Ternyata Chelsea langsung bertindak! Tiba-tiba terdengar bunyi bel. Nelson berjalan ke belakang pintu, lalu bertanya dengan waspada, "Siapa?""Lembaga sosial," sahut orang itu.Begitu Nelson membuka pintu, tiba-tiba dua pria berseragam menerobos masuk dan menahannya di lantai. Sebelum Nelson sempat berbicara, pria berseragam mengeluarkan surat kepolisian dan berujar, "Kamu Nelson, 'kan? Kamu sudah membuat kekacauan di lokasi syuting dan membahayakan keselamatan orang lain hingga terluka. Ikut kami ke kantor untuk menjalani penyelidikan."Nelson sontak tertegun dan langsung dibawa keluar oleh polisi. Ketika menuruni tangga, ada banyak wartawan yang sedang menunggu di depan gedung. Begitu kamera di sorot ke arahnya, Nelson langsung mengangkat tangannya untuk menutupi wajahnya."Nelson, ada yang melaporkan bahwa kamu menukar peralatan syuting dan mengakibatkan Chelsea terluka. Apa itu benar?""Tolong jelaskan apa luka Chelsea ada kaitannya denganmu?"Pikiran Nelson seketika menjadi kacau.
Claire memeluk Javier dari belakang sambil bertanya, "Aku dengar Benn ada di Negara Makronesia, ya?"Javier meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menjawab, "Pria itu tertarik dengan proyek kerja sama antara Grup Esterna dengan Andreas. Dia ke sana untuk mengambil alih."Ketika Claire sedang memikirkan sesuatu, Javier tiba-tiba membaringkannya. Claire sontak terkejut. Dia menghalangi bibir Javier dengan jarinya sembari bertutur, "Kamu sudah makin berani mengabaikan tugasmu, ya. Pikiranmu hanya melakukan hubungan saja."Javier memegang jari istrinya seraya berucap, "Asalkan kamu di sisiku, aku rela menjadi bejat."Claire mengangkat kedua alisnya, lalu meletakkan tangannya di pinggang suaminya. Dia mengingatkan, "Kamu harus menjaga kesehatan ginjalmu."Javier mencium Claire sambil melepaskan kancing bajunya dan menimpali, "Dua puluh tahun lagi, aku masih punya kamu yang akan memasakkan sup bernutrisi. Setelah meminumnya, staminaku pasti masih kuat."Di sisi lain, setelah panggilannya di
Chelsea tertawa sinis dan berkata, "Rela melakukan apa pun untuknya, ya? Kalau gitu, apa kamu bersedia mati untuknya?""Maksudmu?" balas Angie dengan ekspresi kaku.Chelsea meraih pisau buah di meja, lalu turun dari ranjang dan menghampiri Angie. Orang-orang yang melihat keramaian di luar kamar langsung terkejut.Angie mundur beberapa langkah sambil berujar, "Chelsea, kamu sudah gila?"Sambil mengusap gagang pisau, Chelsea berkata, "Bukannya kamu yang bilang kalau kamu rela melakukan apa pun demi suamimu? Kalau gitu, kenapa kamu menghindar?"Angie dan orang-orang lainnya merasa Chelsea sudah gila. Khawatir wanita itu bertindak ekstrem, salah satu orang di sana segera memanggil dokter.Chelsea tersenyum abai dan berujar lagi, "Tenang saja, ini rumah sakit. Biarpun aku menusukmu, kamu nggak akan mati. Ayo buktikan, kamu rela atau nggak terluka demi suamimu."Saat Chelsea mengangkat pisau di tangannya, Angie langsung menjerit ketakutan. Dia buru-buru mendorong Chelsea dan kabur ke depan p
