Jessie bertanya dengan bingung, "Hal semacam apa yang termasuk nggak pantas?"Jerry menyahut, "Seperti berpelukan dan berciuman. Ayah sudah bilang, laki-laki nggak boleh berbuat macam-macam terhadap perempuan. Itu hal yang nggak sopan. Ayah juga bilang, setelah adik perempuan tumbuh dewasa, kakak laki-laki nggak boleh asal memeluknya."Mendengar ini, Claire hampir tersedak. Ternyata Javier mengajarkan anak-anak tentang kontak fisik dengan sangat baik.Jessie sepertinya sudah paham. Pantas saja dulu dia masih boleh tidur dengan kakak laki-lakinya, sedangkan sekarang dia harus tidur sendiri. Namun, dia tiba-tiba terpikirkan sesuatu. "Ibu, kalau dia mengelus kepalaku, apa itu termasuk nggak pantas?" tanya Jessie.Claire berdeham, lalu menjawab, "Mengelus kepala masih termasuk hal wajar.""Berarti asalkan nggak berpelukan dan berciuman nggak apa-apa, 'kan?" tanya Jessie memastikan.Claire mengangguk sambil menyentil dahi Jessie perlahan, lalu berkata, "Kamu masih kecil. Ketika usiamu sudah
Merry memang bukan ibu yang baik. Kala itu, dia tega meninggalkan putrinya dan tidak pernah menemuinya lagi. Kini, bisa-bisanya dia malah melupakan harga dirinya dan berlutut di hadapan Aditya demi menyelamatkan putranya."Ayah," panggil Naomi mencoba mencairkan suasana di halaman.Mendengar ini, tangisan Merry sontak berhenti. Dia melihat ke arah Naomi dengan tatapan sendu.Aditya menatap Naomi sambil bertutur, "Naomi, kamu ....""Aku sudah mendengar semuanya." Ekspresi Naomi terlihat tenang. Dia memandang Merry dengan tatapan kosong. Dia melanjutkan, "Aku turuti permintaanmu."Bukan hanya Aditya, tetapi Merry juga terkejut. "Naomi, kamu ...," kata Merry."Aku membantumu demi ayahku." Naomi membalas dengan nada datar, "Selain itu, semua anak kecil nggak berdosa. Aku anggap diriku sedang melakukan perbuatan baik. Setelah hasilnya cocok dan operasinya selesai, aku harap kamu nggak akan mengganggu kehidupan kami lagi."Merry sontak membeku. Pada akhirnya, dia hanya bisa mengiakan.....J
Claire tersenyum sambil menimpali, "Setelah laki-laki menjadi dewasa, mereka akan punya pilihan hidup sendiri."Pintu lift perlahan-lahan terbuka. Claire dan Bianca mengobrol sambil berjalan keluar. Saat ini, mereka melihat Fendra sedang memberikan instruksi kepada karyawan. Karyawan itu mengangguk dan pergi. Dia berpapasan dengan Claire, lalu mengangguk sembari menyapa, "Bu Claire."Ketika melihat Claire dan Bianca, Fendra tertegun sejenak, lalu bergegas menghampiri mereka. Dia memandang Bianca sambil tersenyum dan bertanya, "Kenapa kamu repot-repot datang kemari?"Claire mengangkat alisnya seraya menyahut, "Bibi Bianca datang karena khawatir Paman kelaparan. Dia secara khusus datang membawakan makan siang untukmu."Bianca menyodorkan bekal makan ke tangan suaminya dan berpura-pura mengeluh, "Aku tidak akan mengantarkannya lagi lain kali."Fendra sontak tertawa, lalu berkata, "Oke. Kalau begitu, lain kali aku akan bawa bekal sebelum pergi bekerja."Claire turut merasa sangat bahagia m
"Ya. Guruku bilang, membaca buku bisa menambah pengetahuan," timpal Hiro sambil tersenyum.Naomi menatap Hiro. Anak yang baru berusia 11 tahun ini bahkan masih ingin membaca buku saat sedang dirawat di rumah sakit. Naomi merasa sedikit tidak tega saat melihatnya.Aditya membuka pintu kamar rawat. Dia hanya berdiri di depan pintu dan tidak masuk. Naomi meletakkan bukunya dan berdiri. Dia berjalan ke arah pintu sambil memanggil, "Ayah."Aditya menunduk sembari bertanya, "Apa yang dikatakan dokter?""Dokter memintaku untuk melakukan tes sekali lagi. Dia akan menggunakan metode aspirasi sumsum tulang," jawab Naomi.Raut wajah Aditya tampak muram. Dia menimpali, "Tapi, cara ini sangat menyakitkan. Naomi, jangan lakukan kalau kamu tidak bersedia. Ayah tidak ingin melihatmu kesakitan."Naomi menoleh ke arah dalam sekilas. Sementara itu, Hiro juga sedang menatapnya.....Dua hari kemudian, Jessie berdiri di bawah pohon besar taman bermain. Awalnya dia ingin mengembalikan mainan kepada Hiro, te
