“Tante Elisa?" Nathan tampak terkejut melihat wanita paruh baya itu. "Sejak kapan kalian kemari?” “Kami sudah datang sejak tadi, tidak disangka kamu masih tidur didalam kamar, sampai tidak turun dan menyambut kami!" Elisa meliriknya sekilas lalu langsung duduk di sisi sofa. Nathan tidak memperdulikannya lagi dan menatap Maria dengan wajah kebingungan. Maria menarik Nathan ke samping lalu berkata dengan canggung. “Aku yang mengundang mereka kemari, a-aku hanya ingin mereka melihat kalau kita sudah tinggal dirumah yang besar, tidak disangka mereka datang dengan membawa begitu banyak orang dan membuat rumah menjadi kacau balau, bagaimana menyampaikan hal ini pada Sarah?” Maria mengira kalau rumah ini dipinjamkan oleh Sarah pada Nathan, untuk mereka tinggali, dia tidak tahu kalau rumah ini sudah dihadiahkan kepada Nathan. “Ma, tidak apa-apa, biarkan saja mereka melihat-lihat, kalau kotor dan kacau tinggal cari seseorang untuk membereskannya,” Nathan yang mendengarnya segera m
Tiago merupakan salah satu pegawai pemerintahan, koneksinya luas dan membuatnya mengembangkan kepribadian yang bisa meremehkan orang lain. Di samping kiri Tiago, Elisa yang merupakan istrinya, mengenakan riasan tebal seperti badut. Dan putranya, Harvey, duduk disamping Elisa, Harvey hanya lebih muda beberapa bulan dibandingkan dengan Nathan. Di samping kanan Tiago, seorang pemuda dengan setelan jas duduk, wajahnya terlihat sangat sombong, dia adalah Brandon, suami dari kakak sepupunya Nathan. Ayah Brandon adalah seorang direktur di salah satu dina kesehatan pemerintahan, yang juga merupakan atasan langsung dari Tiago. Dan kakak sepupunya Nathan, Alice, duduk disamping suaminya, Brandon. Dia mengenakan pakaian dari merek-merek ternama, kukunya juga sangat panjang dan terawat, tampak seperti seorang nyonya dari keluarga kaya. “Nathan, sejak kapan kamu mengenal teman yang begitu kaya? Bisa tinggal di Villa Ascalon dan meminjamkannya dengan royal kepada kalian? Teman seperti ini haru
“Nathan, Mama tidaj perduli tentang warisan itu!” Maria memelototi Nathan dan menyuruhnya untuk tidak ikut campur. "Kamu diam saja dan biarkan paman Tiago mencarikanmu pekerjaan!" “Ma, warisan yang kalian bahas ini, mengenai rumah kakek itu, kan? Dengar-dengar, akan segera dikembangkan, akan bisa menghasilkan banyak uang!” Sebenarnya Nathan tidak menginginkan uang itu, hanya saja dia tidak mau memanfaatkan Tiago sekeluarga. “Apa? Akan dikembangkan? Benarkah?” Maria yang mendengarnya seketika bersemangat, kalau yang dikatakan Nathan benar maka mereka bisa mendapatkan banyak uang saat menjual rumah itu. “Benar, semuanya sedang direncanakan, aku sudah melihat laporannya Walikota Martin!” Nathan berkata jujur. “Nathan, apa maksudmu? Jadi maksudmu, aku ini sedang membohongi kalian untuk meraup keuntungan? Kamu melihatnya dalam laporan Walikota Martin? Kamu sedang membual ya, kenapa tidak sekalian kamu katakan kamu pernah makan di rumah Walikota Martin?” Tiago menatap Nathan dengan mara
Dia tidak pernah meneriaki ibunya sebelumnya, tapi kali ini dia tidak boleh membiarkan Tiago mencapai tujuannya. “Nathan, kamu kira kamu siapa? Kamu tidak setuju lalu bisa apa? Warisan ini adalah peninggalan keluarga Sykes, apa hubungannya denganmu? Kamu hanyalah anak haram yang dipungut!” Tiago berteriak marah dan memaki Nathan. Nathan seketika termenung, raut wajahnya berubah menjadi dingin dan sikapnya mulai berubah, seperti hantu, dia melekatkan tatapannya pada Tiago dan bertanya. “Apa katamu? Kalau berani, coba katakan sekali lagi!” Tiago yang melihat tatapan mata Nathan seketika terkejut, namun dia segera tersadar lalu berteriak dengan marah dan malu. “Sialan! Anak haram! Kalau bukan karena keluarga Sykes—” PRANG! “Tiago, tutup mulutmu!” David tiba-tiba melemparkan gelas, wajahnya memerah dan dia menatap Tiago dengan marah, sekujur tubuhnya gemetar dan berkata. “Kalau kamu berani mengatakan satu patah kata lagi ....” Melihat David yang marah, Tiago terkejut dan segera dudu