Angie tidak menyangka Benn tega mempermalukannya di depan umum. Dia berujar dengan wajah pucat, "Tuan Benn, gimana kamu bisa ....""Oh, aku ingat siapa kamu. Kamu wanita terkenal dari kelab malam di Negara Hyugana. Kamu mengandalkan para pria kaya untuk pergi ke luar negeri dan hidup mewah. Tapi, setelah kamu terkena penyakit, kamu dicampakkan dan dipecat dari Akademi Musik Royal. Sekarang, saat kamu terdesak, kamu mau menipuku?" sela Benn lagi.Chelsea hampir meledakkan tawanya, tetapi lirikan mata Benn membuatnya menahan diri. Komentar orang-orang di luar makin kejam. Angie merasa telah menggali lubang kematiannya sendiri dengan datang ke sini. Dia terduduk di lantai dengan wajah pucat. Bagaimana Benn bisa mengetahui semua itu? Bagaimana bisa?"Dokter, bawa wanita ini ke departemen ginekologi. Jangan sampai dia menularkan penyakitnya pada pria lain," ujar Benn. Dia mengisyaratkan dua pengawal yang datang bersamanya untuk membawa Angie pergi.Sewaktu kedua pengawal itu mengapitnya, An
Benn tidak ingin mencari masalah. Sementara itu, Chelsea merenung sejenak, lalu mengangguk dan berucap, "Oke." Mana mungkin Chelsea tidak menyetujui kesepakatan yang menguntungkannya seperti ini?Namun, beberapa hari kemudian, Chelsea memang tidak bertemu dengan Benn lagi dan Benn juga tidak mencari Chelsea. Setelah dirawat selama 1 minggu, Chelsea pun keluar dari rumah sakit setelah melepas jahitan lukanya. Shella yang menjemput Chelsea bertanya, "Pacarmu yang kaya itu tidak datang menjemputmu?""Pacar kaya apanya?" sahut Chelsea. Dia memakai kacamata hitam, lalu mengambil tas dan berjalan keluar dari rumah sakit.Shella memayungi Chelsea sembari bertanya lagi, "Apa kamu tidak tahu identitas pacarmu yang kaya itu?"Chelsea membuka pintu mobil, lalu naik ke mobil dan bertanya balik, "Identitas apa?"Shella menjelaskan, "Benn itu anggota Keluarga Tanaka yang kaya raya dari Negara Hyugana. Keluarga mereka termasuk orang terkaya di dunia. Beberapa hari yang lalu, identitas Benn baru terek
Chelsea tersenyum dan berkomentar, "Tapi, dia mundur dari dunia akting terlalu cepat."Saat Boris masih menggeluti dunia akting, Prisca belum debut. Waktu itu, Agensi Majestik masih dipimpin oleh bos lain. Setelah Prisca debut, Boris pun mundur dari dunia akting. Kemudian, ayah Javier mengakuisisi Agensi Majestik. Beberapa petinggi mengikuti bos sebelumnya meninggalkan perusahaan. Hanya Boris yang tetap tinggal di Agensi Majestik.Itulah sebabnya Boris bisa menduduki posisi sekarang ini, dia dipromosikan oleh Steven. Setelah Steven menikah dengan Prisca, dia baru memberikan saham direksi Agensi Majestik kepada Boris. Ini juga alasan Agensi Majestik berada di bawah naungan Grup Angkasa, tetapi direkturnya adalah Boris.Kenneth dan Chelsea berbincang dengan asyik sampai-sampai Chelsea tertawa terbahak-bahak. Benn yang membawa pengawal berjalan masuk ke lokasi syuting. Pengawal membawa 2 kantong barang. Sutradara melihat Benn terlebih dahulu, dia menyapa dengan sopan, "Tuan Benn, kamu sud
Chelsea menyentuh bahu Benn dengan jarinya dan bertanya, "Hei, kamu nggak apa-apa, 'kan?" Pria ini agak aneh. Sepertinya ada orang yang menyinggung Benn sehingga ekspresinya sangat muram.Benn mengamati Chelsea sejenak, lalu tertawa dan berkomentar, "Terkadang aku benar-benar tidak paham, kamu itu memang bodoh atau berpura-pura pintar."Chelsea bertatapan dengan Benn dan ekspresi Chelsea tampak datar. Sebenarnya, Chelsea agak kebingungan.Benn berbalik, lalu melanjutkan, "Kita akhiri saja kesepakatan kita. Aku akan menyuruh orang untuk mengantar kontraknya kepadamu. Nanti kamu jangan lupa koyak kontraknya, aku juga akan mentransfer uangnya kepadamu. Kamu tidak cocok bersandiwara denganku."Malam harinya, di kediaman Keluarga Lukito. Saat makan, Chelsea terlihat tidak fokus. Dia masih tidak mengerti ucapan Benn. Kenapa Benn mengatakan bahwa Chelsea tidak cocok untuk bersandiwara dengannya? Waktu itu, Benn yang mencari Chelsea. Kenapa sekarang Benn malah mengkritik Chelsea? Chelsea belum
