Ario melirik ke arah Lasmini yang saat ini terlihat tegang. Dia menggenggam tangan calon istrinya itu dengan sebelah tangannya, berusaha untuk memberikan ketenangan.
“Tenang ya, sayang.” Ario mempererat genggaman tangannya saat mendekati teras rumah Aisyah. “Aku nanti turun terlebih dahulu. Lalu kamu dan Bu Sulastri menyusul segera.”
“Iya, Mas,” sahut Lasmini pelan.
Ario menghentikan mobilnya di halaman rumah Aisyah, tepatnya di pinggir kolam ikan yang ada di sana. Bertepatan mobil Ario yang berhenti di sana, Aisyah sedang menerima telepon dari seseorang sehingga dia tidak memperhatikan kedatangan Ario, yang sudah keluar dari mobilnya dan berdiri di teras rumahnya.
Cukup lama Ario berdiri di teras rumah Aisyah dengan Lasmini ada di balik punggung pria itu sambil menggendong Bima. Ario berniat akan memberi kejutan untuk Aisyah yang tentunya akan sangat bahagia bahwa hari ini dia bertemu dengan putrinya yang selama ini di
Aisyah mengajak mereka masuk ke dalam rumah. Bima yang ada di gendongan Ario sepertinya ingin berada di pelukan eyangnya yang masih terlihat cantik. Tangan mungil itu terulur ke arah Aisyah. Sementara mulut mungilnya berusaha untuk memanggil Aisyah. Bima berusaha mendapatkan perhatian dari eyang cantiknya itu. “Yang...Yang,” panggil bocah berusia dua tahun itu. “Apa, sayang. Kamu juga ingin dipeluk seperti Ibu dan Nenekmu, ya?” tanya Aisyah. Dia kemudian langsung mengambil alih tubuh Bima dari gendongan Ario. “Ayo kita masuk ke dalam. Kita ngobrol di dalam saja.” Dengan langkah anggun, Aisyah masuk ke dalam rumahnya dengan Bima yang merasa nyaman di dalam pelukan eyangnya. Lasmini menatap rumah ibunya yang tampak nyaman. Rumah Aisyah memang tidak sebesar rumah Ario. Namun rumah itu terlihat indah dan rapi serta terasa sejuk dipandang mata, apalagi dengan taman asri yang terhampar luas di depan dan di belakang rumah. Asisten rumah tangga Aisyah menghid
Ario dengan berat hati merelakan Lasmini dan Bima tinggal untuk sementara di rumah Aisyah sampai mereka resmi menikah. Dan mulai saat ini Ario harus bolak-balik ke rumah Aisyah untuk melepaskan rindunya kepada calon istri yang sangat dicintainya dan juga buah hati tercinta. Pagi ini, saat dia mampir ke rumah Aisyah sebelum berangkat ke kantor, ucapan Aisyah sangat di luar dugaannya.“Ario, kamu bisa tidak mengurus perubahan nama Lasmini sebelum kalian menikah?” tanya Aisyah tiba-tiba saat dia minum kopi buatan Lasmini.“Maksud Bunda, saya harus merubah nama Lasmini? kenapa kok dirubah? apa ada yang salah?” tanya Ario mengernyitkan keningnya. Dia bingung dengan keinginan calon mertuanya itu.“Iya, nama Lasmini aslinya pemberian aku dan suamiku adalah Andini Muliawati Suseno. Nah karena anakku diculik sewaktu bayi, akhirnya nama itu berubah menjadi Lasmini Prasetyo. Aku mau nama Lasmini dirubah menjadi Andini Lasmini Suseno. Jadi adil
“Bu, aku mau tanya tentang Pak Wahyu.” Lasmini duduk di tepi tempat tidur ibunya. Dia menatap Aisyah yang sedang mengaplikasikan krim malam di wajahnya.“Mau tanya apa?” tanya Aisyah tersenyum menatap anaknya.“Menurut Pak Wahyu kalau dia dulu juga teman kuliah Ayah dan Ibu, betul itu, Bu?” tanya Lasmini lagi.“Huum. Betul sekali. Dia dulu sudah menyatakan cinta sama Ibu tapi rupanya dia kalah cepat sama Ayahmu. Sehingga dia sedikit patah hati.” Aisyah mencolek hidung mancung anaknya dengan lembut.“Lalu dia membujang selama ini?” tanya Lasmini semakin penasaran dengan kisah cinta segitiga orangtuanya.“Tentu tidak. Dia akhirnya menerima tawaran perjodohan orangtuanya. Seperti Ario, gitu. Menikah tanpa cinta dan pasrah sama keputusan orangtuanya. Cuma Wahyu berusaha untuk mencintai istrinya. Dan akhirnya dia bisa juga mencintai istrinya dan memiliki dua orang anak. Lalu istrinya itu
Lasmini menatap layar telepon genggamnya sebelum dia mengangkat panggilan telepon dari Ario.“Halo, Mas,” sapa Lasmini di telepon.“Mini, buka pintu gerbangnya. Aku mau masuk. Aku mau menginap di sini. Aku rindu sama kamu dan Bima.” Ario berkata serius di seberang sana.“Apa kamu ada di depan pintu gerbang?” tanya Lasmini memastikan calon suaminya itu sudah ada di depan pintu gerbang rumah ibunya. Namun tidak lama senyuman manis terbit dari bibir Lasmini.“Iya, cepat buka!” seru Ario dengan nada tidak sabar di seberang sana.“Sebentar aku tanya ibu dulu.” Lasmini berjalan ke arah Aisyah yang melanjutkan kembali aktivitasnya mengaplikasikan krim malam di wajahnya. Lasmini sempat mendengar Ario yang berdecak di seberang sana.“Bu, Mas Ario ternyata ada di pintu gerbang. Dia mau menginap di sini. Katanya dia kangen sama Bima,” ucap Lasmini. Dia sensor kata-kata Ario yang me
Ario tersenyum geli menatap Aisyah yang membelalakkan matanya kala mendengar ucapan yang baru saja dia lontarkan.“Maksud kamu apa, Ar?” tanya Aisyah dengan matanya yang membulat.“Iya kan Bunda tadi bilang, jangan berdua saja nanti yang ketiga setan. Nah kalau aku dan Lasmini ada di kamar untuk memindahkan Bima, itu artinya kita bertiga kan, Bun. Kalau aku tidak oleh berdua dengan Lasmini karena takut yang ketiga setan, berarti sama saja kalau Bunda mengatakan Bima itu setan.” Ario terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Sedangkan Aisyah memutar bolanya malas. Dan Lasmini hanya bisa tertawa geli sambil memegang perutnya.“Ya sudah terserah, kalau mau berdua di dalam kamar. Tapi jangan lama-lama. Lasmini, kamu cepat pindahkan Bima, ya. Ibu tunggu di kamar. Kalau sampai lima belas menit belum sampai kamar, akan ibu susul. Kalian jangan membuat adiknya Bima dulu. Kalian belum menikah.” Setelah itu Aisyah langsung berjalan menuju k
Lima bulan kemudianLasmini melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis yang disewa oleh ibunya. Aisyah menatap takjub wajah putrinya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Lasmini semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Lasmini berbalut kebaya putih gading dan kain batik yang menyempurnakan penampilan Lasmini pada hari bahagianya saat ini.“Anak Ibu cantik sekali, selamat ya, Mini. Sebentar lagi kamu sudah menjadi istri orang. Ibu ikut bahagia. Semoga kebahagiaan selalu menyertai kamu dan Ario. Rumah tangga kalian bahagia untuk selamanya. Aamiin.” Aisyah kemudian memeluk putri semata wayangnya erat seolah dia tidak mau berpisah dengan Lasmini, namun semua harus dia ikhlaskan karena setelah menikah anaknya akan ikut tinggal bersama dengan suaminya.“Terima kasih atas doanya, Bu. Aku juga berharap Ibu sehat dan bahagia selalu,” sahut Lasmini. Dia kemud
"Jadi kamu tidak mau honeymoon ke luar negeri?" tanya Ario lagi.“Nanti saja jalan-jalan ke luar negeri-nya kalau Bima sudah di atas tiga tahun, Mas," jawab Lasmini yakin."Ya sudah berarti di Indonesia saja ya, terus kamu maunya kemana?" tanya Ario."Ke Bali saja, ya," jawab Lasmini.“Ok, kita jalan besok,” sahut Ario yang diangguki oleh Lasmini.***Kini Ario beserta keluarga kecilnya dan tak lupa Asih, sang baby sitter yang akan membantu Lasmini menjaga Bima, sudah tiba di Denpasar. Mereka dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap selama satu minggu. Dody sebelumnya sudah pesan dua kamar di hotel berbintang lima yang ada di Denpasar.Sesampainya di kamar hotel, Lasmini merebahkan Bima di tempat tidur kecil yang Dody pesankan sebelumnya, kemudian dia merebahkan dirinya di kasur. Ario yang melihat istrinya merebahkan diri dikasur segera berpartisipasi disana.Tangannya mulai bergerilya di tubuh Las
Lasmini menoleh ke belakang saat dia merasakan sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Dia tersenyum kala suaminya mencium pipinya lembut.“Kita rencananya mau jalan-jalan kemana, Mas?” tanya Lasmini menjauhkan kepalanya dari wajah Ario, agar dia dapat melihat dengan jelas wajah tampan suaminya.“Destinasi wisata pertama yang akan kita kunjungi adalah ke tanah lot di sore hari. Kita akan menyaksikan keindahan pemandangan matahari tenggelam dengan siluet pura tanah lot.” Ario semakin mempererat pelukannya di pinggang Lasmini.“Ya sudah berarti sekarang kita jalan-jalan di sekitar hotel sini saja ya, Mas. Sore-nya kita jalan ke tanah lot,” ucap Lasmini manja.Ario menganggukkan kepalanya dan mendekatkan bibir di ceruk leher Lasmini yang sudah resmi menjadi istrinya. Namun tiba-tiba saja tangan Bima menghalau wajah Ario. Bocah berusia dua tahun itu menatap tajam ayahnya. Tangan mungilnya kemu