“Gimana kalau kita berpacaran?”“Apa?”Melia kembali terbengong. Dia tidak berani percaya dengan telinganya sendiri.Gilbert menatapnya. “Aku bilang … gimana kalau kita coba untuk berpacaran?”Melia sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Apa Gilbert salah makan obat?Hanya saja, tetiba Melia kepikiran sesuatu, dia pun tersenyum. “Apa kamu merasa bersalah karena aku membantumu mengadang tusukan?”Gilbert menatapnya tanpa berbicara.Melia kelihatan sangat santai. Dia mengangkat-angkat pundaknya. “Sebenarnya kamu nggak usah bersikap seperti ini. Aku bisa mendorongmu juga bukan ada maksud lain. Kamu nggak usah merasa berutang budi sama aku.”Seandainya Gilbert ingin berpacaran dengannya karena merasa bersalah, Melia juga tidak membutuhkannya. Sebab hubungan itu bukanlah hubungan yang diinginkan Melia. Semua itu hanyalah “tebusan” saja. Masalah perasaan tidak boleh dikaitkan dengan masalah utang budi.Gilbert memutar bola matanya. “Aku juga tidak ada maksud lain.”Melia tertegun
Seandainya ada sedikit pun masalah dalam saham di tangan Gilbert, dia pun akan mengganti Suryadi untuk menerima hukuman.Javier mengetuk jari tangannya di atas dokumen. Dia memutarkan bola matanya. “Sepertinya Suryadi tidak tahu hubungan Gilbert dengan anggota pemerintahan?”Roger menggeleng. “Gilbert memiliki identitas palsu yang terlalu banyak. Meski Pak Suryadi menyelidikinya, dia juga tidak mungkin akan menyelidiki sampai ke kantor provinsi.”Javier tersenyum. “Sepertinya Pak Suryadi sama sekali tidak memahami anak haramnya.”“Jika dia paham, sepertinya Pak Suryadi sudah menjalin hubungan baik dengan anak haramnya. Dengan hubungan Gilbert dan anggota pemerintahan, dia pun bisa melindungi Suryadi jika dia menginginkan.”Sayangnya, Suryadi terlalu arogan. Dia merasa anak haramnya hanyalah seorang “preman” saja. Dia tidak pernah memasukkannya ke dalam hati.“Tuan Javier, sepertinya kali ini kita tidak perlu turun tangan untuk menghadapi Pak Suryadi.”Javier menutup dokumennya, lalu me
Roger tersenyum. “Kalau aku yang ulang tahun, aku pasti tidak akan menggunakan barang-barang ini. Pak Steven itu sudah tua, tidaklah cocok dengan warna merah dan ungu yang kamu pilih.”Izza melihat tumpukan aksesori yang dipilihnya. Kata pemilik toko, orang tua Negara Makronesia suka warna yang norak-norak. Roger mengusap dagu sembari menatapnya. “Jangan-jangan ini pertama kalinya kamu memilih dekorasi ulang tahun?”Izza melipat kedua tangannya dan tidak berbicara.Roger tersenyum. Dia menepuk-nepuk pundak Izza. “Tidak masalah. Biar aku pilih.”Seharian ini, Roger memilih barang-barang dekorasi. Bagaimanapun, Roger tumbuh besar di Kediaman Fernando. Dia cukup memahami kesukaan Steven.Izza mengikutinya dari satu toko ke toko lain. Konon katanya, wanita suka belanja. Namun sekarang, sepertinya malah terbalik.Saat Roger melihat ada sedikit cacat, dia langsung menggantinya. Dia sudah keluar masuk banyak toko, tetapi dia masih saja merasa tidak puas. Kemudian, Roger pun lanjut memilih ba
