Roger sungguh kagum dengan siasat Suryadi. Dia telah menyusun semuanya dengan rapi. Pantas saja Grup Boga tidak pernah diperiksa sama sekali. Sebab, tidak ditemukan ada yang mencurigakan dalam laporan keuangan Grup Boga. Padahal sebenarnya sisa saldo di rekening perusahaan tidaklah sebanding dengan keuntungan yang diterimanya di Kota Oman.Javier pun tersenyum. “Sepertinya dia punya rekening lain.”Roger menggaruk kepalanya. “Aku sudah memeriksa bank. Rekening atas namanya sangatlah jelas. Tapi tidak ada saldo sebanyak itu.”Kening Javier pun berkerut. “Selidiki biodata anak haram itu.”Javier hanya ingin segera menyelesaikan masalah. Dia tidak ingin nantinya dirinya akan diselimuti oleh masalah bertubi-tubi. Jadi, hal pertama yang mesti Javier lakukan adalah menjamin anak haram Suryadi tidak akan menghambat rencananya. Pada saat ini, Javier menerima pesan singkat dari Cahya.[ Dasar berengsek! ]Di vila Javier.Selesai mandi, Javier menceritakan masalah Cahya memarahinya kepada Clair
Melia mengikuti si lelaki ke dalam ruangan VIP. Tidak ada banyak orang di dalam sana, hanya sekitar 4-5 orang saja. Suryadi duduk di tengah-tengah mereka. Orang di sebelahnya sedang menuangkan alkohol ke gelasnya.“Pak Suryadi, dia sudah datang.”Suryadi menyuruh orang di sampingnya untuk pergi, lalu memanggil Melia kemari. Melia duduk di sampingnya, lalu berkata dengan sopan, “Pak Suryadi, ada urusan apa kamu mencariku?”Suryadi menuang minuman kepadanya. “Apa kamu dekat dengan Gilbert?”Melia menjawab, “Dekat, tapi nggak tergolong dekat-dekat amet.”Suryadi pun tertawa. “Apa kamu memahaminya?”Melia menjawab dengan tenang, “Aku hanya tahu dia adalah anakmu di luar sana.”Raut wajah Suryadi menjadi kaku. “Dia bahkan beri tahu masalah ini kepadamu? Sepertinya kamu itu orang yang cukup istimewa baginya.”Suryadi menyerahkan gelas alkohol kepada Melia.Baru saja Melia hendak mengambil gelas, tetiba pintu ruangan terbuka.Lelaki yang berdiri di depan pintu melihat Melia yang sedang duduk
Melia menopang kening dengan satu tangan. “Bukannya dia itu ayahmu?”Raut Gilbert kelihatan kaku. “Dia tidak pernah menganggapku sebagai anaknya.”Melia terbengong melongo. Dia tidak berbicara lagi. Sebenarnya dia dapat merasakan bahwa ada yang aneh dengan hubungan Gilbert dengan ayahnya. Meskipun Suryadi adalah ayahnya, Gilbert kelihatan sangat mewaspadainya.Melia memalingkan kepala untuk menatapnya. “Jadi, untuk apa dia mencariku?”Gilbert tidak menjawab, melainkan bertanya, “Menurutmu, apa yang bisa dia lakukan?”“Hanya karena aku kenal sama kamu?”“Kalau tidak?”Melia pun tersenyum. “Kalau memang seperti itu, seandainya aku benar-benar menikah denganmu, bukankah dia akan sering mengajakku untuk minum bersama?”“Dia tidak akan melakukannya.”Jawaban pasti Gilbert membuat Melia merasa bingung. “Apa maksudmu?”“Karena dia merasa hal itu tidak pantas.”Melia menatapnya. “Kamu sangat memahami Pak Suryadi.”Gilbert menghentikan mobil di depan lampu merah. Dia memalingkan kepala untuk me
Melia melintasi depan mobil, lalu berjalan ke dalam kediaman.Gilbert menatap kepergian Melia. Beberapa saat kemudian, dia baru menyalakan mesin mobil.….Beberapa hari kemudian, Roger berhasil menemukan beberapa informasi. Dia pun menyerahkan dokumen kepada Javier. Kening Javier spontan berkerut ketika membaca nama yang tertera di atas dokumen.[ Gilbert. ]Javier membaca isi dokumen. “Nama ini agak familier.”Roger membalas, “Familier, ‘kan? Dia itu bos Klub Garzia yang dulu.”Javier tidak berbicara.Pada saat yang sama, Emir yang berhasil menyelidiki identitas Gilbert juga merasa syok.Sekretaris Emir telah memastikan ke kantor provinsi. Gilbert memang pernah menjadi anggota dari kantor provinsi, bahkan adalah mata-mata unggulan. Saat menjalankan misi, biasanya dia akan menggunakan nama samarannya.Selain itu, di saat muda dulu, Gilbert pernah menjabat sebagai ketua dari kasus penting. Kemampuannya sangatlah hebat. Seandainya Gilbert tidak mengundurkan diri, dia pasti sudah menduduk
