"Bu Claire," panggil Widya yang sepertinya ada urusan. Dia bergegas ke sisi Claire, lalu melanjutkan, "Ada seorang wanita yang datang ke lobi dan bilang ingin mencari Naomi."Mendengar ucapan Widya, Claire tak kuasa bertanya sambil mengernyit, "Masih muda atau sudah tua?"Widya menjawab, "Dia mungkin berusia sekitar 30 sampai 40 tahunan. Auranya sangat berkelas dan berpenampilan dengan merek terkenal. Dia jelas bukan wanita yang berlatar belakang biasa."Claire mampu menebak siapa wanita itu. Dia adalah ibu kandung Naomi. Javier mengatakan bahwa Aditya mundur dari Agensi Majestik karena hubungannya dengan Merry. Mereka pernah berkencan, tetapi hubungan mereka tidak pernah diumumkan. Itu adalah hubungan rahasia yang sangat tersembunyi. Kini, banyak orang yang tidak tahu tentang hal tersebut.Merry melahirkan Naomi untuk Aditya, tetapi hubungan mereka berakhir ketika wanita itu menjalin hubungan dengan Ricky.Aditya membesarkan putrinya sendirian. Dia adalah ayahnya Naomi, tetapi tidak a
Claire tidak berkata apa-apa. Merry bahkan menunggu sampai sore. Ketika Naomi melewati lobi setelah jam pulang kerja, dia baru menyadari bahwa ibunya masih ada di sana. Dia mendengar staf lobi bergosip bahwa wanita itu telah menunggu sepanjang siang. Naomi pun merasa heran.Begitu melihat Naomi, Merry segera berdiri sambil tersenyum. Kakinya mungkin terasa kaku karena duduk terlalu lama. Itu sebabnya, cara dia berjalan agak aneh. Merry memanggil, "Naomi."Naomi mundur dua langkah dan tidak membiarkan dia mendekat. Segera setelah itu, dia bertanya, "Untuk apa kamu datang mencariku?""Aku ...." Merry menyadari bahwa Naomi benar-benar waspada terhadapnya. Namun, masalah ini tidak dapat ditunda lagi. Kalaupun harus tebal muka, Merry tetap akan mendekatinya.Merry meraih tangannya, lalu menjelaskan, "Naomi, aku tahu kamu kesal padaku. Kala itu, aku terpaksa meninggalkanmu."Sementara itu, Naomi menatap tangan ibunya. Tangannya itu terawat dengan baik, bahkan sangat halus. Dia sama sekali ti
Steven sama sekali tidak menjaga harga diri putranya. Dia berkata, "Kalau bukan ibumu yang ingin memukulmu, mana mungkin kamu akan menahan diri?"Javier sontak melirik ke arah ayahnya. Jerry yang memahami perkataan kakeknya pun segera bertanya, "Ayah, apa Nenek pernah memukulmu dulu?"Javier menoleh ke arah Jerry sambil bertanya, "Kamu mau coba dihajar?"Mendengar ini, Jerry langsung terdiam. Claire mendekatinya seraya berkata, "Hebat juga. Sekarang, kamu sudah bisa mengancam putramu, ya?"Javier malah menjawab dengan serius, "Anak laki-laki tidak boleh terlalu dimanja. Kalau memang perlu, dia tetap harus dihajar."Jerry mengeluh dengan kesal, "Kenapa cuma anak laki-laki? Gimana dengan Jessie?"Jessie mengedipkan matanya sambil menjawab, "Aku cukup patuh ...."Mendengar ini, Jerry pun menghela napas seperti orang dewasa sebelum berkata, "Jadi anak laki-laki sangat nggak enak. Kenapa Ibu nggak melahirkanku sebagai anak perempuan saja?"Claire menyendok sup ke dalam mangkuknya, lalu menj
Jessie bertanya dengan bingung, "Hal semacam apa yang termasuk nggak pantas?"Jerry menyahut, "Seperti berpelukan dan berciuman. Ayah sudah bilang, laki-laki nggak boleh berbuat macam-macam terhadap perempuan. Itu hal yang nggak sopan. Ayah juga bilang, setelah adik perempuan tumbuh dewasa, kakak laki-laki nggak boleh asal memeluknya."Mendengar ini, Claire hampir tersedak. Ternyata Javier mengajarkan anak-anak tentang kontak fisik dengan sangat baik.Jessie sepertinya sudah paham. Pantas saja dulu dia masih boleh tidur dengan kakak laki-lakinya, sedangkan sekarang dia harus tidur sendiri. Namun, dia tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Ibu, kalau dia mengelus kepalaku, apa itu termasuk nggak pantas?" tanya Jessie.Claire berdeham, lalu menjawab, "Mengelus kepala masih termasuk hal wajar.""Berarti asalkan nggak berpelukan dan berciuman nggak apa-apa, 'kan?" tanya Jessie memastikan.Claire mengangguk sambil menyentil dahi Jessie perlahan, lalu berkata, "Kamu masih kecil. Ketika usiamu sudah