Seandainya Izza diculik, Roger juga tidak bisa memberi penjelasan kepada majikannya.Namun setelah dipikir-pikir, sepertinya ada yang salah ….Lelaki mana yang berani menculik Izza? Jika ada, sepertinya orang itu sudah bosan hidup, baru berani mengincar Izza?Izza berjalan maju. Tanpa berbasa-basi, dia memegang dua cone es krim dengan satu tangan. Kemudian, tangannya yang satu lagi langsung menenteng kantongan belanja.Roger terbengong, lalu tersenyum. “Baik sekali. Tak disangka kamu akan bantu aku angkat belanjaan?”Izza berjalan di depan. “Karena kamu beliin aku es krim tadi.”Roger mengikuti langkah Izza. Melihat Izza sendirian makan dua cone es krim, dia pun mengernyitkan keningnya. “Tidak bagus untuk makan sebanyak itu, nanti kamu bakal sakit perut.”Izza tidak ingin meladeninya. “Cerewet sekali.”Roger lanjut mengoceh, “Kenapa kamu tidak patuh? Nanti kamu tanggung sendiri akibatnya. Kalau nanti perutku sakit, jangan salahkan aku tidak ingatin kamu.”Langkah kaki Izza terhenti. Di
Berani-beraninya Izza bersikap semena-mena!“Anggap saja pinjam.” Izza mengembalikan dompet ke tempat semula. Dia melahap sisa es krim, lalu berjalan keluar mal.Berhubung Izza rakus makan begitu banyak cone es krim, dia pun benar-benar sakit perut di malam hari. Dia bahkan bolak-balik toilet terus.Keesokan harinya, saat mendekorasi rumah, tidak ditemukan batang hidung Izza. Claire menuruni tangga, lalu bertanya pada Roger yang sedang sibuk sendiri, “Di mana Izza?”Roger pun tersenyum. “Mungkin semalam banyak kebanyakan es krim, jadi sakit, deh.” Itulah … siapa suruh Izza tidak mendengar omongan Roger.Claire menyipitkan matanya. “Kamu bawa dia makan es krim?”Roger segera menjelaskan, “Itu karena semalam dia capek jalan-jalan melulu, dia tidak mau jalan lagi. Aku terpaksa sogok dia dengan makan es krim. Siapa sangka dia tidak pernah makan es krim. Setelah habis satu cone, dia malah ketagihan dan pergi beli sendiri. Bu, aku berani bersumpah, aku sempat membujuknya. Tapi dia tidak deng
“Aku merasa hubungannya dengan calon suaminya agak aneh. Calon suaminya memang sering antar jemput dia, tapi entah kenapa aku merasa mereka nggak seperti pasangan yang lagi pacaran saja.”“Kamu juga merasakannya, ya? Kami juga sudah merasakannya sejak dulu.”Melia sedang berdiri di dinding samping pintu. Saat mendengar orang-orang di dalam pantri sedang menggosipnya, dia pun menunduk.Bahkan orang luar juga bisa menyadari hubungan Melia dengan Gilbert. Jujur saja, Melia cukup syok ketika Gilbert mengajaknya untuk berpacaran.Hanya karena satu tusukan, Gilbert malah ingin hubungan mereka menjadi serius. Dia masih tidak belum terbiasa dengan perubahan sikap Gilbert. Sebenarnya Melia sendiri bisa merasakan bahwa Gilbert merasa bersalah terhadapnya.Saat ini, di Grup Boga.“Pak Suryadi, Gilbert sudah mengambil alih saham perusahaan di Kota Oman. Selain itu, dua hari lalu dia pergi ke kasino.”Setelah mendengar laporan sekretaris, Suryadi meletakkan cangkir tehnya. Keningnya tampak berkerut