Naomi, maaf ...," ujar Merry dengan sendu."Nggak perlu minta maaf. Dengan begini, utang kita satu sama lain sudah lunas," sahut Naomi sambil tersenyum tenang.Dua hari kemudian, Aditya menjemput Naomi yang sudah boleh keluar dari rumah sakit. Begitu pulang, Naomi ingin langsung bekerja, tetapi ayahnya melarang. Akhirnya, Naomi beristirahat satu hari dan baru berangkat ke Perusahaan Soulna keesokan harinya.Dalam perjalanan ke perusahaan, Naomi singgah di suatu kafe untuk membeli segelas kopi. Saat hendak membayar, Naomi baru sadar bahwa dia tidak memiliki uang tunai. Dia berujar dengan malu, "Maaf, aku lupa bawa dompet. Gimana kalau aku tinggalkan pesananku, lalu pulang mengambil dompet?"Kasir kafe itu tersenyum dan menjawab, "Kafe kami menerima pembayaran uang elektronik, misalnya perbankan seluler.""Bayar dengan perbankan seluler?" tanya Naomi dengan heran. Dia tiba-tiba ingat bahwa Candice sepertinya juga membayar belanjaannya dengan ponsel saat mereka mengelilingi mal.Si kasir
"Selain mengukir, masih ada teknik pencetakan logam mulia, pemotongan batu permata, penataan ornamen, teknik pengilapan, dan lain sebagainya. Selain itu, kamu juga harus menguasai penggunaan perangkat 3D dan JCAD. Dengan bakatmu, kamu nggak akan susah menguasai semua itu," ujar Claire sambil memakai sarung tangan.Jika kecelakaan saat itu tidak terjadi dan Naomi kehilangan kuota Akademi Musik Royal, dia juga pasti akan mempelajari desain perhiasan. Semua teknik yang dikatakan Claire tadi juga termasuk dalam materi jurusan desain perhiasan.Naomi memandang peralatan di atas meja sambil bertanya, "Apa kamu akan mengajariku secara pribadi?""Aku berencana untuk melatihmu sampai kamu menguasai semua teknik yang diperlukan. Setelah itu, aku baru akan merekrut beberapa desainer baru. Kuharap saat itu kamu sudah bisa kerja mandiri," ujar Claire.Naomi menjawab dengan tegas, "Aku akan belajar dengan baik."....Bulan berikutnya sudah memasuki musim dingin. Claire menghadiri undangan acara peka
"Siapa yang bisa mengenalimu kalau penampilanmu seperti ini?" gerutu Claire dengan kesal. Javier bukan hanya menutupi wajahnya dengan masker, dia juga memakai topi dan pakaian serba hitam. Siapa yang akan menduga bahwa pria berpenampilan misterius ini adalah Javier?Javier memegang dagu Claire dan menatap wajah rupawan itu seraya berkata, "Aku hampir cedera karena tendanganmu."Claire melengos sambil mendengus. Saat Javier mulai mengecup pipi dan lehernya, dia langsung menahan dada pria itu dengan tangan bergetar dan berkata, "Kita masih di koridor, kamu mau jadi tontonan orang?"Javier membalas, "Ayo masuk kamar." Setelah itu, dia langsung menggendong Claire memasuki kamar dan berbaring bersamanya di ranjang. Pandangannya terkunci pada sosok menawan Claire.Claire merasa sedikit malu karena terus ditatap. Dia menjauhkan kepala Javier dan bertanya, "Kenapa menatapku begitu?"Javier tersenyum, lalu mengecup punggung tangan dan ujung jari wanitanya sambil menjawab, "Kamu cantik malam ini
Claire berujar, "Aku baru sadar kalau kamu kadang sangat menyebalkan."Javier membalas dengan tenang, "Aku cuma menunjukkan sisiku ini padamu.""Claire!" panggil Gina yang kebetulan sedang makan bersama tokoh-tokoh terkenal di industri mode.Claire segera menghampiri Gina dan menyapanya sambil tersenyum, "Nenek bangun awal banget.""Aku tidak terbiasa bermalas-malasan di kasur," ujar Gina sambil tersenyum ramah. Dia lantas memperkenalkan Claire pada orang-orang di mejanya. Mereka semua adalah orang-orang berpengaruh di industri mode.Claire menjabat tangan dan menyapa mereka dengan sopan. Di saat yang sama, Javier berdiri dari kursi sambil merapikan jasnya, lalu berjalan menghampiri Claire. Semua orang di industri tentu saja mengenali Javier. Mereka tampak terkejut dengan kehadirannya di sini."Tuan Javier juga di sini rupanya.""Ya, aku menemani istriku ke sini," sahut Javier dengan sopan.Salah seorang wanita di situ berujar, "Ternyata benar kata orang, Tuan Javier sangat menyayangi