Merry memang bukan ibu yang baik. Kala itu, dia tega meninggalkan putrinya dan tidak pernah menemuinya lagi. Kini, bisa-bisanya dia malah melupakan harga dirinya dan berlutut di hadapan Aditya demi menyelamatkan putranya."Ayah," panggil Naomi mencoba mencairkan suasana di halaman.Mendengar ini, tangisan Merry sontak berhenti. Dia melihat ke arah Naomi dengan tatapan sendu.Aditya menatap Naomi sambil bertutur, "Naomi, kamu ....""Aku sudah mendengar semuanya." Ekspresi Naomi terlihat tenang. Dia memandang Merry dengan tatapan kosong. Dia melanjutkan, "Aku turuti permintaanmu."Bukan hanya Aditya, tetapi Merry juga terkejut. "Naomi, kamu ...," kata Merry."Aku membantumu demi ayahku." Naomi membalas dengan nada datar, "Selain itu, semua anak kecil nggak berdosa. Aku anggap diriku sedang melakukan perbuatan baik. Setelah hasilnya cocok dan operasinya selesai, aku harap kamu nggak akan mengganggu kehidupan kami lagi."Merry sontak membeku. Pada akhirnya, dia hanya bisa mengiakan.....J
Claire tersenyum sambil menimpali, "Setelah laki-laki menjadi dewasa, mereka akan punya pilihan hidup sendiri."Pintu lift perlahan-lahan terbuka. Claire dan Bianca mengobrol sambil berjalan keluar. Saat ini, mereka melihat Fendra sedang memberikan instruksi kepada karyawan. Karyawan itu mengangguk dan pergi. Dia berpapasan dengan Claire, lalu mengangguk sembari menyapa, "Bu Claire."Ketika melihat Claire dan Bianca, Fendra tertegun sejenak, lalu bergegas menghampiri mereka. Dia memandang Bianca sambil tersenyum dan bertanya, "Kenapa kamu repot-repot datang kemari?"Claire mengangkat alisnya seraya menyahut, "Bibi Bianca datang karena khawatir Paman kelaparan. Dia secara khusus datang membawakan makan siang untukmu."Bianca menyodorkan bekal makan ke tangan suaminya dan berpura-pura mengeluh, "Aku tidak akan mengantarkannya lagi lain kali."Fendra sontak tertawa, lalu berkata, "Oke. Kalau begitu, lain kali aku akan bawa bekal sebelum pergi bekerja."Claire turut merasa sangat bahagia m
"Ya. Guruku bilang, membaca buku bisa menambah pengetahuan," timpal Hiro sambil tersenyum.Naomi menatap Hiro. Anak yang baru berusia 11 tahun ini bahkan masih ingin membaca buku saat sedang dirawat di rumah sakit. Naomi merasa sedikit tidak tega saat melihatnya.Aditya membuka pintu kamar rawat. Dia hanya berdiri di depan pintu dan tidak masuk. Naomi meletakkan bukunya dan berdiri. Dia berjalan ke arah pintu sambil memanggil, "Ayah."Aditya menunduk sembari bertanya, "Apa yang dikatakan dokter?""Dokter memintaku untuk melakukan tes sekali lagi. Dia akan menggunakan metode aspirasi sumsum tulang," jawab Naomi.Raut wajah Aditya tampak muram. Dia menimpali, "Tapi, cara ini sangat menyakitkan. Naomi, jangan lakukan kalau kamu tidak bersedia. Ayah tidak ingin melihatmu kesakitan."Naomi menoleh ke arah dalam sekilas. Sementara itu, Hiro juga sedang menatapnya.....Dua hari kemudian, Jessie berdiri di bawah pohon besar taman bermain. Awalnya dia ingin mengembalikan mainan kepada Hiro, te
Naomi, maaf ...," ujar Merry dengan sendu."Nggak perlu minta maaf. Dengan begini, utang kita satu sama lain sudah lunas," sahut Naomi sambil tersenyum tenang.Dua hari kemudian, Aditya menjemput Naomi yang sudah boleh keluar dari rumah sakit. Begitu pulang, Naomi ingin langsung bekerja, tetapi ayahnya melarang. Akhirnya, Naomi beristirahat satu hari dan baru berangkat ke Perusahaan Soulna keesokan harinya.Dalam perjalanan ke perusahaan, Naomi singgah di suatu kafe untuk membeli segelas kopi. Saat hendak membayar, Naomi baru sadar bahwa dia tidak memiliki uang tunai. Dia berujar dengan malu, "Maaf, aku lupa bawa dompet. Gimana kalau aku tinggalkan pesananku, lalu pulang mengambil dompet?"Kasir kafe itu tersenyum dan menjawab, "Kafe kami menerima pembayaran uang elektronik, misalnya perbankan seluler.""Bayar dengan perbankan seluler?" tanya Naomi dengan heran. Dia tiba-tiba ingat bahwa Candice sepertinya juga membayar belanjaannya dengan ponsel saat mereka mengelilingi mal.Si kasir