Pada saat masih sekolah, Simon jatuh cinta pada Arina yang duduk di bangku SMA, dan langsung mencarinya di sekolah. Hal ini membuat kepala sekolah sangat ketakutan hingga mengeluarkan Arina. Lalu, setelah lulus, Simon mengancam Arina dengan menggunakan kedua orang tua Arina, dan Arina tidak punya pilihan lain selain menikah dengannya. Oleh karena itu, ketika Simon memperkirakan nilai pembongkaran, rumah Arina diperkirakan mendapatkan sekitar satu milyar. Sedangkan keluarga lainnya mendapatkan lebih sedikit, dan ini membuat semua keluarga Arina merasa senang, dan menganggap Simon sebagai penolong tanpa tahu kepahitan Arina. “Memang, dia bajingan yang pantas mati!” Nathan menggertakkan giginya, dan matanya dipenuhi dengan niat membunuh. Jika Simon ingin menikahi orang lain, Nathan akan menyerah. Karena, masalahnya sudah terlalu banyak, dan banyak preman yang bekerja sama dengan pengembang untuk menggertak orang biasa. Nathan juga tidak bisa mengurus semuanya, dia bukan penyelamat. Ta
“Kak, jangan gegabah, kumohon ….” Arina sepertinya merasakan niat membunuh dari tubuh Nathan, dan berkata pada Nathan sambil memohon. Melihat Arina seperti itu, Nathan mengangguk. Beberapa orang itu turun dari mobil dan berjalan mendekati mereka. Saat Simon melihat Nathan, dia menyeringai dingin. “Nathan? Kamu sudah bebas? Tunggu, bukankah kamu sudah dipenjara selama 5 tahun? Kenapa masih terlihat lemah seperti ini, ikut saja denganku, kamu punya pengalaman di penjara, bisa membangun prestise!” Nathan menatap Simon dengan dingin. “Tidak perlu!” Simon melihat sikap Nathan dan wajahnya juga menjadi dingin. Namun, saat melihat Sarah yang ada di samping Nathan, wajahnya yang semula acuh tak acuh seketika dipenuhi dengan senyuman, dan matanya menyapu tubuh Sarah dan membuat Sarah merasa jijik. “Nona, aku bernama Simon, senang bertemu denganmu!” Simon berpura-pura menjadi sangat gentleman, dia mengulurkan tangannya yang dipenuhi dengan beberapa cincin emas dan berkata. Sarah menatap S
“Kak Simon, t-tapi, tamu ruangan VVIP itu tidak bisa diusir!” Dian berkata dengan pelan. “Sialan! Siapa orangnya? Sampai-sampai tidak bisa diusir? Apa harus aku yang turun tangan baru bisa mengusir mereka?” Simon memelototi kasir itu, dia mengulurkan tangannya dan ingin memukulnya lagi. Tapi Arina menahannya. "Simon!" Wajah Dian terlihat sangat kaget dan terus mundur, lalu berkata dengan gemetaran. “Kak Simon, yang sedang berada di ruangan VVIP adalah Tuan Bob!" Perkataan kasir itu membuat Simon sedikit gemetar dan ekspresi wajahnya jelas berubah. "Tuan Bob datang untuk makan? Sialan! Kenapa kamu tidak memberitahuku dulu, kalau begitu, ruangan VVIP 1 tidak perlu bayar, hitungkan ke dalam tagihanku saja, lalu siapkan ruangan VVIP nomor 2 untukku!” Terlihat jelas kalau Simon sangat takut pada Bob. Kasir itu mengangguk lalu mengutus pelayan untuk mengusir tamu di ruangan VVIP nomor 2. Segera, terdengar suara menggerutu dari orang yang sedang turun ke bawah tangga, dia mengenakan
“Sialan, aku menyuruhmu pergi membelinya, apa kamu tidak dengar?”bMelihat pelayan itu tidak bergerak, Simon menjadi marah! “T-tapi, Kak Simon, uang ini …. tidak cukup!” Pelayan itu berkata dengan pelan. “Hanya sebotol anggur merah, uang ini masih tidak cukup? Ini, kutambahkan beberapa juta lagi!” Simon mengeluarkan segepok uang dan membantingnya di atas meja! Tapi pelya itu masih tetap tidak mengambilnya dan tidak bergerak, ini membuat Simon semakin marah dan menendang pelayan itu. Bugh! “Kak Simon, uang ini benar-benar tidak cukup!” pelayan itu berkata dan ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar. “Aku rasa kamu melihatku yang tidak mengerti tentang wine, ya?! Jadi, kamu berencana ingin memeras uangku, hah?!" Simon tiba-tiba berdiri. “Kamu tidak perlu memaksanya, di Kota Celestria tidak ada anggur ini, dan uang ini memang tidak cukup, sebotol Chateaux Two Island harganya mencapai ratusan juta!” Nathan berkata pada Simon dengan datar. “Hah? Ratusan juta?” Si
