Roger mengenakan kacamatanya kembali.Izza sekali merasa kacamata yang dikenakan Roger sangat aneh. Dia tidak menyukainya, jadi selalu ingin melepaskannya. Roger menghindar. “Jangan sentuh! Ada Bu Claire di sini.”Izza langsung mengatakan dengan terus terang, “Kamu semakin jelek setelah pakai kacamata.”Kali ini Claire tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia berjalan ke sisi Izza, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Izza, kamu jangan selalu menindas Roger. Nanti karena sering ditindas sama kamu, kepintarannya malah jadi hilang. Bisa jadi dia malah kehilangan mata pencahariannya.”Izza mengangguk. “Iya, aku tahu.”Roger terdiam membisu.Claire dan Izza berjalan meninggalkan gedung Grup Angkasa. Setelah kembali ke mobil, tatapannya tertuju pada Izza yang duduk di bangku pengemudi. “Izza, apa kamu sangat benci sama Roger?”Izza tertegun sejenak. Dia merasa agak bingung. “Nggak, kok.”Claire menopang kening dengan satu tangannya. Dia memandang keluar jendela. “Aku lihat kamu sering banget tindas R
“Apa aku sama dengan Widya?” Melia melipat tangannya. “Kehidupan Widya sangat menderita. Dia akan merasa lebih tenang kalau ada lelaki yang menjaganya. Tapi, aku nggak butuh.”“Kamu ….”“Sudah, kamu jangan desak Melia lagi. Telat menikah juga bukan masalah buruk. Setelah dia bertemu pasangan yang cocok, masih sempat untuk Melia mempertimbangkannya,” bujuk Giselle dengan lembut.Emir mendengus dingin. “Bohong kalau dia bisa mempertimbangkan ucapan kita.”“Ayah, aku nggak lagi bohongi kamu.”“Tidak lagi berbohong? Bukannya kamu sengaja ingin pancing emosiku? Kamu malah mengincar anak dari Pak Suryadi. Apa kamu tidak cari tahu identitasnya dengan jelas? Kamu malah langsung memercayainya.”Ternyata, Emir masih keberatan atas masalah keluarganya Suryadi.Widya kebingungan. “Pak Suryadi apaan?”Melia tidak menjawab, melainkan langsung berkata, “Gilbert itu anak laki-laki Pak Suryadi yang satu lagi. Lagi pula, aku juga nggak ingin menikah. Persyaratan yang dia buka sangat cocok sama aku.”Rau
Emir melambaikan tangannya menyuruh sekretaris untuk meninggalkan ruangan. Sekretaris langsung berjalan keluar. Tak lupa dia menutup pintu ruangan.Emir duduk di sofa. Sikapnya tidaklah bersahabat. “Kamu memang cukup arogan. Datang-datang ingin bahas masalah kerja sama denganku. Coba aku tanya, apa hubungan kamu dengan Suryadi?”Gilbert langsung berterus terang. “Dia tergolong ayah kandungku.”Emir terbengong sejenak. “Bukannya putranya Suryadi bernama Kentley? Dari mana dia punya anak lagi?”Terlihat senyuman di wajah Gilbert. “Apa Pak Suryadi pernah mengungkit masalah anak haramnya ke publik?”Lagi-lagi Emir terbengong.Identitas anak haram memang cukup memalukan. Meskipun lelaki itu cukup kaya dan berkuasa, memiliki simpanan apalagi anak haram di luar tetap adalah aib mereka. Wanita simpanan dan anak haram itu terpaksa hidup dengan sembunyi dan tanpa status.Sebenarnya Emir juga tidak curiga sama sekali. Putra dari istri sah Suryadi mengalami gangguan mental sejak lahir. Dia tidak b
“Iya, aku nggak tahu harus beliin hadiah apa lagi. Tiba-tiba aku kepikiran nggak pernah beliin Ayah barang antik, jadi aku ke sini, deh.”Ester mengangguk. Mereka mengobrol beberapa saat. Kemudian, Ester juga tidak mengganggu perkumpulan kedua anak muda lagi. Dia pun duluan meninggalkan tempat.Cherry dan Claire mencari kafe di sekitar. Tetiba Claire kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Sepertinya aku ketemu seseorang hari ini.”Cherry bertanya, “Ketemu siapa?”“Gilbert.”Ketika mengungkit nama Gilbert, Cherry merasa agak syok. Sepertinya sudah lama tidak ada yang mengungkit nama tersebut, Cherry bahkan hampir melupakannya.“Ketemu di mana?”“Di jalan. Aku cuma nampak sekilas saja, cuma aku merasa sangat familier sama wajahnya,” balas Claire. Tatapannya tak berhenti tertuju pada wajah Cherry. Dia pun tersenyum. “Kenapa? Apa kamu masih punya pemikiran terhadapnya?”Cherry memutar bola matanya ke atas. “Kamu jangan sembarangan bicara, ya. Kalau sampai kedengaran sama Cahya, dia pasti bakal
