Gilbert tidak menjawab.Melia juga merasa dirinya terlalu cerewet, padahal dia sudah berjanji tidak akan ikut campur dalam privasi Gilbert. “Maaf, aku juga nggak bermaksud lain. Aku hanya merasa … kalau kamu menyesal, lebih baik kita tunangan saja. Meski cuma bertunangan, kamu juga bisa merebut kekuasaan.”Melia tidak suka memaksa kehendaknya kepada orang lain. Meskipun Gilbert yang mengajukan rencana pernikahan bisnis, tujuan melakukan pernikahan itu juga demi keuntungan belaka. Mereka tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap satu sama lain. Namun, jujur saja Melia sempat ragu selama beberapa saat ini. Dia ragu dengan keputusannya.Bukannya Melia takut dengan pernikahan formalitas ini. Sebab setelah menikah nanti, mereka akan melewati kehidupan mereka masing-masing. Jikalau kedua belah pihak merasa tidak cocok, mereka bisa bercerai kapan saja. Melia pun bisa menerima persyaratan ini.Namun setelah mendengar ocehan Widya, Melia sendiri juga tidak yakin apakah dia akan memiliki perasaan
Sepertinya Gilbert dapat membaca pemikiran Melia saja. “Itu nomor belakang ponselku.”Melia terdiam membisu. Dia merasa canggung saat ini. Melia tertawa terbahak-bahak menyembunyikan rasa canggung, lalu memapahnya ke dalam. “Kamu nggak usah jelasin apa-apa.”Gilbert mengiakan. “Aku bukan lagi menjelaskan.” Gilbert hanya ingin memberi tahu Melia saja, tidak ada maksud lain.Gilbert mengulurkan tangan untuk menyalakan lampu. Ruangan seketika menjadi terang. Interior rumah sangatlah minimalis, tidak semewah yang dipikirkan Melia.Sederhana, bersih, dan juga luas.Melia memapah Gilbert kembali ke ruang tamu. Kamarnya lebih luas lagi. Namun selain sebuah ranjang, hanya ada lemari pakaian, meja belajar, dan rak buku. Tidak diletakkan barang-barang tidak berkepentingan di dalamnya.Melia mengamati isi ruangan. “Tempat tinggalmu ini minimalis sekali.”Saking minimalisnya, ruangan kelihatan sangat kosong, tidak ada hawa manusia sama sekali. Rumah ini bagai tempat untuk berteduh saja.Gilbert me
Selesai meletakkan bantal dan selimut, Melia berjalan kembali ke kamarnya dengan perlahan.Gilbert melebarkan matanya dengan perlahan, lalu memegang selimut di tubuhnya. Tatapannya tertuju pada bayangan tubuh yang sedang berjalan ke dalam kamar.Tentu saja Gilbert sadar batasan dia dalam minum alkohol. Dia memang sudah minum kebanyakan, tetapi masih belum mabuk. Lagi pula, sewaktu tinggal di militer, dia sering menerima misi berbahaya. Jadi, Gilbert sangatlah peka. Di saat Melia membuka pintu kamar berjalan keluar tadi, dia pun sudah terbangun. Tetiba Gilbert tersenyum tipis.Sebenarnya Gilbert ingin melihat apa yang ingin dilakukan Melia. Hanya saja, semuanya di luar dugaannya.Keesokan harinya, Melia baru bangun tidur pada jam delapan pagi. Selesai membasuh tubuhnya, dia berjalan keluar kamar. Saat ini, dia hanya menemukan selimut dan bantal di atas sofa.“Sudah bangun.” Gilbert berjalan keluar dapur dengan mengambil sarapan.Melia terbengong sejenak, lalu berjalan ke depan meja mak
Melia merasa agak syok, lalu spontan membalas, “Aku sudah terbiasa.”Tatapan Gilbert tertuju pada diri Melia. Senyuman di wajahnya tampak tipis. “Lebih baik kamu cepat terbiasa dengan hubungan kita.”Melia menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum padanya. “Oke, aku akan belajar untuk terbiasa.”Usai berbicara, Melia membuka pintu mobil, lalu menuruni mobil.Gilbert menatap bayangan tubuh Melia yang berjalan ke dalam vila. Dia menaikkan jendela mobil dengan perlahan. Pada saat ini, dia menerima panggilan dari ayahnya, Suryadi. Setibanya di rumah, Gilbert memasuki ruang tamu. Dia melihat Suryadi sedang duduk di sofa sembari merokok. Pelayan di samping sedang menyeduh teh.Suryadi mengangkat tangan menyuruh Gilbert untuk duduk. Dia menjentikkan cerutu. “Gilbert, aku berencana memberimu sebuah hadiah besar sebelum kamu menikah nanti.”Gilbert duduk di seberang. Kabar pertunangan Gilbert dan Melia belum terekspos sama sekali. Semua itu hanyalah perjanjian Gilbert dengan Emir. Seharusnya S
