Notifikasi pesan masuk terdengar dari telepon genggam Nuni. Wanita paruh baya itu bangkit dari sofa untuk mengambil telepon genggamnya yang sedang di isi daya di atas nakas. Dia tersenyum kala pesan masuk itu ternyata dari sahabatnya, Aisyah. Dengan segera, Nuni membuka pesan itu. Dan betapa terkejutnya dia kala melihat foto yang Aisyah kirim kepadanya.
“Apa aku tidak salah lihat? apa benar foto yang Aisyah kirimkan ini?” Nuni bergumam dengan nada rendah namun masih terdengar jelas oleh suaminya.
“Ada apa, Bu?” tanya Arief mengernyitkan keningnya.
“Pak, coba kamu kemari!” panggil Nuni dengan melambaikan tangannya ke arah suaminya.
Arief kemudian mendekati istrinya dan melihat apa yang ada di layar telepon genggam Nuni. Arief pun sama terkejutnya dengan Nuni. Dia bahkan sampai berulang kali menatap foto seorang gadis yang ada di layar telepon genggam Nuni.
“Jadi, Lasmini anak kandung Aisyah yang hilang dari
Ario tiba di rumahnya pukul setengah sebelas malam. Dia melihat kalau saat ini rumahnya tampak sepi. Penghuni rumah lainnya pasti sudah terlelap dan sudah masuk ke alam mimpi. Ario melongok ke kamar Lasmini. Dia melihat kalau wanita pujaan hatinya itu sudah tidur sambil memeluk Bima, anaknya.Ario menutup pintu itu kembali dan berjalan ke arah kamarnya yang ada di seberang kamar yang di tempati oleh Lasmini. Namun langkahnya terhenti kala dia berpapasan dengan Sulastri yang baru saja mengambil air minum di dapur.“Ibu belum tidur?” sapanya ramah pada wanita paruh baya itu.“Belum Nak. Ibu haus, ini barusan ambil air minum di dapur.” Sulastri tersenyum dan memperlihatkan segelas air mineral kepada Ario. “Nak Ario baru pulang?”“Iya, Bu. Kerjaan banyak hari ini. Dan tadi juga mampir sebentar ke rumah orangtua saya dulu sebelum pulang, karena ada perlu.” Tiba-tiba terbersit di pikiran Ario untuk menanyakan peri
“Bu.” Tiba-tiba suara Lasmini terdengar lirih memanggil Sulastri. Wanita itu berjalan mendekat ke arah sofa. Dia kemudian berlutut di hadapan Sulastri sambil menangis. “Terima kasih, Ibu telah merawat saya dengan baik selama ini. Ibu telah banyak berkorban untuk saya. Terlebih lagi saat saya hamil tanpa adanya suami. Ibu dengan setia menemani saya dan justru Ibu melindungi saya dari hujatan orang, karena saya hamil di luar nikah. Padahal bisa saja Ibu mengusir saya karena sudah membuat Ibu malu. Ibu bisa saja membenci saya, karena saya bukan anak Ibu. Tapi yang Ibu lakukan justru sebaliknya. Ibu telah pasang badan untuk melindungi saya.” Lasmini menangis tersedu-sedu di pangkuan Sulastri.“Mini, walaupun kamu bukan anak kandung saya, tapi saya sangat mencintai kamu. Saya merawat kamu dari kamu masih bayi. Kehadiran kamu di tengah keluarga kami memberikan kebahagiaan. Di hati saya, kamu adalah anak kandung saya walaupun bukan saya yang melahirkan
Ario melirik ke arah Lasmini yang saat ini terlihat tegang. Dia menggenggam tangan calon istrinya itu dengan sebelah tangannya, berusaha untuk memberikan ketenangan.“Tenang ya, sayang.” Ario mempererat genggaman tangannya saat mendekati teras rumah Aisyah. “Aku nanti turun terlebih dahulu. Lalu kamu dan Bu Sulastri menyusul segera.”“Iya, Mas,” sahut Lasmini pelan.Ario menghentikan mobilnya di halaman rumah Aisyah, tepatnya di pinggir kolam ikan yang ada di sana. Bertepatan mobil Ario yang berhenti di sana, Aisyah sedang menerima telepon dari seseorang sehingga dia tidak memperhatikan kedatangan Ario, yang sudah keluar dari mobilnya dan berdiri di teras rumahnya.Cukup lama Ario berdiri di teras rumah Aisyah dengan Lasmini ada di balik punggung pria itu sambil menggendong Bima. Ario berniat akan memberi kejutan untuk Aisyah yang tentunya akan sangat bahagia bahwa hari ini dia bertemu dengan putrinya yang selama ini di