Chelsea duduk di tempat tidurnya, lalu mencari nomor telepon Benn. Chelsea merasa tidak rela kalau tidak mendapatkan penjelasan dari Benn. Kemungkinan, Benn hanya mempermainkannya!Chelsea menelepon Benn, tetapi Benn mematikan ponselnya. Chelsea curiga Benn memblokir nomor teleponnya! Tidak pernah ada pria yang mengabaikan Chelsea seperti ini, kecuali Louis dulu. Jadi, Benn berhasil menarik perhatian Chelsea.Di kamar suite hotel. Benn yang baru selesai mandi menyeka rambutnya yang basah dengan handuk. Dia melirik sekilas ponselnya yang diletakkan di atas meja, lalu berjalan ke depan rak untuk mengambil gelas dan sebotol anggur. Kemudian, Benn menuang anggur ke gelasnya.Tiba-tiba, ponsel Benn berdering. Ternyata, itu adalah panggilan telepon dari luar negeri. Benn menjawab panggilan telepon, lalu terdengar suara wanita. "Halo? Tuan Benn, kapan kamu pulang? Aku rindu sama kamu."Benn tidak pernah menyimpan nomor telepon para wanita itu, bahkan dia tidak mengingat nama mereka. Bagaimana
“Oke.” Filbert langsung maju untuk menarik Sissae. Sissae pun menjerit, “Coba saja kalau kamu berani! Jules, kalau kamu berani bersikap seperti ini sama aku, itu berarti kamu mau melawan Keluarga Taylor!”Meski Sissae menjerit, tetap saja tidak ada yang menghiraukannya.Hingga Sissae dibawa keluar gedung perusahaan, dia baru terdiam. Betapa inginnya dia membakar gedung itu. Seumur hidupnya, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Dia pasti tidak akan melepaskan mereka!Sissae berkata dengan galak, “Mengenai Jules, aku punya cara agar kamu bisa menyelamatkannya!”Di sisi lain, di Vila Laguna.Miya sudah selesai mempersiapkan makan malam. Dia mengantar makan malam ke lantai atas. Begitu pintu kamar dibuka, Miya berkata, “Bos, makan malam sudah selesai.”Jessie menatap makan malam yang begitu mewah. Dia mulai merasa mual lagi. Miya menatapnya. “Bagaimana sekarang? Apa kamu masih mual-mual? Padahal aku sudah memasukkan perasan buah lemon.”Jessie bersandar di sofa. “Aku masih saja nggak
Jules menyipitkan matanya sembari memikirkan sesuatu. “Dia pergi bertemu dengan seorang wanita?”Filbert mengusap dagunya. “Aku juga tidak tahu apa yang lagi mereka obrolkan. Mereka kelihatan sangat misterius, tapi pasti bukan hal bagus.”Pintu diketuk. Filbert berdiri, lalu pergi membukakan pintu. Orang yang berada di luar pintu adalah Sissae.Sissae mengabaikan Filbert, lalu memeluk dokumen berjalan ke dalam ruangan. “Yang Mulia.”Sissae menyerahkan dokumen kepada Filbert. Jules tidak mengambilnya. “Keluar setelah letakkan di atas meja.”Setelah meletakkannya, Sissae pun membungkukkan tubuhnya sembari tersenyum. Dia membungkukkan setengah tubuhnya ke sisi Jules. “Apa perlu Yang Mulia bersikap sekejam ini? Waktu itu, aku memang nggak seharusnya mengancammu dengan nama ayahku. Aku bersalah. Aku minta maaf terhadap Yang Mulia.”Filbert yang berdiri di depan pintu pun merinding. Suara manja si wanita membuat seluruh bulu kuduknya berdiri.Jules mengangkat kelopak matanya. Dia tidak berge