“Ayah suruh kamu bawa aku ke mana?”“Telah terjadi sesuatu dengan Ayah.” Gilbert menunduk, lalu melanjutkan dengan tenang, “Dia butuh uang. Dia beri tahu aku uangnya dia simpan di dalam rekeningmu. Apa benar seperti itu?”Kentley ragu sejenak. “Tapi kata Ayah, kartu itu tidak boleh diberikan kepada orang lain.”“Tapi Ayah tidak pernah mengatakan tidak boleh memberikan kartu itu kepada adikmu, ‘kan?”Ucapan Gilbert semakin membingungkan Kentley. Pada dasarnya Kentley mengalami gangguan mental. Hanya saja, seingatnya, dia memang memiliki seorang adik, tetapi dia tidak ingat siapa namanya.Kentley mengangguk dengan bingung. “Gimana caranya aku bisa membantu Ayah?”Gilbert membalas, “Serahkan kartu itu kepadaku. Aku akan antar kamu ke tempat ibumu. Kamu akan sangat aman selama bersama ibumu.”Sesungguhnya Kentley memang sangat merindukan ibunya. Dia menyerahkan kartu debit kepada Gilbert. Gilbert langsung mengambilnya, lalu menepuk-nepuk pundak Kentley. “Ayo, aku antar kamu ketemu orang ya
Pada saat ini, Suryadi menerima kabar mengenai menantu dari Emir Gozali. Tak disangka, orang tersebut adalah anak haramnya sendiri, Gilbert.Gilbert baru saja bertunangan dengan putrinya Emir. Masalah ini juga masih belum dipublikasikan.Suryadi duduk tertegun di baris belakang mobil. Terlihat ekspresi putus asa di wajahnya.Di sisi lain, Gilbert menyerahkan bukti rekening penggelapan Suryadi kepada kantor provinsi. Rekening Kentley adalah rekening luar negeri. Pihak kantor provinsi segera menghubungi kementerian luar negeri setempat. Tak lama kemudian, Suryadi pun dicekal tidak diizinkan untuk ke luar kota.Setelah masalah berakhir, Gilbert menaiki pesawat kembali ke ibu kota. Dia tidak lagi bertemu dengan Suryadi.Manajer kafe datang menjemput Gilbert di bandara. Ketika melewati toko bunga, Gilbert menyuruhnya untuk menghentikan mobil.Gilbert membeli sebuket bunga krisan, lalu kembali ke mobil. Manajer melihat dari kaca spion tengah. “Untuk Bu Melia?”Gilbert tidak berbicara seolah-
“Selain Menteri Dalam Negeri yang bersedia menanggung kesalahan, yang lain terus menyangkal, tidak bersedia untuk mengakui perbuatan mereka. Sepertinya Reyhan punya pegangan.”Jules menyipitkan matanya. Dia berpikir sejenak, lalu berkata, “Sepertinya kita hanya bisa mencari celah dari Menteri Dalam Negeri.”Sebab, Menteri Dalam Negeri adalah satu-satunya orang yang bersedia mengakui kesalahannya. Seharusnya ada aibnya di tangan Reyhan.Benn menepuk-nepuk pundak Reyhan. “Masih ada waktu tiga hari lagi. Semangat!”Usai berbicara, Benn membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.Jules berjalan ke luar ruang tahanan Menteri Dalam Negeri. Pria paruh baya yang duduk di dalam kelihatan sangat putus asa. Kelihatan sekali tidaklah enak untuk hidup dengan kehilangan kebebasan.Ketika melihat kedatangan Jules, dia tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara.“Apa kamu benar-benar bersedia untuk memikul semua kesalahan ini?”Menteri Dalam Negeri menggertakkan giginya. “Aku tid
Benn melirik Sissae sekilas. “Semua ini perintah Yang Mulia Ratu. Apa Keluarga Taylor ingin melawan perintah? Atau Keluarga Taylor merasa kedudukan kalian lebih tinggi daripada Ratu? Jadi, kalian tidak menganggap keluarga kerajaan?”“Kamu ….”“Sissae.” Reyhan berdiri dengan perlahan, lalu menatap Benn dengan galak. “Tidak ada yang perlu aku takutkan. Aku akan ikut dengan kalian, tapi kalau terbukti aku difitnah, aku tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja.”Benn tersenyum dan memiringkan sedikit tubuhnya. “Kalau begitu, mohon kerja samanya.”Reyhan mengibaskan tangannya, lalu meninggalkan ruang tamu. Pihak kepolisian juga mengikuti langkahnya.Saat melihat ayahnya dibawa pergi, kedua kaki Sissae terasa lemas. Dia langsung jatuh duduk di sofa. Ayahnya pasti tidak akan melakukan hal seperti itu! Ayahnya pasti telah difitnah! Pasti … pasti dia pelakunya! Jules!…Di Vila Laguna.Jules dan Jessie baru saja menuruni mobil. Tiba-tiba terdengar suara Sissae. “Jules!”Mereka berdua menol