Aisyah mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Bima yang ada di gendongan Ario sepertinya ingin berada di pelukan eyangnya yang masih terlihat cantik. Tangan mungil itu terulur ke arah Aisyah. Sementara mulut mungilnya berusaha untuk memanggil Aisyah. Bima berusaha mendapatkan perhatian dari eyang cantiknya itu. “Yang...Yang,” panggil bocah berusia dua tahun itu. “Apa, sayang. Kamu juga ingin dipeluk seperti Ibu dan Nenekmu, ya?” tanya Aisyah. Dia kemudian langsung mengambil alih tubuh Bima dari gendongan Ario. “Ayo kita masuk ke dalam. Kita ngobrol di dalam saja.” Dengan langkah anggun, Aisyah masuk ke dalam rumahnya dengan Bima yang merasa nyaman di dalam pelukan eyangnya. Lasmini menatap rumah ibunya yang tampak nyaman. Rumah Aisyah memang tidak sebesar rumah Ario. Namun rumah itu terlihat indah dan rapi serta terasa sejuk dipandang mata, apalagi dengan taman asri yang terhampar luas di depan dan di belakang rumah. Asisten rumah tangga Aisyah menghid
Ario dengan berat hati merelakan Lasmini dan Bima tinggal untuk sementara di rumah Aisyah sampai mereka resmi menikah. Dan mulai saat ini Ario harus bolak-balik ke rumah Aisyah untuk melepaskan rindunya kepada calon istri yang sangat dicintainya dan juga buah hati tercinta. Pagi ini, saat dia mampir ke rumah Aisyah sebelum berangkat ke kantor, ucapan Aisyah sangat di luar dugaannya.“Ario, kamu bisa tidak mengurus perubahan nama Lasmini sebelum kalian menikah?” tanya Aisyah tiba-tiba saat dia minum kopi buatan Lasmini.“Maksud Bunda, saya harus merubah nama Lasmini? kenapa kok dirubah? apa ada yang salah?” tanya Ario mengernyitkan keningnya. Dia bingung dengan keinginan calon mertuanya itu.“Iya, nama Lasmini aslinya pemberian aku dan suamiku adalah Andini Muliawati Suseno. Nah karena anakku diculik sewaktu bayi, akhirnya nama itu berubah menjadi Lasmini Prasetyo. Aku mau nama Lasmini dirubah menjadi Andini Lasmini Suseno. Jadi adil
“Bu, aku mau tanya tentang Pak Wahyu.” Lasmini duduk di tepi tempat tidur ibunya. Dia menatap Aisyah yang sedang mengaplikasikan krim malam di wajahnya.“Mau tanya apa?” tanya Aisyah tersenyum menatap anaknya.“Menurut Pak Wahyu kalau dia dulu juga teman kuliah Ayah dan Ibu, betul itu, Bu?” tanya Lasmini lagi.“Huum. Betul sekali. Dia dulu sudah menyatakan cinta sama Ibu tapi rupanya dia kalah cepat sama Ayahmu. Sehingga dia sedikit patah hati.” Aisyah mencolek hidung mancung anaknya dengan lembut.“Lalu dia membujang selama ini?” tanya Lasmini semakin penasaran dengan kisah cinta segitiga orangtuanya.“Tentu tidak. Dia akhirnya menerima tawaran perjodohan orangtuanya. Seperti Ario, gitu. Menikah tanpa cinta dan pasrah sama keputusan orangtuanya. Cuma Wahyu berusaha untuk mencintai istrinya. Dan akhirnya dia bisa juga mencintai istrinya dan memiliki dua orang anak. Lalu istrinya itu
Lasmini menatap layar telepon genggamnya sebelum dia mengangkat panggilan telepon dari Ario.“Halo, Mas,” sapa Lasmini di telepon.“Mini, buka pintu gerbangnya. Aku mau masuk. Aku mau menginap di sini. Aku rindu sama kamu dan Bima.” Ario berkata serius di seberang sana.“Apa kamu ada di depan pintu gerbang?” tanya Lasmini memastikan calon suaminya itu sudah ada di depan pintu gerbang rumah ibunya. Namun tidak lama senyuman manis terbit dari bibir Lasmini.“Iya, cepat buka!” seru Ario dengan nada tidak sabar di seberang sana.“Sebentar aku tanya ibu dulu.” Lasmini berjalan ke arah Aisyah yang melanjutkan kembali aktivitasnya mengaplikasikan krim malam di wajahnya. Lasmini sempat mendengar Ario yang berdecak di seberang sana.“Bu, Mas Ario ternyata ada di pintu gerbang. Dia mau menginap di sini. Katanya dia kangen sama Bima,” ucap Lasmini. Dia sensor kata-kata Ario yang me
Ario tersenyum geli menatap Aisyah yang membelalakkan matanya kala mendengar ucapan yang baru saja dia lontarkan.“Maksud kamu apa, Ar?” tanya Aisyah dengan matanya yang membulat.“Iya kan Bunda tadi bilang, jangan berdua saja nanti yang ketiga setan. Nah kalau aku dan Lasmini ada di kamar untuk memindahkan Bima, itu artinya kita bertiga kan, Bun. Kalau aku tidak oleh berdua dengan Lasmini karena takut yang ketiga setan, berarti sama saja kalau Bunda mengatakan Bima itu setan.” Ario terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Sedangkan Aisyah memutar bolanya malas. Dan Lasmini hanya bisa tertawa geli sambil memegang perutnya.“Ya sudah terserah, kalau mau berdua di dalam kamar. Tapi jangan lama-lama. Lasmini, kamu cepat pindahkan Bima, ya. Ibu tunggu di kamar. Kalau sampai lima belas menit belum sampai kamar, akan ibu susul. Kalian jangan membuat adiknya Bima dulu. Kalian belum menikah.” Setelah itu Aisyah langsung berjalan menuju k