Chelsea menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Kamu nggak senang, ya?"Benn tertawa dan menyahut, "Tentu saja aku senang. Kamu ini terlalu pintar atau terlalu bodoh?"Chelsea menelan ludah, lalu tertawa dan berkomentar, "Pria memang susah dibujuk."Benn mengambil jubah mandi di lantai dan memakaikannya ke tubuh Chelsea. Dia menimpali, "Bukan susah dibujuk, kamu yang tidak mau membujukku."Chelsea tidak berbicara. Dia yang lemas memegang ujung meja rias sembari bertanya, "Jadi, aku boleh keluar, nggak?"Benn merapikan jasnya, lalu memandang Chelsea. Untung saja, Benn membawa Chelsea keluar. Mereka pergi menonton drama musikal. Benn menyewa seluruh teater. Di dalam aula yang besar, hanya ada mereka berdua dan pengawal.Chelsea tidak terlalu tertarik dengan drama musikal ini. Saat menonton, Chelsea sudah menguap beberapa kali."Kalau kamu mengantuk, kita pulang saja," ujar Benn yang masih memandang ke arah panggung.Chelsea merasa Benn sengaja membawanya ke tempat ini. Dia berusaha un
Jemima tersentak. Dia tersenyum canggung sambil berkata, "Aku hanya penasaran dengan rupamu."Benn menepis tangan Jemima, lalu menatapnya dengan tajam sembari berujar, "Aku tahu apa yang ingin kamu lakukan pada ibuku."Raut wajah Jemima sontak berubah. Dia segera mengalihkan pandangannya karena tidak ingin Benn menyadari sesuatu. "Benn, kamu sudah salah paham," ucap Jemima. Ketika melihat seseorang datang, Jemima tampak sangat senang. Dia melambaikan tangannya seraya memanggil, "Alisa."Benn menoleh ke arah orang itu. Tubuhnya seolah-olah membeku saat melihat wanita cantik itu berjalan kemari. Dia melepaskan rangkulannya dari Chelsea, lalu bergumam, "Priscila ...."Chelsea menoleh memandang Benn, lalu menatap wanita yang wajahnya sangat cantik dan sempurna itu. Sepertinya wajah wanita itu hasil operasi plastik. Kecantikannya sangat tidak realistis dan semua fitur wajahnya begitu ideal.Ekspresi Jemima sontak muram saat melihat reaksi Benn. Wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Prisc
Pengawal mengangguk seraya membalas, "Nona Priscila meninggal karena kecelakaan mobil. Sejak Nona Priscila pergi, Tuan Benn pun ...." Dia tidak menyelesaikan ucapannya. Namun, Chelsea sudah mengerti apa yang ingin dikatakan pengawal. Benn merasa sangat terpuruk karena cinta pertamanya meninggal. Pantas saja ....Benn begitu terkejut saat melihat wanita yang begitu mirip dengan Priscila. Namun, menurut Chelsea hal ini ada bagusnya. Jika Benn jatuh cinta kepada wanita yang mirip dengan Priscila, Benn pasti bisa melupakan Alisa. Itu berarti Chelsea juga bisa pergi dari sisi Benn, 'kan? Chelsea menunduk. Aneh sekali, kenapa dia tidak merasa bahagia?Ketika pengawal memutar setir, tiba-tiba ada sebuah mobil yang menabrak mereka.Di sisi lain, Benn yang sedang berada di restoran tidak menyentuh makanannya. Sementara itu, Jemima dan Alisa mengobrol dengan gembira. Jemima sesekali memperhatikan Benn dan menyadari bahwa Benn sepertinya sedang tidak fokus. Tubuhnya memang berada di sini, tetapi
"Masih ada 2 beling. Nona, tahan sedikit ya," tutur dokter. Dia meletakkan beling yang berlumuran darah ke atas nampan, lalu terus mencabut beling yang tersisa.Suster yang berdiri di samping menahan Chelsea. Wajah Chelsea tampak pucat, bibirnya bergetar, dan dahinya sudah dibasahi keringat. Setelah beling terakhir dicabut, suster membersihkan lukanya. Kemudian, suster mengoleskan obat bius lagi dan menjahit lukanya.Chelsea memalingkan wajahnya. Rasa sakit saat dijahit memang tidak senyeri saat pencabutan beling. Namun, dia tetap meringis karena merasakan sakit seperti disengat semut merah.Benn masuk ke kamar rawat Chelsea dengan tergesa-gesa. Dia bahkan tidak sempat mengenakan jasnya. Dasinya juga miring. Kemeja putih yang dia kenakan sudah bermandikan keringat dan menjiplak otot-ototnya sampai terlihat jelas.Benn menutupi wajahnya sembari menarik napas dalam-dalam, seolah-olah sedang mengendalikan emosinya. Setelah merasa tenang, dia berjalan ke samping tempat tidur.Ketika suster