Beberapa saat kemudian, Sissae tidak menghiraukan rasa sakit di wajahnya, segera menghubungi sang ibu. “Ibu, apa yang terjadi? Ada apa dengan Ayah?”Risella tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini. Namun pada akhirnya, dia tetap memilih untuk berterus terang kepada putrinya.Setelah Sissae mengetahui kenyataan, langsung terlintas rasa takut di dalam matanya. Seandainya ayahnya benar-benar melakukan semua itu, bukannya Keluarga Taylor akan ….Tidak! Masalah ini tidak boleh terjadi!Kedudukan dan kekuasaan Keluarga Taylor adalah sumber kepercayaan diri Sissae! Bagaimana jika dia kehilangan semua yang dimilikinya saat ini? Tidak! Dia tidak akan mengizinkan dirinya kehilangan semuanya!Pada saat sama, Jules dan Jessie pergi menjenguk Derrick. Derrick masih belum ada tanda-tanda untuk siuman. Dokter memberi tahu bahwa cedera yang dialami Derrick terlalu parah. Bisa siuman atau tidak tergantung dengan nasibnya.Jessie memalingkan kepalanya melihat raut wajah serius Jules. Dia menggengga
Menteri Dalam Negeri tidak berbicara, seolah-olah sudah memahami semuanya ….Satu masalah belum selesai diatasi, datang lagi masalah baru. Ada lagi peretas anonim yang menyerang sistem keamanan kabinet hingga menyebabkan semua sistem lumpuh total. Kemudian, muncul tulisan dengan ukuran besar di situs web resmi.[ Selanjutnya adalah giliranmu. ]Peretas misterius ini membuat seluruh menteri dilanda kepanikan. Tidak lama kemudian, mereka menerima kabar bahwa Menteri Dalam Negeri telah menyerahkan diri ke polisi.Awalnya, mereka berpikir bahwa dengan mengorbankan satu orang, sisanya akan aman. Di luar dugaan, dua hari kemudian, peretas tersebut kembali mengungkap skandal menteri lainnya.Serangan itu terlihat seperti serangan terhadap menteri. Namun kenyataannya, semua menteri yang skandalnya terungkap memiliki hubungan transaksi dengan Keluarga Taylor.Di ruangan VIP kapal pesiar.Jerremy menutup layar tabletnya, lalu melihat ke sisi Jules. “Apa kamu yakin cara ini bisa menghancurkan tua
“Hujan terlalu lebat. Kami tidak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka itu preman.”Jules melihat ke sisi kamar pasien. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Kalian jaga dia dengan baik.”“Yang Mulia, tenang saja.”Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Dia sungguh merasa geram. Saking geramnya, dia memukul setir mobil. Urat hijau kelihatan menonjol di punggung tangannya. Hanya saja, saat ini Jules semakin yakin lagi bahwa masalah ini berhubungan dengan pengurus rumah Keluarga Taylor.Namun sekarang Derrick belum siuman. Mereka tidak memiliki bukti untuk melaporkan masalah ini kepada pihak berwajib. …Beberapa hari kemudian, sebuah rekaman suara dipublikasikan oleh peretas. “Transaksi” Reyhan dan anggota menteri yang tidak diketahui orang-orang viral di internet dan menggemparkan semua orang.Mereka memang sudah menghabiskan banyak uang untuk menekan berita itu. Hanya saja, berita itu sudah dicetak di majalah dan juga sudah terjua
