Gilbert menutup pintu. “Ternyata berhubungan dengan soal keuntungan?” Dia memiringkan kepala melihat ke sisi Melia. “Di dunia ini juga tidak ada keuntungan jangka panjang.”Melia tidak berbicara.Gilbert membalikkan tubuhnya melihat ke sisi Melia. “Apa Bu Melia ingin tinggal untuk membantuku membereskan kafeku?”Melia memalingkan kepalanya melihat lantai yang berantakan, termasuk peralatan minum yang belum sempat dibereskan di atas meja bar. Tetiba dia tersenyum. “Apa Tuan Gilbert ingin suruh tamu untuk membantumu membereskan kafe?”Gilbert berjalan kembali ke depan meja. “Sekarang kamu bukan tamu, aku juga bukan bos.”Maksud ucapan Gilbert adalah kafe sudah tidak beroperasional. Tidak ada hubungan bos dan tamu saat ini.Melia membantu Gilbert membereskan peralatan minum di atas meja. Meski biasanya dia selalu dilayani di rumah, tidaklah sulit bagi Melia untuk mencuci gelas-gelas ini.Tetiba Melia melihat Gilbert yang sedang mengelap wastafel. “Orang yang datang tadi panggil kamu denga
Melia menggeser payungnya. “Kamu payungi diri kamu sendiri saja.”Gilbert tersenyum hingga matanya tampak sipit. “Aku tidak masalah.”Setelah memasuki mobil, Melia melihat Gilbert berjalan memasuki bangku pengemudi. “Hujan begini, kamu seharusnya tunggu aku di restoran saja.”Kenapa Gilbert malah datang menjemputnya? Melia sungguh tidak mengerti pemikirannya.“Bukannya aku lagi mentraktirmu?” Gilbert memasang sabuk pengaman. “Aku mesti menunjukkan ketulusan hatiku.”Melia menatapnya dan tidak berbicara.Mereka berdua memasuki restoran masakan rumahan. Restoran ini memang bukan restoran kelas atas, tetapi lingkungannya sangat nyaman dan hening.Pelayan membawa mereka ke lantai dua, lalu menyerahkan menu makanan kepada Melia dengan tersenyum. Melia mengambil menu di tangan, lalu melihat ke sisi Gilbert. “Apa makanan rekomendasinya?”Gilbert menatap ke sisi Melia dengan tersenyum. “Tergantung kamu ingin makan apa.”Setelah direkomendasi pelayan, Melia memesan tiga jenis masakan dan juga s
Melia sungguh syok ketika mendengarnya. Dia sungguh tidak menyangka ternyata Gilbert pernah menjadi mata-mata.Mata-mata adalah sebuah profesi yang sangat berbahaya. Seandainya statusnya terbongkar, nyawanya akan dalam bahaya. Saat pertama kali Melia bertemu dengan Gilbert, dia sangatlah lembut dan sopan. Dia mengira Gilbert hanyalah seorang pemilik kafe biasa saja.Hingga semalam, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Gilbert menghantam kepala si lelaki dengan botol alkohol. Waktu itu dia kelihatan sangat sadis, tidak kelihatan sedikit pun keraguan di wajahnya. Si lelaki menatap Melia dengan tersenyum lugu. “Tadi aku kira kamu itu kekasihnya Kak Gilbert. Soalnya biasa semua tamu yang dibawa Kak Gilbert itu lelaki.”“Nggak ada wanita?”“Haih, sejak kapan dia punya teman wanita?” Si lelaki melambaikan tangannya. Dia juga merasa khawatir dengan diri Gilbert. “Saat dia menjadi mata-mata, dia sendiri saja tidak sanggup melindungi dirinya sendiri, mana mungkin dia sanggup melindungi o
Melia terbengong sejenak. Dia menatap tatapan tajam Gilbert dengan syok.Melia berusaha untuk menarik napas dalam-dalam. “Tuan Gilbert … apa kamu lagi bercanda?”Pernikahan bisnis? Dengannya?Mereka juga baru bertemu beberapa kali. Apa mungkin Melia menikah dengan lelaki yang baru dijumpainya tak sampai setengah bulan?Gilbert menatapnya, lalu berbicara dengan nada tenang, “Setelah menikah nanti, aku tidak akan membatasimu. Kamu boleh melakukan apa pun yang ingin kamu lakukan.”Melia terdiam lama. “Maksudmu, pernikahan secara formalitas?”Gilbert menunduk dan tidak berbicara. Hanya saja, itu sama saja dengan mengiakannya.Melia tidak menjelaskan. “Kenapa aku?”Tatapan Gilbert beralih ke gelas anggur. “Kamu tidak suka diikat oleh pernikahan, sedangkan aku tidak suka hidupku diatur orang lain. Kalau aku mesti memilih, aku merasa kamu adalah pilihan paling tepat.”Melia terdiam.Pernikahan secara formalitas hanya demi memenuhi kebutuhan masing-masing. Hidup mereka tidak akan saling digang