Pada saat ini, Melia sedang sibuk dengan masalah perangkat lunaknya. Setelah menerima pesan, dia baru membacanya setelah setengah jam kemudian.[ Bukannya cowok itu calon suamimu? ][ Calon suamimu ketemuan sama cewek lain? Apa kamu tahu masalah ini? ][ !!! ]Kemudian, terlampir selembar foto.Melia membuka foto tersebut, lalu tampak Gilbert sedang menatap wanita di hadapannya dengan tersenyum lembut. Hanya saja, Melia tidak pernah melihat tatapan selembut ini sebelumnya.Mungkin orang lain tidak tahu siapa wanita itu. Namun, Melia mengetahuinya. Ternyata semuanya seperti yang diduga Melia.Selesai membaca, Melia juga tidak membalas pesan. Dia merasa dirinya agak konyol. Jelas-jelas Melia tidak seharusnya ikut campur dengan privasi Gilbert. Sekarang dia malah merasa cemburu ketika melihat gambaran ini.Melia mengira dirinya bisa melewati pernikahan tanpa berlandasan cinta. Kenyataannya, jika pasangannya itu adalah Gilbert, sepertinya dia akan jatuh cinta terhadapnya. Jadi, Melia memil
Setelah itu, Gilbert tersenyum tipis. “Sepertinya kamu orangnya agak sensitif.”Gilbert mengangkat cangkir tehnya, lalu menyesapnya. “Hari ini sewaktu aku di kafe, aku ketemu dengan rekan kerjamu.”Melia tertegun. Tetiba dia tersenyum. “Oh ya?”“Apa yang dia katakan padamu?”Senyuman di wajah Melia terkaku. Saat berpapasan dengan tatapan tajam Gilbert, dia malah merasa bersalah. Jangan-jangan dia menyadari dirinya dipotret oleh rekan kerjanya?Namun, betul juga! Seandainya Gilbert tidak memiliki kepekaan tingkat tinggi, bagaimana dia bisa menjadi mata-mata?Dengan terpaksa, Melia mengakuinya. Dia menunjukkan senyuman tipis di wajahnya. “Dia memang sudah bilang sama aku. Tapi aku nggak bakal nanya masalah pribadimu. Orang lain nggak tahu kondisi kita, makanya bisa terjadi masalah seperti ini. Maaf ya kalau perbuatan rekan kerjaku sudah mengganggumu.”“Apa kamu mematikan ponselmu juga karena hal ini?”Melia langsung berkeringat dingin. Sepertinya Gilbert bahkan lebih peka daripada wanita
Awalnya Gilbert mengira dirinya bisa menebus Melia setelah dirinya mendapat saham dari Suryadi. Melia ingin mendapatkan keuntungan. Gilbert juga tidak pelit sama sekali. Hanya saja, dia mengabaikan sesuatu, yaitu soal “perasaan”.Meskipun lelaki dan wanita yang terikat oleh pernikahan tidak berlandaskan cinta, seiring berjalannya waktu, pasti akan tumbuh sedikit perasaan di antara mereka. Malam hari itu Gilbert tidak tergolong mabuk. Dia sangat jelas dengan apa yang dilakukan Melia.Gilbert pernah berhubungan dengan banyak wanita. Semua wanita yang mendekatinya juga tidaklah tulus. Semuanya bisa dirasakan dari setiap gerak-gerik mereka.Berbeda dengan Melia, dia bersikap sangat sungkan dan selalu menjaga jarak dengan Gilbert. Dia tahu hubungan mereka hanyalah sebuah “transaksi” belaka.Melia menunduk seolah-olah mengerti maksud ucapan Gilbert. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Jadi, kita hanya bertunangan saja, ‘kan?”Gilbert tidak berbicara.Raut wajah Melia sangatlah tenang. “Se
Setelah keluar dari penjara, Thomas pasti akan memberi pelajaran kepada Gilbert. Seandainya identitas wanita ini tidak sederhana, hal itu pun tidak menguntungkan bagi Thomas. Namun, Thomas tidak percaya.Thomas mendengus dingin. “Apa kamu lagi menakutiku? Atau sekarang kamu lagi memanfaatkan wanita untuk menaikkan statusmu? Apa wanita ini tahu siasat burukmu?”Tatapan Thomas tertuju pada diri Melia. “Saat dia memanfaatkan wanita, dia itu sadis sekali. Kalau kamu tidak percaya, coba kamu cari tahu sendiri. Wanita mana yang tidak hancur di tangannya. Bisa jadi, kamu hanyalah pion yang lagi dimanfaatkan dia saja.”Melia menggigit bibirnya. Beberapa saat kemudian, Melia melihat Gilbert sekilas. “Kamu nggak perlu beri tahu aku mengenai Gilbert.”Setelah mendengar ucapan itu, Thomas langsung tertawa. Terlintas ekspresi galak di wajahnya. “Kamu memang setia sekali. Tapi sayangnya, kalian tidak bisa pergi malam ini.”“Gilang, sepuluh tahun lalu kamu sudah mengkhianatiku, lalu mengantarku ke pe