Usai berbicara, Benn mengangkat kepalanya untuk melihat orang-orang itu. “Jadi, anak dan istri Pangeran baik-baik saja. Untuk apa Pangeran balas dendam?”Semua menteri di dalam ruangan terdiam membisu. Jika benar seperti itu, Jules memang tidak memiliki kemungkinan untuk meracuni narapidana. Silvia memecahkan suasana tegang. “Kalian semua juga sudah mendengarnya. Aku sangat memahami putraku. Seandainya aku memilih untuk melindunginya, untuk apa aku membiarkannya diselidiki oleh pihak kepolisian? Kalau putraku dan menantuku dipersulit, apa tidak seharusnya aku maju?”“Urusan negara memang adalah urusanku. Tapi, urusan keluargaku juga urusanku. Kalau aku tidak sanggup untuk mengurus keluargaku, apa aku sanggup untuk mengurus urusan negara? Aku menerima banyak tekanan sejak aku duduk di posisi ini. Apa ini yang dinamakan rasa setia kalian? Atau aku mesti menyerahkan posisiku kepada kalian?”“Yang Mulia, kami tidak bermaksud seperti itu ….”“Tidak bermaksud seperti ini? Sudah berapa banya
Pria tua itu mempersilakan Derrick memasuki rumah. Istri dari pria tua itu menyuguhkan segelas teh hangat untuk Derrick. Si pria menyuruh istrinya untuk istirahat dulu, lalu bertanya, “Kira-kira apa yang ingin Tuan tanyakan?”“Begini, beberapa waktu lalu Brayden dibunuh. Aku menerima perintah atasanku untuk menyelidiki alasan kematian Tuan Brayden.”Ketika pria tua itu mendengar masalah kematian Brayden, dia pun terbengong. “Apa? Brayden sudah mati?”Derrick mengangguk. “Aku dengar-dengar sebelumnya kamu pernah menjadi tetangga Brayden. Apa kamu tahu masalah Tuan Brayden, termasuk masalah keluarganya?”Hujan di luar sana semakin deras saja.Setelah beberapa saat kemudian, Derrick berpamitan dengan pria tua itu. Saat dia berjalan ke depan mobilnya, dia menyadari ada yang aneh dengan sekitar, dia segera menghentikan langkahnya.Di tengah hujan, beberapa pria berpakaian hitam mendekati Derrick.Lampu di dalam ruang baca Keluarga Taylor kelihatan menyala. Reyhan berdiri di belakang jendel
Raut wajah Reyhan berubah muram. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Sissae. Wanita itu yang memanfaatkan Sissae. Sissae tidak mungkin melakukan hal yang akan mencelakai keturunan keluarga kerajaan.”“Oh, ya?” Silvia mengangkat cangkir teh. Tatapannya tertuju pada teh yang bening itu. “Kalau begitu, kenapa putraku dianggap sebagai tersangka ketika memeriksa penyebab kematian pengurus rumah itu?”“Yang Mulia, semua yang Pangeran adalah demi balas dendam terhadap istrinya. Pangeran mengutus anggotanya untuk mencari pelaku pembunuhan. Hanya saja, orang itu malah ditemukan dalam kondisi mati mengenaskan. Dalam masalah ini, Pangeran memang patut dicurigai.”“Kalau Jules patut dicurigai, memangnya Nona Sissae tidak patut untuk dicurigai?”Raut wajah Reyhan berubah tegang.Silvia mengangkat kepalanya untuk menatap Reyhan. Setiap ucapan yang dilontarkan sangat jelas. “Tahanan wanita itu memperalat Nona Sissae? Apa mungkin? Apa keuntungan baginya deng
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me