Mie itu kelihatan sangat enak, aromanya juga wangi. Lantaran kepikiran Jessie sedang kehilangan selera makan, dia sengaja meletakkan dua lembar lemon di atas mie.Mangkuk diletakkan di hadapan Jessie. “Bos, coba lihat.”Jessie mengendus aroma wangi mie yang bercampur aduk dengan aroma segar buah lemon. Dia pun tidak sabaran segera mencicipinya. Rasa asam lemon berpadu dengan sup yang kental dan gurih. Selera makan Jessie langsung membaik. Tekstur mie juga sangat kenyal, tidak keras sama sekali.Miya melihat Jessie yang tidak berhenti menyantap masakannya. “Gimana? Apa cocok dengan seleramu?”Jessie mengangguk, lalu mengacungkan jempol. “Enak sekali! Sekarang aku nggak merasa mual. Bagaimana kamu bisa melakukannya?”Bahkan, pelayan rumah juga tidak percaya dengan mata mereka.Bagaimanapun, koki yang direkrut adalah koki dari hotel berbintang. Apalagi berhubung Jessie sedang hamil, selera makannya sangat buruk. Biasanya dia selalu memuntahkan semua makanannya.Berbeda dengan sekarang, Je
Pelayan itu mengangkat kepalanya dengan perlahan. “Gimana kalau aku telepon Bu Wika untuk segera kemari?”Jessie tersenyum. “Nggak usah. Aku nggak sanggup untuk memanggilnya kemari.” Usai berbicara, Jessie pergi ke dapur. Miya segera menghalanginya. “Kamu mau ngapain?”“Bikin sarapan sendiri.”“Nggak boleh!” Miya menarik Jessie, lalu menyuruhnya untuk duduk di ruang makan. “Meski nggak ada koki, masih ada aku, kok. Aku pernah menjadi koki di restoran. Tenang saja, meski sudah lama aku nggak memasak, aku jamin rasanya pasti enak!”Kemudian, Miya memasuki dapur dengan lenggak-lenggok.Kedua pelayan khawatir Miya akan mengacaukan dapur. Hanya saja, berhubung ada majikan mereka di sini, mereka juga tidak berani mengatakan apa pun. Mereka berdua saling bertatapan, lalu memberi isyarat mata.Pelayan yang satu lagi segera pergi ke halaman untuk menghubungi Wika. “Bu Wika, kamu cepat kembali. Nyonya sudah bangun dan sangat marah. Kalau sampai Tuan tahu, kami pasti akan dipecat.”Di sisi lain,
“Iya, dia memang cocok untuk menjadi pengurus rumah.” Jessie menunduk. “Tadi ketika Dacia cari aku, dia menghalangi Dacia, nggak izinin Dacia untuk ketemu sama aku. Ketika aku mau Miya tinggal di rumah, dia juga suruh aku minta izin sama kamu. Aku tahu dia itu orang yang kamu rekrut. Wajar kalau dia dengar apa katamu. Tapi, aku merasa aku dipojokkan bagai aku itu orang luar di rumah ini. Aku nggak bisa melakukan keputusan apa pun dengan bebas.”Hati Jules terasa tegang. Dia memangku Jessie, lalu berkata, “Kenapa kamu berpikir sembarangan?” Jules mendekatinya. Napas hangat mengenai pipi Jessie. “Kalau kamu tidak suka, lain kali kamu tidak usah dengar apa katanya. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Tapi, kalau kamu mau keluar rumah, kamu mesti dikawal oleh pengawal.”Usai berbicara, Jules memeluk Jessie. “Aku benar-benar takut kamu bosan di rumah. Jessie, aku tidak berharap kamu tidak senang. Kalau kamu benar-benar merasa tidak senang, aku ….”Jessie menatap Jules. “Apa yang
Jules merangkul pinggang Jessie. “Kelak aku tidak perlu menemani klien lagi. Aku cukup pulang untuk menemani istriku saja.”Jessie terbengong sejenak, lalu mendorong Jules dengan perlahan. “Kenapa kamu malah nggak menemani klien lagi? Kamu itu presdir dari perusahaan. Kalau aku nggak izinin kamu pergi menemani klien, bagaimana pandangan orang lain terhadapku? Nanti orang-orang malah mengatakan aku itu bukan istri yang pengertian.”Kening Jules berkerut. “Siapa yang berani mengatakanmu?”“Siapa juga yang tahu.” Jessie duduk di depan meja makan, lalu mengambil buah plum, dan menggigitnya. “Memang yang asam-asam itu enak.”Jules berjalan ke sisi Jessie. Telapak tangannya menopang di atas meja. Jules membungkukkan tubuhnya untuk melihat Jessie. “Apa emosimu masih belum reda?”Jessie membalas, “Sudah, nggak emosi lagi, kok.”Jules menyuruh pelayan untuk mengantar camilan. “Semua ini kesukaanmu.”Jessie mengangkat kepalanya. “Kamu beli khusus buat aku?”Jules membelai rambut panjang Jessie.