Gerakan tangan Emir yang sedang membuka majalah berhenti. Keningnya tampak berkerut. “Ngapain kamu tanya masalah ini?”Melia mengunyah potongan apel, lalu membalas dengan terus terang, “Gimana kalau aku ingin melakukan pernikahan bisnis dengan anaknya?”Emir terbengong melongo. Dia langsung membuang koran ke atas meja. “Apa kamu gila?”Giselle pun terkejut. Dia tidak mengerti masalah di dunia bisnis. Jadi, dia juga tidak berani ikut campur. Hanya saja, saat mendengar kata “pernikahan bisnis” dari mulut Melia, dia sungguh merasa syok.Melia tahu ayahnya tidak menyukai Suryadi. Pernikahan bisnis ini seharusnya tidak bisa dijalankan.Melia memikirkan ucapan Gilbert. Dia memang tidak ingin menikah. Seandainya suatu hari nanti ayahnya mengatur pernikahan bisnis dengan lelaki asing, lebih baik Melia memilih Gilbert saja.“Ayah, kalau aku melakukan pernikahan bisnis dengannya, dia akan memberiku 5% saham perusahaannya. Apa kamu nggak tergoda?”Raut wajah Emir seketika menjadi bersemangat. “Ka
Suara Gilbert menyadarkan Melia dari bengongnya.Kening Melia tampak berkerut. Dia melangkah ke hadapan Gilbert, lalu melipat kedua tangannya. “Aku nggak sangka kamu akan membohongiku?”“Bohong?” Gerakan tangan Gilbert yang sedang merapikan lengan kemeja terhenti. Tatapannya tertuju pada wajah Melia.Melia mengangkat kepala untuk menatapnya. “Kata ayahku, Pak Suryadi cuma punya satu anak laki-laki saja. Anaknya itu punya gangguan mental. Jadi, kamu ingin bohongi aku?”Gilbert hanya tersenyum dan tidak menjawab.“Apa yang lagi kamu tertawakan?” Melia merasa bingung.Gilbert berjalan ke samping, lalu menuang kopi dengan perlahan. “Aku tidak menipumu.”“Tapi … aku nggak merasa kamu seperti orang yang menderita gangguan jiwa,” gumam Melia dengan suara kecil. Apa ada yang salah?Gilbert memegang cangkir kopi, lalu duduk di atas sofa. Dia pun tersenyum, kemudian berkata dengan perlahan, “Pak Suryadi memang cuma punya satu anak laki-laki saja, tapi semua itu informasi yang didapat di luar san
Suryadi tidak pernah mengunjungi putranya, anehnya dia malah tidak melepaskan hak asuh. Uang yang diberikan ke rumah sakit jiwa setiap tahunnya hampir mencapai 7 digit.Selama di rumah sakit jiwa, Kentley pun akan dilayani dengan sangat bagus. Bagaimanapun, ayahnya adalah Suryadi. Jadi, tidak mungkin pihak rumah sakit akan memperlakukannya dengan buruk. Dia juga tidak mungkin akan hidup menderita. Gangguan mental yang diidap Kentley juga sudah sejak lahir. Terkadang dia juga bisa bersikap normal. Hanya saja, dia tidak bisa dikendalikan ketika penyakitnya sedang kambuh.Apa daya? Kentley pun terpaksa dirawat di rumah sakit jiwa untuk diobati.Javier tersenyum. “Sayang sekali anak yang satu itu.”“Pak Suryadi masih punya anak lain.”“Anak lain?”Roger kepikiran dengan masalah serius ini. “Iya, kata Bu Larissa, Pak Suryadi itu orangnya genit sekali. Saat Bu Larissa sedang hamil, Pak Suryadi memiliki wanita di luar sana. Dia menghidupi wanita itu selama 6 tahun. Wanita itu diam-diam melahi
Roger mengenakan kacamatanya kembali.Izza sekali merasa kacamata yang dikenakan Roger sangat aneh. Dia tidak menyukainya, jadi selalu ingin melepaskannya. Roger menghindar. “Jangan sentuh! Ada Bu Claire di sini.”Izza langsung mengatakan dengan terus terang, “Kamu semakin jelek setelah pakai kacamata.”Kali ini Claire tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia berjalan ke sisi Izza, lalu menepuk-nepuk pundaknya. “Izza, kamu jangan selalu menindas Roger. Nanti karena sering ditindas sama kamu, kepintarannya malah jadi hilang. Bisa jadi dia malah kehilangan mata pencahariannya.”Izza mengangguk. “Iya, aku tahu.”Roger terdiam membisu.Claire dan Izza berjalan meninggalkan gedung Grup Angkasa. Setelah kembali ke mobil, tatapannya tertuju pada Izza yang duduk di bangku pengemudi. “Izza, apa kamu sangat benci sama Roger?”Izza tertegun sejenak. Dia merasa agak bingung. “Nggak, kok.”Claire menopang kening dengan satu tangannya. Dia memandang keluar jendela. “Aku lihat kamu sering banget tindas R