Roger sungguh kagum dengan siasat Suryadi. Dia telah menyusun semuanya dengan rapi. Pantas saja Grup Boga tidak pernah diperiksa sama sekali. Sebab, tidak ditemukan ada yang mencurigakan dalam laporan keuangan Grup Boga. Padahal sebenarnya sisa saldo di rekening perusahaan tidaklah sebanding dengan keuntungan yang diterimanya di Kota Oman.Javier pun tersenyum. “Sepertinya dia punya rekening lain.”Roger menggaruk kepalanya. “Aku sudah memeriksa bank. Rekening atas namanya sangatlah jelas. Tapi tidak ada saldo sebanyak itu.”Kening Javier pun berkerut. “Selidiki biodata anak haram itu.”Javier hanya ingin segera menyelesaikan masalah. Dia tidak ingin nantinya dirinya akan diselimuti oleh masalah bertubi-tubi. Jadi, hal pertama yang mesti Javier lakukan adalah menjamin anak haram Suryadi tidak akan menghambat rencananya. Pada saat ini, Javier menerima pesan singkat dari Cahya.[ Dasar berengsek! ]Di vila Javier.Selesai mandi, Javier menceritakan masalah Cahya memarahinya kepada Clair
Melia mengikuti si lelaki ke dalam ruangan VIP. Tidak ada banyak orang di dalam sana, hanya sekitar 4-5 orang saja. Suryadi duduk di tengah-tengah mereka. Orang di sebelahnya sedang menuangkan alkohol ke gelasnya.“Pak Suryadi, dia sudah datang.”Suryadi menyuruh orang di sampingnya untuk pergi, lalu memanggil Melia kemari. Melia duduk di sampingnya, lalu berkata dengan sopan, “Pak Suryadi, ada urusan apa kamu mencariku?”Suryadi menuang minuman kepadanya. “Apa kamu dekat dengan Gilbert?”Melia menjawab, “Dekat, tapi nggak tergolong dekat-dekat amet.”Suryadi pun tertawa. “Apa kamu memahaminya?”Melia menjawab dengan tenang, “Aku hanya tahu dia adalah anakmu di luar sana.”Raut wajah Suryadi menjadi kaku. “Dia bahkan beri tahu masalah ini kepadamu? Sepertinya kamu itu orang yang cukup istimewa baginya.”Suryadi menyerahkan gelas alkohol kepada Melia.Baru saja Melia hendak mengambil gelas, tetiba pintu ruangan terbuka.Lelaki yang berdiri di depan pintu melihat Melia yang sedang duduk
Melia menopang kening dengan satu tangan. “Bukannya dia itu ayahmu?”Raut Gilbert kelihatan kaku. “Dia tidak pernah menganggapku sebagai anaknya.”Melia terbengong melongo. Dia tidak berbicara lagi. Sebenarnya dia dapat merasakan bahwa ada yang aneh dengan hubungan Gilbert dengan ayahnya. Meskipun Suryadi adalah ayahnya, Gilbert kelihatan sangat mewaspadainya.Melia memalingkan kepala untuk menatapnya. “Jadi, untuk apa dia mencariku?”Gilbert tidak menjawab, melainkan bertanya, “Menurutmu, apa yang bisa dia lakukan?”“Hanya karena aku kenal sama kamu?”“Kalau tidak?”Melia pun tersenyum. “Kalau memang seperti itu, seandainya aku benar-benar menikah denganmu, bukankah dia akan sering mengajakku untuk minum bersama?”“Dia tidak akan melakukannya.”Jawaban pasti Gilbert membuat Melia merasa bingung. “Apa maksudmu?”“Karena dia merasa hal itu tidak pantas.”Melia menatapnya. “Kamu sangat memahami Pak Suryadi.”Gilbert menghentikan mobil di depan lampu merah. Dia memalingkan kepala untuk me
Melia melintasi depan mobil, lalu berjalan ke dalam kediaman.Gilbert menatap kepergian Melia. Beberapa saat kemudian, dia baru menyalakan mesin mobil.….Beberapa hari kemudian, Roger berhasil menemukan beberapa informasi. Dia pun menyerahkan dokumen kepada Javier. Kening Javier spontan berkerut ketika membaca nama yang tertera di atas dokumen.[ Gilbert. ]Javier membaca isi dokumen. “Nama ini agak familier.”Roger membalas, “Familier, ‘kan? Dia itu bos Klub Garzia yang dulu.”Javier tidak berbicara.Pada saat yang sama, Emir yang berhasil menyelidiki identitas Gilbert juga merasa syok.Sekretaris Emir telah memastikan ke kantor provinsi. Gilbert memang pernah menjadi anggota dari kantor provinsi, bahkan adalah mata-mata unggulan. Saat menjalankan misi, biasanya dia akan menggunakan nama samarannya.Selain itu, di saat muda dulu, Gilbert pernah menjabat sebagai ketua dari kasus penting. Kemampuannya sangatlah hebat. Seandainya Gilbert tidak mengundurkan diri, dia pasti sudah menduduk