Awalnya Gilbert mengira dirinya bisa menebus Melia setelah dirinya mendapat saham dari Suryadi. Melia ingin mendapatkan keuntungan. Gilbert juga tidak pelit sama sekali. Hanya saja, dia mengabaikan sesuatu, yaitu soal “perasaan”.Meskipun lelaki dan wanita yang terikat oleh pernikahan tidak berlandaskan cinta, seiring berjalannya waktu, pasti akan tumbuh sedikit perasaan di antara mereka. Malam hari itu Gilbert tidak tergolong mabuk. Dia sangat jelas dengan apa yang dilakukan Melia.Gilbert pernah berhubungan dengan banyak wanita. Semua wanita yang mendekatinya juga tidaklah tulus. Semuanya bisa dirasakan dari setiap gerak-gerik mereka.Berbeda dengan Melia, dia bersikap sangat sungkan dan selalu menjaga jarak dengan Gilbert. Dia tahu hubungan mereka hanyalah sebuah “transaksi” belaka.Melia menunduk seolah-olah mengerti maksud ucapan Gilbert. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Jadi, kita hanya bertunangan saja, ‘kan?”Gilbert tidak berbicara.Raut wajah Melia sangatlah tenang. “Se
Setelah keluar dari penjara, Thomas pasti akan memberi pelajaran kepada Gilbert. Seandainya identitas wanita ini tidak sederhana, hal itu pun tidak menguntungkan bagi Thomas. Namun, Thomas tidak percaya.Thomas mendengus dingin. “Apa kamu lagi menakutiku? Atau sekarang kamu lagi memanfaatkan wanita untuk menaikkan statusmu? Apa wanita ini tahu siasat burukmu?”Tatapan Thomas tertuju pada diri Melia. “Saat dia memanfaatkan wanita, dia itu sadis sekali. Kalau kamu tidak percaya, coba kamu cari tahu sendiri. Wanita mana yang tidak hancur di tangannya. Bisa jadi, kamu hanyalah pion yang lagi dimanfaatkan dia saja.”Melia menggigit bibirnya. Beberapa saat kemudian, Melia melihat Gilbert sekilas. “Kamu nggak perlu beri tahu aku mengenai Gilbert.”Setelah mendengar ucapan itu, Thomas langsung tertawa. Terlintas ekspresi galak di wajahnya. “Kamu memang setia sekali. Tapi sayangnya, kalian tidak bisa pergi malam ini.”“Gilang, sepuluh tahun lalu kamu sudah mengkhianatiku, lalu mengantarku ke pe
Melia tersenyum paksa. “Aku nggak tahu dia pegang pisau.”Sebenarnya Melia hanya tidak ingin Gilbert terluka saja.Gilbert berusaha menutup bagian cedera Melia, lalu memeluk erat Melia. “Bertahanlah! Melia, jangan tidur!”Ambulans telah tiba di tempat. Melia diangkat anggota medis ke dalam mobil. Saat ini, darah Melia sudah membaluti tangan Gilbert.Saat Melia diantar ke rumah sakit, dia sudah dalam keadaan tidak menyadarkan diri. Dia langsung dibawa ke ruang operasi untuk melakukan penyelamatan pertama.Setelah Emir dan Giselle mengetahui kabar ini, mereka bergegas ke rumah sakit. Saat Gilbert berdiri di koridor, Emir langsung bertanya, “Di mana Melia? Apa yang terjadi?”“Maaf.” Gilbert menunduk. “Aku sudah menyusahkannya.”Langkah kaki Emir tidak stabil. Dia melihat lampu merah di ruang operasi, rautnya menjadi serius.Setelah melakukan operasi selama dua jam, dokter berjalan keluar ruangan. Emir segera melangkah maju untuk bertanya, “Gimana kondisi putriku?”Dokter melepaskan masker
Suara Melia terasa serak. “Nggak dingin lagi.”Gilbert menyentuh tangannya. Tangan yang diinfus itu terasa dingin. Gilbert menggenggam tangan Melia dengan perlahan. Rasa hangat seketika terasa Melia. Melia pun tidak gemetar lagi lantaran merasa agak hangat.Gilbert menatap Melia. “Kamu tidur dulu. Kamu akan membaik setelah bangun nanti.”Suara Gilbert sangatlah kecil, bagai bulu yang membelai hati Melia saja. Melia memejamkan matanya, lalu mulai tertidur.….Setelah Claire mendengar Widya hendak mengambil cuti, dia baru tahu bahwa Melia dirawat di rumah sakit karena cedera. Dia bertanya bagaimana cedera yang dialami Melia. Tetiba Widya pun terdiam.Claire merasa bingung. “Ada apa?”“Bu Claire ….” Widya menggigit bibirnya. “Kakakku, dia … kemungkinan dia nggak bisa mengandung lagi.”Claire tertegun di tempat. Berhubung sibuk, Claire tidak sempat menjenguk Melia. Dia menyuruh Izza menemani Widya untuk pergi ke rumah sakit.Widya tidak ingin mengganggu pekerjaan Hendri. Jadi, dia tidak me