Saat Claire dan Cherry makan di restoran, kebetulan terdengar kabar pertunangan putri Keluarga Gozali.“Melia akan bertunangan?”Cherry menatapnya. “Kamu nggak tahu??”Claire tidak berbicara.Bukannya Claire tidak tahu. Hanya saja dia tidak tahu siapa pasangannya Melia. Keluarga Gozali tidak pernah mempublikasikannya. Claire spontan kepikiran dengan gambaran waktu itu.Hanya saja, tebakannya sudah dibuktikan dengan cepat. Saat selesai makan, dia bersama Cherry berjalan keluar restoran, mereka pun bertemu dengan Gilbert dan melia.Mereka berdua baru saja keluar dari lift. Melia berdiri di sampingnya Gilbert, lalu menunduk sembari memperlambat langkahnya. Dia bahkan menabrak Gilbert.Melia spontan mengangkat kepalanya. Orang yang berjalan di depan sana adalah Claire dan juga Cherry.Cherry berdiri di tempat menatap sosok Gilbert. Perasaannya seketika terasa rumit. Bukan karena dia masih memendam perasaan mendalam kepada Gilbert atau tidak merelakannya. Hanya saja, dia merasa menyesal lan
“Aku nggak ikut campur.” Melia menopang dagu dengan satu tangan, lalu melanjutkan dengan serius, “Gosip sama ikut campur dalam privasi orang lain itu dua hal yang berbeda.”Gilbert tidak berbicara lagi. Jikalau Gilbert diam, itu berarti pasti ada sesuatu yang dirahasiakan. Intuisi seorang wanita sangatlah menakutkan.Melia mengangkat mangkuk sup, lalu menyesapnya. “Kamu nggak usah khawatir. Aku ini orangnya nggak suka asal bicara. Kalau kamu nggak bersedia buat ngomong, aku juga nggak akan paksa kamu.”Gilbert tersenyum. “Terima kasih atas pengertianmu.”Melia pun bersikap sungkan. “Selesai makan, aku akan kembali ke perusahaan. Mengenai masalah pertunangan, mohon bantuan Pak Gilbert, ya.”“Aku antar kamu.”Melia tertegun sejenak. “Sepertinya nggak usah?”Gilbert berkata dengan datar, “Kita harus berlagak layaknya pasangan di luar sana.”Melia juga tidak berkata-kata lagi.Gilbert mengantar Melia ke depan gedung Perusahaan Teknologi Juana. Seperti biasa, setelah melihat Melia memasuki
Tidak semua lelaki cocok dengan jas putih. Jas putih bukan hanya menguji postur tubuh saja, juga menguji karisma.Kulit Gilbert tidak tergolong putih, tapi tidak tergolong gelap juga. Ketika mengenakan jas berwarna putih, Gilbert kelihatan semakin dewasa saja.Ada yang memberi tahu Gilbert, dia pun menoleh melihat ke sisi Melia.Para karyawan setempat tahu diri segera meninggalkan tempat. Sekarang hanya tersisa mereka berdua saja di dalam koridor. Melia berhenti di hadapannya. Entah dirinya merasa gugup atau apa, dia merasa agak tidak leluasa. “Bukankah acara akan segera dimulai?”Gilbert mengiakan. Tatapan tertuju pada diri Melia. “Gaun ini sangat cocok sama kamu.”Melia mengangkat kepalanya, lalu berpapasan dengan tatapan Gilbert. Kemudian dia mengalihkan pandangannya. “Emm, iya, lumayan, ya.”Gilbert memiringkan tubuhnya. “Kalau begitu, kita masuk.”Melia mengangguk. Saat hendak berjalan , tetiba Gilbert mengulurkan tangan ke sisinya.Langkah kaki Melia berhenti. Dia mengangkat tang
Melia memalingkan kepalanya melihat Gilbert yang sedang berbincang-bincang dengan Javier. Dia pun menggigit bibirnya dengan erat.Entah sejak kapan Widya berdiri di belakang Melia. “Kak.”Melia membalikkan tubuhnya. “Ada apa?”Widya mendekati Melia. Entah apa yang dikatakan Widya, alhasil Melia meletakkan gelas anggur ke atas meja, lalu berjalan keluar aula bersamanya.Claire masih berdiri di tempat. Dia melihat mereka berdua meninggalkan aula.Di depan balkon, Melia berdiri di belakang pot tanaman. “Jangan-jangan kamu ingin bujuk aku lagi?”“Aku hanya merasa keputusanmu terlalu gegabah. Apa kamu nggak bakal menyesali keputusanmu?”Melia melipat kedua tangannya. “Meskipun menyesal, semua itu juga urusanku.”Widya menundukkan kepalanya. “Aku tahu. Nggak seharusnya aku mengatakan ucapan seperti ini sekarang. Tapi kamu itu kakakku. Aku sungguh berharap kamu bisa hidup bahagia.”Melia tidak berbicara.“Kak, apa kamu nggak pernah kepikiran, meskipun kamu melakukan pernikahan bisnis, bisa ja