Jessie duduk di bangku panjang taman. Dia juga menyuruh Miya untuk duduk. “Apa kamu nggak merindukan keluargamu?”Miya terbengong sejenak, lalu menunduk. “Aku nggak punya keluarga.”“Maaf, aku nggak tahu.”Miya melambaikan tangannya. “Nggak apa-apa. Kamu nggak usah minta maaf. Aku juga sudah terbiasa. Aku itu anak yatim piatu. Sekarang aku nggak punya kesan apa-apa terhadap orang tuaku. Meski ada yang mengungkitnya, aku juga nggak punya perasaan apa-apa.”Jessie bersandar di bangku. “Sejak aku hamil, aku jarang berhubungan dengan orang di luar sana.”“Kamu hamil?” Miya merasa kaget.Jessie tersenyum. “Nggak kelihatan?”Miya melihat ke sisi perut Jessie. “Ah, sekarang kelihatan. Katanya, hamil itu sangat menderita. Emosi bumil nggak stabil. Tubuh akan menggendut. Tidur juga nggak nyenyak. Bahkan, juga nggak ada selera makan. Tapi, kamu nggak kelihatan gendut, kok.”Jessie tertawa. “Apa benar aku nggak gendut?”Miya menggeleng, lalu berkata, “Mungkin memang ada yang seperti itu. Dulu saa
Jessie terbengong. Tatapannya tertuju pada diri Wika. “Tapi dia itu direkrut langsung sama Kak Jules.”“Tadi dia menghalangiku, nggak izinkan aku untuk bertemu sama kamu. Apa kamu nggak merasa ada yang aneh? Sesuai logika, meskipun kedatangan tamu, seharusnya dia melapor ke kamu. Tapi, dia bahkan nggak melapor, langsung yakin kamu nggak bersedia untuk bertemu sama aku. Aku merasa ada masalah dengan wanita ini.”Indra keenam seorang wanita tidak boleh disepelekan. Apa seorang pengurus rumah memiliki kekuasaan di atas nyonya rumah? Dacia juga tidak percaya Jules akan memberinya kekuasaan itu.Jessie menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Dacia duduk tegak sembari menarik tangan Jessie. “Sudahlah, kebetulan dia lagi cari pekerjaan. Aku juga lagi nggak kekurangan orang. Jadi, aku suruh dia untuk mencarimu. Tenang saja, percaya sama pandanganku.”Tentu saja Jessie percaya dengan Dacia. Dia mengangguk. “Oke, biarkan dia tinggal di sini.”Dacia berjalan ke sisi Miya. “Mulai sekarang kamu bek
Dacia meletakkan surat, lalu mengangkat kepala untuk melihat Miya yang sudah mengembalikan warna rambutnya menjadi hitam. “Warna rambut ini lebih cocok sama kamu.”Miya berkata dengan tersenyum, “Aku sudah melakukannya sesuai dengan perintahmu. Sekarang rambutku jadi hitam kembali.”“Apa operasi adikmu sudah dijadwalkan?”Miya mengangguk dengan tersenyum. “Semuanya sudah dijadwalkan. Beberapa hari kemudian, operasi akan dijalankan. Kami nggak usah menunggu lama lagi.”Dacia berdiri berjalan ke sisi Miya. Dia meletakkan tangan di atas pundak Miya. “Aku bawa kamu untuk mengikuti wawancara.”Miya mengikuti di belakang Dacia. Dia tidak berhenti bertanya, “Apa pekerjaanku? Di mana wawancaranya? Apa sulit?”Langkah kaki Dacia berhenti di depan mobil. Dia membuka pintu mobil, mempersilakan Miya untuk ke dalam duluan. “Kamu akan tahu sendiri.”“Oh.” Miya memasuki mobil dengan patuhnya.Tidak lama kemudian, mobil telah tiba di Vila Laguna.Miya bersandar di atas jendela mobil. Dia menatap halam