“Gimana kalau kita berpacaran?”“Apa?”Melia kembali terbengong. Dia tidak berani percaya dengan telinganya sendiri.Gilbert menatapnya. “Aku bilang … gimana kalau kita coba untuk berpacaran?”Melia sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Apa Gilbert salah makan obat?Hanya saja, tetiba Melia kepikiran sesuatu, dia pun tersenyum. “Apa kamu merasa bersalah karena aku membantumu mengadang tusukan?”Gilbert menatapnya tanpa berbicara.Melia kelihatan sangat santai. Dia mengangkat-angkat pundaknya. “Sebenarnya kamu nggak usah bersikap seperti ini. Aku bisa mendorongmu juga bukan ada maksud lain. Kamu nggak usah merasa berutang budi sama aku.”Seandainya Gilbert ingin berpacaran dengannya karena merasa bersalah, Melia juga tidak membutuhkannya. Sebab hubungan itu bukanlah hubungan yang diinginkan Melia. Semua itu hanyalah “tebusan” saja. Masalah perasaan tidak boleh dikaitkan dengan masalah utang budi.Gilbert memutar bola matanya. “Aku juga tidak ada maksud lain.”Melia tertegun
Seandainya ada sedikit pun masalah dalam saham di tangan Gilbert, dia pun akan mengganti Suryadi untuk menerima hukuman.Javier mengetuk jari tangannya di atas dokumen. Dia memutarkan bola matanya. “Sepertinya Suryadi tidak tahu hubungan Gilbert dengan anggota pemerintahan?”Roger menggeleng. “Gilbert memiliki identitas palsu yang terlalu banyak. Meski Pak Suryadi menyelidikinya, dia juga tidak mungkin akan menyelidiki sampai ke kantor provinsi.”Javier tersenyum. “Sepertinya Pak Suryadi sama sekali tidak memahami anak haramnya.”“Jika dia paham, sepertinya Pak Suryadi sudah menjalin hubungan baik dengan anak haramnya. Dengan hubungan Gilbert dan anggota pemerintahan, dia pun bisa melindungi Suryadi jika dia menginginkan.”Sayangnya, Suryadi terlalu arogan. Dia merasa anak haramnya hanyalah seorang “preman” saja. Dia tidak pernah memasukkannya ke dalam hati.“Tuan Javier, sepertinya kali ini kita tidak perlu turun tangan untuk menghadapi Pak Suryadi.”Javier menutup dokumennya, lalu me
Roger tersenyum. “Kalau aku yang ulang tahun, aku pasti tidak akan menggunakan barang-barang ini. Pak Steven itu sudah tua, tidaklah cocok dengan warna merah dan ungu yang kamu pilih.”Izza melihat tumpukan aksesori yang dipilihnya. Kata pemilik toko, orang tua Negara Makronesia suka warna yang norak-norak. Roger mengusap dagu sembari menatapnya. “Jangan-jangan ini pertama kalinya kamu memilih dekorasi ulang tahun?”Izza melipat kedua tangannya dan tidak berbicara.Roger tersenyum. Dia menepuk-nepuk pundak Izza. “Tidak masalah. Biar aku pilih.”Seharian ini, Roger memilih barang-barang dekorasi. Bagaimanapun, Roger tumbuh besar di Kediaman Fernando. Dia cukup memahami kesukaan Steven.Izza mengikutinya dari satu toko ke toko lain. Konon katanya, wanita suka belanja. Namun sekarang, sepertinya malah terbalik.Saat Roger melihat ada sedikit cacat, dia langsung menggantinya. Dia sudah keluar masuk banyak toko, tetapi dia masih saja merasa tidak puas. Kemudian, Roger pun lanjut memilih ba
Seandainya Izza diculik, Roger juga tidak bisa memberi penjelasan kepada majikannya.Namun setelah dipikir-pikir, sepertinya ada yang salah ….Lelaki mana yang berani menculik Izza? Jika ada, sepertinya orang itu sudah bosan hidup, baru berani mengincar Izza?Izza berjalan maju. Tanpa berbasa-basi, dia memegang dua cone es krim dengan satu tangan. Kemudian, tangannya yang satu lagi langsung menenteng kantongan belanja.Roger terbengong, lalu tersenyum. “Baik sekali. Tak disangka kamu akan bantu aku angkat belanjaan?”Izza berjalan di depan. “Karena kamu beliin aku es krim tadi.”Roger mengikuti langkah Izza. Melihat Izza sendirian makan dua cone es krim, dia pun mengernyitkan keningnya. “Tidak bagus untuk makan sebanyak itu, nanti kamu bakal sakit perut.”Izza tidak ingin meladeninya. “Cerewet sekali.”Roger lanjut mengoceh, “Kenapa kamu tidak patuh? Nanti kamu tanggung sendiri akibatnya. Kalau nanti perutku sakit, jangan salahkan aku tidak ingatin kamu.”Langkah kaki Izza terhenti. Di