Pengawal itu berujar dengan canggung, "Nona Chelsea tidak perlu berterima kasih, sebenarnya ...." Ucapannya terhenti saat melihat sosok Benn di depan pintu. "Tuan Benn?" ujar si pengawal.Chelsea menoleh ke pintu dan berkata, "Eh, kamu sudah bangun?"Benn mengernyit dan membalasnya, "Kamu seharusnya istirahat dengan baik, kenapa malah kelayapan?"Chelsea mengusap bahunya dan berkata, "Lukaku nggak serius, terus kakiku juga nggak apa-apa. Kenapa aku nggak boleh jalan-jalan? Lagian, luka pengawalmu lebih serius, seharusnya dia yang harus banyak istirahat."Benn menarik napas dalam-dalam sebelum berujar lagi, "Terus kenapa kamu datang mengganggunya?"Ucapan Benn membuat Chelsea tertegun sejenak. Kemudian, dia berkata, "Aku cuma ... datang buat mengucapkan terima kasih. Kalau bukan karena keterampilan mengemudinya yang baik, kami berdua mungkin sudah mati.""Tuan Benn," ujar si pengawal sambil melirik Benn. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi sepertinya pembicaraan itu hanya bisa
Yuna menatap Chelsea penuh selidik, seolah-olah ingin melihat apakah Chelsea menyimpan suatu rencana licik.Saat itu, Benn mendorong pintu dan masuk bersama pengawal. Begitu melihat Yuna di sana, dia sontak bertanya dengan ekspresi masam, "Apa yang Ibu lakukan di sini?"Yuna menoleh pada Benn dan menjawab, "Kamu tahu sendiri jawabannya, Benn."Benn berujar sinis, "Jadi, Ibu mengaku kalau ini ulah Ibu?"Yuna membalas dengan nada kesal, "Ibu cuma membantu meratakan jalan untukmu. Kalau kamu tidak mau melepasnya, Ibu akan membuatnya lebih menderita."Chelsea tercengang. Apa maksud ucapan Benn? Apa kejadian kemarin malam bukan hanya kecelakaan? Dia melihat Benn tengah menatapnya tanpa ekspresi. Beberapa saat kemudian, pria itu menghampirinya, lalu membawanya pergi sambil merangkul bahunya."Benn, Ibu akan memberimu satu kesempatan terakhir!" seru Yuna.Langkah Benn terhenti dan cengkeramannya di bahu Chelsea mengencang. Dia menoleh pada ibunya, lalu berkata dengan ekspresi marah, "Ibu coba
Napas Chelsea tersendat saat mendengar suara langkah kaki di luar pintu. Dia menoleh dan melihat beberapa orang membuka pintu. Wanita yang berjalan masuk ternyata adalah Jemima, tunangan Benn.Jemima tersenyum tipis dan berkata, "Maaf, ya. Aku mengundangmu dengan cara ini.""Mengundangku? Ini lebih tepat kalau disebut penculikan," balas Chelsea.Jemima berkata dengan abai, "Memangnya kenapa kalau ini penculikan? Di Negara Hyugana, polisi pun nggak berani macam-macam pada Keluarga Yamin. Kamu pikir polisi bisa membantumu?"Chelsea menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan raut muram, "Apa maumu?"Jemima menghampiri Chelsea dengan tangan disilangkan di dada. Katanya, "Benn itu pria yang kusukai. Aku sudah menyukainya saat dia ... bersama dengan Priscila."Jemima berhenti di samping Chelsea dan melanjutkan, "Aku nggak masalah biarpun Benn nggak mencintaiku karena aku ditakdirkan untuk menikah dengannya. Setelah Priscila mati, hati Benn juga ikut tertutup. Kalaupun dia nggak bisa men
Senyum Jemima langsung surut. Kemudian, dia menyahut, "Apa harus ada cinta dalam pernikahan? Aku sudah puas asalkan bisa menjadi istri Benn. Aku nggak peduli dia mencintaiku atau nggak. Asalkan aku mencintainya, itu sudah cukup. Kami adalah pasangan yang sempurna. Cuma aku yang layak menyandang status sebagai istrinya!"Jemima mendorong Chelsea hingga menabrak dinding. Setelah itu, dia menendang bahunya yang terluka dengan sekuat tenaga. Chelsea meringis menahan sakit. Darah yang merembes dari perbannya telah menodai separuh kerah pakaiannya.Jemima membungkuk dan melempar senyum sinis sambil berujar, "Sakit? Sayang sekali, ini belum ada apa-apanya. Hari ini, aku bakal membuatmu merasakan sakit yang nggak akan pernah terlupakan."Setelah berkata begitu, Jemima mengangkat tangan untuk memanggil empat pria masuk ke dalam. Melihat itu, wajah Chelsea seketika menjadi pucat.Jemima mencengkeram lengan Chelsea dan mendorongnya ke hadapan para pria itu. Dia berujar dengan angkuh, "Benn nggak