelah melihatnya, Fendra spontan melirik ke sisi Claire. Seolah-olah menyadari sesuatu, Cahya juga melirik ke sisi Claire.Penjual: Kayla Adhitama.Seketika terdengar suara ricuh di bawah panggung. Para hadirin mulai membahas masalah ini. Bagaimanapun, perhiasan yang dilelang seharusnya adalah perhiasan dari perusahaan besar atau hasil karya desainer ternama. Namun, banyak orang yang tidak mengenal Kayla.Hanya ada sebagian kecil orang yang pernah ikut “meramaikan” masalah di Facebook waktu itu. Mereka tahu konflik di antara Kayla dengan Keluarga Zahra.Namun, di luar dari konflik itu, sebenarnya hasil karya yang dipertunjukan itu sungguh istimewa.Ka
Itu berarti ada dua Bulu Merak yang dilelang pada malam hari ini. Hal seperti ini baru pertama kali terjadi di Acara Lelang Makronesia.“Jangan-jangan desainer Zora melakukan penjiplakan?”“Dia itu desainer perhiasan yang terkenal di luar negeri, apa perlu dia melakukan penjiplakan? Kalau benar ada penjiplakan, bukankah desainer baru itu lebih mencurigakan?”Suara ricuh di bawah panggung semakin keras lagi.Liliana melambaikan tangannya memanggil pengawal ke sisinya. Entah apa yang sudah dikatakannya, pengawal itu pun meninggalkan ruangan.Pengawal turun ke lantai bawah berbicara kepada pembawa acara, si pembawa acara pun mengumumkan, “Maaf, ada sedikit kesalahan dalam lelang malam hari ini. Sepertinya acara harus dihentikan untuk sementara waktu. Kami mencurigai ada yang melakukan penjiplakan. Jadi, kami akan menyelidikinya sampai tuntas.”“Apa benar ada yang melakukan penjiplakan?”“Jarang-jarang ada kasus penjiplakan di acara lelang.”Dua hasil karya dipajang di atas panggung. Kru y
Mungkin karena kejadian di restoran waktu itu?Ucapan Louis membuat ekspresi wajah Kayla berubah. Untung saja, Liliana tidak mengatakan apa-apa. Jadi, Kayla masih aman untuk sementara ini.Harga di atas layar berhenti di nilai 3,4 triliun! Pelelangan itu pun dimenangkan oleh Gina yang berada di Ruang Persica.Claire merasa sangat terkejut. Dia menatap Ruang Persica yang ditempati Gina dengan penuh penasaran.Harga yang awalnya telah berhenti malah tiba-tiba melonjak ke angka 3,6 triliun!Para hadirin di tempat juga merasa terkejut, begitu pula dengan kru di atas panggung. Beberapa saat kemudian, pembawa acara baru berkata, “Selamat kepada tamu VIP di Ruang Flamingo ….”Claire memalingkan kepalanya untuk melihat Cahya. “Tuan, kamu ….”Cahya pun tersenyum. “Hasil karya sebagus ini pantas dihargai dengan nilai tinggi.”Gina melirik ke Ruang Flamingo dengan mengerutkan keningnya. Ternyata orang itu adalah Tuan Cahya?“Harganya naik lagi!”Claire kedengaran suara dari bawah sana. Dia sponta
“Terkadang aku sungguh tidak suka dengan mulutmu ini.”“Kalau begitu, jangan cium aku lagi.”Javier sungguh tidak menyangka Claire akan berbicara seperti ini. Dia langsung mencubit dagu si wanita. “Sepertinya kamu minta diberi pelajaran.” Kemudian, Javier langsung mencium bibir Claire.Claire berusaha untuk meronta, tapi semakin dia meronta, pelukan Javier semakin erat lagi. Dia merendahkan suaranya, lalu menatap Claire. “Jangan asal gerak, apa kamu ingin aku kehilangan kendaliku?”Claire terdiam sejenak.“Tuan Javier.” Terdengar suara Roger dari luar pintu.Claire segera berdiri. Lelaki ini memang kurang ajar.Roger membuka pintu, lalu berkata, “Tuan, Bu Gina dari Ruang Persica ingin bertemu denganmu dan juga … Nona Claire.”Claire dan Javier berjalan keluar dari Ruang Scarlet. Ketika berjalan melewati koridor, mereka malah bertemu dengan anggota Keluarga Kenata dan juga Kayla.Kayla melihat Javier sedang menggandeng tangan Claire. Ekspresinya seketika berubah muram.Menjengkelkan sek
Sepertinya Gina telah meremehkannya. Dia sungguh malu saat ini. Namun berhubung Gina adalah seorang senior, dia juga tidak mungkin menurunkan egonya untuk meminta maaf. Dia berkata, “Besok suruh Fendra ambil kontrak di kantor. Aku akan mendistribusikan tanzanite kepadamu. Tapi aku harap kamu tidak mengecewakanku.”Langsung tampak senyuman di wajah Claire. “Baik, Bu.”Javier dapat merasakan Gina begitu mengagumi Claire. Tidak dipungkiri, sikap mandiri Claire juga dikagumi Javier. Hanya saja, entah kenapa Javier merasa agak tidak nyaman lantaran wanitanya tidak pernah meminta bantuannya!…[ Zora Berhasil Mengalahkan Kayla si Desainer Pemula. ]Setelah masalah dua barang lelang yang serupa di Acara Lelang Makronesia, nama Zora dan Kayla pun menjadi bahan perbincangan orang-orang.Warganet melihat kedua hasil karya, lalu membandingkannya. Dalam sekilas mata, mereka semua juga dapat mengetahui bahwa Kayla telah menjiplak hasil karya Zora.Bahkan ada warganet yang berhasil mengorek hasil ka
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs