Ario tersenyum geli menatap Aisyah yang membelalakkan matanya kala mendengar ucapan yang baru saja dia lontarkan.
“Maksud kamu apa, Ar?” tanya Aisyah dengan matanya yang membulat.
“Iya kan Bunda tadi bilang, jangan berdua saja nanti yang ketiga setan. Nah kalau aku dan Lasmini ada di kamar untuk memindahkan Bima, itu artinya kita bertiga kan, Bun. Kalau aku tidak oleh berdua dengan Lasmini karena takut yang ketiga setan, berarti sama saja kalau Bunda mengatakan Bima itu setan.” Ario terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Sedangkan Aisyah memutar bolanya malas. Dan Lasmini hanya bisa tertawa geli sambil memegang perutnya.
“Ya sudah terserah, kalau mau berdua di dalam kamar. Tapi jangan lama-lama. Lasmini, kamu cepat pindahkan Bima, ya. Ibu tunggu di kamar. Kalau sampai lima belas menit belum sampai kamar, akan ibu susul. Kalian jangan membuat adiknya Bima dulu. Kalian belum menikah.” Setelah itu Aisyah langsung berjalan menuju k
Lima bulan kemudianLasmini melihat tampilan dirinya di cermin saat dia sudah selesai dirias oleh seorang make-up artis yang disewa oleh ibunya. Aisyah menatap takjub wajah putrinya yang kini tampil memukau. Wajah cantik Lasmini semakin cantik dengan riasan sempurna dari make-up artis tersebut. Tubuh ramping Lasmini berbalut kebaya putih gading dan kain batik yang menyempurnakan penampilan Lasmini pada hari bahagianya saat ini.“Anak Ibu cantik sekali, selamat ya, Mini. Sebentar lagi kamu sudah menjadi istri orang. Ibu ikut bahagia. Semoga kebahagiaan selalu menyertai kamu dan Ario. Rumah tangga kalian bahagia untuk selamanya. Aamiin.” Aisyah kemudian memeluk putri semata wayangnya erat seolah dia tidak mau berpisah dengan Lasmini, namun semua harus dia ikhlaskan karena setelah menikah anaknya akan ikut tinggal bersama dengan suaminya.“Terima kasih atas doanya, Bu. Aku juga berharap Ibu sehat dan bahagia selalu,” sahut Lasmini. Dia kemud
"Jadi kamu tidak mau honeymoon ke luar negeri?" tanya Ario lagi.“Nanti saja jalan-jalan ke luar negeri-nya kalau Bima sudah di atas tiga tahun, Mas," jawab Lasmini yakin."Ya sudah berarti di Indonesia saja ya, terus kamu maunya kemana?" tanya Ario."Ke Bali saja, ya," jawab Lasmini.“Ok, kita jalan besok,” sahut Ario yang diangguki oleh Lasmini.***Kini Ario beserta keluarga kecilnya dan tak lupa Asih, sang baby sitter yang akan membantu Lasmini menjaga Bima, sudah tiba di Denpasar. Mereka dalam perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap selama satu minggu. Dody sebelumnya sudah pesan dua kamar di hotel berbintang lima yang ada di Denpasar.Sesampainya di kamar hotel, Lasmini merebahkan Bima di tempat tidur kecil yang Dody pesankan sebelumnya, kemudian dia merebahkan dirinya di kasur. Ario yang melihat istrinya merebahkan diri dikasur segera berpartisipasi disana.Tangannya mulai bergerilya di tubuh Las
Lasmini menoleh ke belakang saat dia merasakan sepasang lengan kekar memeluk pinggangnya dari belakang. Dia tersenyum kala suaminya mencium pipinya lembut.“Kita rencananya mau jalan-jalan kemana, Mas?” tanya Lasmini menjauhkan kepalanya dari wajah Ario, agar dia dapat melihat dengan jelas wajah tampan suaminya.“Destinasi wisata pertama yang akan kita kunjungi adalah ke tanah lot di sore hari. Kita akan menyaksikan keindahan pemandangan matahari tenggelam dengan siluet pura tanah lot.” Ario semakin mempererat pelukannya di pinggang Lasmini.“Ya sudah berarti sekarang kita jalan-jalan di sekitar hotel sini saja ya, Mas. Sore-nya kita jalan ke tanah lot,” ucap Lasmini manja.Ario menganggukkan kepalanya dan mendekatkan bibir di ceruk leher Lasmini yang sudah resmi menjadi istrinya. Namun tiba-tiba saja tangan Bima menghalau wajah Ario. Bocah berusia dua tahun itu menatap tajam ayahnya. Tangan mungilnya kemu
Malam ini Lasmini dan Ario tengah berada di ruang tengah villa. Mereka sedang asyik bermesraan di sana sambil menonton TV. Mereka manfaatkan waktu berduaan setelah Bima tertidur pulas di kamar.Lasmini mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Aisyah, ibunya. Dia kemudian menceritakan kunjungan wisatanya di pulau dewata yang sangat menyenangkan. Aisyah tak lupa menanyakan tentang keadaan cucu semata wayangnya, Bima.“Mini, bagaimana kabar cucuku? apa dia rewel?” tanya Aisyah di seberang sana.“Rewel sih tidak, Bu. Hanya saja dia sepertinya sengaja tidak membiarkan aku dan Mas Ario berduaan. Dia selalu berada di antara kami kalau kami sedang bermesraan.” Lasmini terkekeh menceritakan ulah anaknya. Sementara itu Aisyah tertawa geli di seberang sana. Begitu juga dengan Ario yang tertawa mendengarkan Lasmini, yang sepertinya tengah mengadukan ulah anaknya pada Aisyah. Sedangkan yang menjadi topik pembicaraan telah tertidur pulas di kama
“Bayu, tolong jangan ganggu istriku. Lakukan apa yang kamu mau tapi jangan kamu sentuh dia. Tolong Bayu.” Ario berkata lirih mencoba agar Bayu merubah niatnya dan bersedia melepaskan Lasmini.“Hahaha, ternyata nyali anda cuma segitu saja. Kemana nyali anda sewaktu di kantor dulu?” Bayu kemudian berjalan ke arah Ario dan meraih kerah kaos polo Ario dan melayangkan pukulan yang cukup keras ke wajah dan tubuh Ario secara bergantian.“Mass...” Lasmini menjerit melihat suaminya tersungkur tak berdaya dengan wajah yang mulai mengeluarkan darah. “Tolong hentikan Bayu. Jangan pukuli suamiku.”Bayu tidak mendengarkan kata-kata Lasmini. Dia terus memukul wajah dan tubuh Ario yang tidak bisa melawan karena tubuhnya terikat. Ario pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Bayu. Dia membiarkan Bayu melampiaskan amarahnya, asalkan istrinya tidak diganggu.“Bagaimana rasanya, Bapak Ario yang terhormat? merasa menjad
Ario segera dibawa ke rumah sakit oleh pria yang tadi menolong mereka. Luka Ario cukup parah, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama bagi petugas medis untuk mengobati luka di wajahnya. Dokter juga menjahit bibir Ario yang robek, karena pukulan yang dilancarkan oleh Bayu. Pria yang mengantar Ario juga meminta agar petugas medis melakukan visum bagi luka Ario. Hal itu diperlukan sebagai bukti atas kekerasan yang dilakukan bayu terhadap pasangan suami istri itu.Setelah urusan di rumah sakit selesai, pria itu mengantar Ario dan Lasmini kembali ke villa. Ario tertidur di bahu Lasmini sepanjang perjalanan. Sementara Lasmini terlihat mengelus rambut suaminya lembut.“Saran saya besok Ibu atau suami Ibu datang ke kantor polisi, untuk melaporkan kejadian tadi. Jangan lupa untuk memberikan hasil visum tadi kepada polisi, yang akan dijadikan bukti untuk memberatkan pria tadi.” Pria itu berkata sambil mengemudi dan terus fokus menatap jalan raya.“Ba
Ario dan Lasmini sudah tiba di rumah. Saat tiba, hari sudah menjelang malam sehingga mereka langsung beristirahat. Bima yang tidak mengetahui kejadian yang menimpa orangtuanya merengek ingin terus bermain bersama dengan Ario. Namun Lasmini mencegahnya karena kondisi tubuh Ario yang harus banyak istirahat.“Sayang, mainnya sama Bunda dan Mbak Asih dulu, ya. Ayah sedang sakit.” Lasmini berkata sambil mencium kening anaknya lembut.“Mau sama Ayah,” rengek Bima.“Iya, tapi nanti kalau Ayah sudah sembuh. Kalau Bima terus ingin bermain sama Ayah, nanti malah semakin lama sembuhnya. Jadi sekarang main sama Bunda dan Mbak Asih dulu, ya,” bujuk Lasmini.Akhirnya, setelah dibujuk berulang kali, Bima bersedia bermain bersama ibunya dan baby sitter. Bocah itu membiarkan Ario untuk beristirahat di kamar.***Ario mengerjapkan matanya kala sinar mentari menyelinap masuk melalui celah tirai jendela kamarnya. Dia merasaka
Satu bulan kemudian.Lasmini merasakan ada yang aneh pada dirinya. Mulai dari dirinya yang terlambat haid, sering pusing dan mual serta dirinya yang mudah mengantuk. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan.Dia kemudian langsung menuju toilet saat sudah tiba di rumahnya dan segera melakukan tes sesuai dengan petunjuk yang tertera di kemasan itu.Lasmini menatap benda yang ada di tangannya dengan senyum yang mengembang di bibirnya."Garis dua! itu tandanya di sini ada adiknya Bima sedang tumbuh," ucapnya bermonolog sambil mengusap perutnya yang masih rata.Tiba-tiba saja tubuhnya ada yang memeluk dari belakang. Lasmini tersenyum kala melihat lengan suaminya melingkar di pinggangnya.“Kita ke rumah sakitnya kapan, hm?” tanya Ario yang masih memeluk erat tubuh istrinya.“Sore ini bisa, besok pagi juga bisa. Terserah Mas bisanya kapan.