Setelah Simon pergi, di dalam ruangan VIP hanya tersisa Nathan sekeluarga dan keluarga bibinya. “Nathan, perkataanku memang tidak enak didengar, tapi ini semua demi kebaikanmu. Sekarang, ayah dan ibumu tidak mempunyai pekerjaan dan hanya mengandalkanmu untuk bertahan hidup. Kalau kamu memiliko motivasi hidup, kedepannya, siapa yang harus mereka andalkan?" Elina menatap lekat ke arah Nathan, dan suaranya terdengar getir. "Lihatlah dirimu, pulang kemari saja menyewa mobil mewah, dan menyewa pacar, untuk apa? Apa gengsi sangat penting bagimu? Semua orang di desa tahu kalau kamu baru keluar dari penjara tidak lama, kamu bersikap seperti ini, orang lain akan semakin meremehkanmu!” “Bibi, aku—” “Ibu? Bicara apa kamu? Kak Sarah ini benar-benar pacarnya kak Nathan, sewa apanya?! Untuk apa kamu mendengarkan Simon yang bicara sembarangan!” Arina bergegas berkata pada ibunya sendiri. Arina tahu, kalau Sarah pasti bukan pacar sewaan Nathan, karena tidak ada pacar sewaan yang akan memakai pak
“Nathan, jangan sembarangan, kamu tidak tahu sekarang Simon itu orang seperti apa, kalau kamu melakukan itu dia bisa saja melukai keluarga bibimu!” Maria bergegas berkata pada Nathan. David yang sejak tadi belum berbicara juga membuka mulutnya. “Nathan, Simon tidak segampang yang kamu pikirkan, seperti kata pepatah, naga kuat belum tentu bisa mengalahkan ular lokal. Kamu jangan berpikir mengenal beberapa orang di Kota Vale yang bisa menyelesaikan Simon.” David tahu kalau Nathan punya koneksi, ditambah lagi kekayaan dari keluarga Sarah, kekuatannya pasti tidak kecil. Tapi, disini adalah Kota Celestria, bukan Kota Vale, oleh karena itu, Simon tidak mudah diatasi. “Masalah ini sudah aku putuskan, kalian tidak perlu ikut campur lagi!” Nathan sudah membuat keputusan sejak awal. Hanya seorang preman saja, dia tidak bisa menyeselesaikannya? Jangan bercanda. “Kak Nathan, aku tahu kamu melakukannya demi diriku. Tapi …. aku tidak ingin kamu mengambil resiko, lebih baik kamu tidak perl
Setelah Simon selesai bicara, dia bergegas berkata pada Arina. “Arina, ayo masuk dan tuangkan alkohol untuk bersulang bersama Tuan Bob!” Mendengar itu, Arina gemetar ketakutan, Sarah meraih tangan Arina dan merasakan tangan Arina gemetar hebat. “Arina masih kecil dan tidak mengerti, biar aku saja,” Sarah berinisiatif maju dan mengambil arak yang ada di meja dan berjalan mendekat. Simon yang melihat ini seketika menyeringai, dia semakin percaya pada tebakannya. Sarah begitu berinisiatif menuang alkohol itu, kalau bukan gadis sewaan, lalu apa? Saat Bob melihat Sarah, sepasang matanya menyipit dan terus menatap Sarah, lalu mengangkat gelasnya. “Simon, siapa wanita cantik ini?” Bob bertanya pada Simon. "Ohh, dia adalah pacarnya kakak sepupu istriku!” Simon segera menjawab. Dia tidak berani mengatakan Sarah adalah wanita sewaan. Karena, orang penting seperti Bob tidak suka dengan gadis seperti itu, dia lebih suka dengan gadis seperti ini. “Tuan Bob, Anda mempunyai bisnis disini, ya
"Tuan Bob, tenang saja, aku sudah mengatur ini, dia tidak akan bisa lari!” Simon buru-buru menyanjung. Arina yang ada di belakang ketakutan, meskipun dia tahu Sarah memiliki identitas yang lumayan, tapi dia tidak berani membayangkan Sarah adalah Nona Muda dari Keluarga Wibowo. Karena, dengan identitas seperti itu, bagaimana mungkin dia bisa menyukai Nathan? “Kak Nathan!” Arina meraih lengan Nathan dengan gugup. Nathan tersenyum kecil. “Jangan khawatir, karena kakak iparmu memang Nona Muda dari Keluarga Wibowo!” 'A-apa?!' Arina yang mendengarnya seketika tercengang. Pada saat ini, telepon Sarah sudah terhubung, dan dia langsung berkata. “Ayah, pengembangan di Kota Celestria, apakah kamu mengutus seseorang bernama Bob untuk mengaturnya?” “Aku tidak tahu, masalah ini diurus oleh Vinson, ada apa?” Kevin bertanya dengan bingung. Beberapa waktu ini Kevin sudah sangat jarang mengurus masalah perusahaan, dan fokus merawat kesehatannya. Kalau bukan karena Nathan waktu itu, dia pasti su
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u