“Ayah, ibu, aku akan menuangkannya untuk kalian, bir ini tidak murah, kalau bukan karena Brandon, kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk minum Heineken edisi terbatas seperti ini!” Alice berkata sambil membuka botol arak dan menuangkan untuk Elisa dan Tiago. “Kak, aku juga mau mencoba segelas, aku belum pernah minum!” Harvey segera mengangkat gelasnya, dan berkata pada Alice sambil tersenyum. “Minggir, anak kecil, untuk apa minum bir seperti ini?!” Alice memelototi Harvey lalu menuangkan segelas untuk Brandon dan dirinya sendiri! “Kakak ipar, coba lihat kakakku ini!” Harvey menatap Brandon dengan tatapan memelas. “Hahaha ….” Brandon tertawa. “Tuangkan juga segelas untuk Harvey, dia harus merasakan bir mahal seperti ini!” “Terima kasih kakak ipar!” Harvey yang mendengarnya langsung bahagia dan mengangkat botol itu untuk menuangkan pada gelasnya sendiri. Tiago dan keluarganya sudah memenuhi gelas mereka dengan bir itu, hanya keluarga Nathan yang tidak dituangkan. Maria tidak m
"Hahahaha …." Mendengar ucapan Nathan membuat mereka semua termenung lalu tertawa terbahak-bahak. “Bajingan, apa kamu ini sedang bermimpi? Kamu, seorang mantan narapidana, menyuruh walikota untuk datang kemari dan bersulang denganmu? Kamu juga tidak melihat-lihat dulu siapa dirimu, kamu tidak takut kalau aku memberitahu ucapan ini kepada walikota, dan lihat bagaimana dia akan membereskanmu!” Setelah berkata, Brandon membawa Tiago dan yang lainnya keluar. Baru sampai di depan pintu, Elisa berhenti dan berbalik. “Kita mau pergi bersulang, bisa saja kita juga diminta tinggal untuk makan bersama. Dan sampai waktu itu, kalian langsung bayar saja tidak perlu menunggu lagi, botol bir kosong itu juga akan berharga beberapa ratus ribu, jangan lupa dibawa pulang, itu akan cukup untuk biaya makan kalian selama beberapa hari.” "Hahaha!" Elisa berkata lalu tertawa terbahak-bahak. “Nathan, apa kamu melantur, kenapa kamu berani berkata sembarangan, bukankah itu namanya cari masalah?” Setelah T
“Ryzen, aku memanggilmu kemari bukan untuk menyuruhmu membayar, duduk dan mengobrol lah!” Martin melambaikan tangannya pada Ryzen. Ryzen segera duduk di samping Martin dan membuat beberapa orang lainnya tercengang. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada Martin hari ini. “Walikota, ada apa? Katakan saja!” Setelah Ryzen duduk, dia segera berkata dengan penuh hormat pada Martin. “Hari ini aku datang untuk makan di restoranmu, dan mengutus seseorang untuk memanggilmu, karena aku ingin memintamu membuatkan janji temu dengan Tuan Nathan. Aku ingin berterima kasih langsung kepada Tuan Nathan!” Martin berkata dengan sangat segan. Ryzen yang mendengarnya segera mengerti apa yang terjadi pada Martin, ternyata ada hubungannya dengan masalah kemarin. “Walikota, kebetulan sekali, hari ini Tuan Nathan juga sedang menjamu tamu di lantai bawah!” Kata Ryzen. “Benarkah?” Martin terkejut dan merasa gembira. “Kalau begitu aku mau pergi bersulang dengannya!” Martin berkata sambil mengangkat gel
“Brandon, apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa Pak Walikota tidak tahu kita datang untuk bersulang?” Setelah keluar dari sana, Alice melotot marah pada Brandon sambil bertanya. “Kamu masih berani bertanya, semua ini salah kalian, memaksa untuk ikut datang, sebenarnya Pak Walikota merahasiakan kedatangannya, lalu sekarang begitu banyak orang yang datang sekaligus bersulang dengannya, dia bisa tidak marah? Untuk apa kalian wanita-wanita ikut datang!” Hatinya masih jengkel karena kejadian tadi, sehingga tidak dapat menahan diri saat Alice berteriak padanya. Ucapan Brandon secara tidak langsung juga tertuju pada Elisa, membuat ekspresinya terlihat canggung dan panik. “Sudah, sudah, jangan ribut lagi, apakah kejadian tadi masih kurang memalukan?!” Tiago melotot tidak sabar pada kedua orang itu. “Ayo pergi, kembali dan kita tunggu saja, mungkin bujukan Louis pada Pak Walikota, akan membuka peluang buat kita!” “Betul, ayahku pasti akan mencari cara, kita kembali saja dulu!” Brandon meng
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa
Nathan berdiri membeku sejenak, memandang kerumunan di sekelilingnya. Mereka mengira dia pulang sebagai pahlawan, padahal dia datang untuk bersembunyi.Wajahnya mengeras. “Ryzen, bubarkan semuanya sekarang juga!”Tanpa menunggu reaksi, Nathan melangkah cepat ke arah mobil. Ryzen langsung memberi aba-aba pada anak buahnya, dan kerumunan pun mulai mundur.Zayn dan Kevin ikut masuk ke dalam mobil. Di dalam keheningan itu, mereka hanya menatap Nathan, tak mengucapkan sepatah kata pun, namun sorot mata mereka berkata banyak.Nathan mendesah pelan. "Aku tahu kalian ingin tahu tentang Sarah dan Beverly."Maka Nathan pun menjelaskan semuanya tentang pengejaran, tentang Sarah yang ditahan Martial Shrine, dan tentang betapa rumit situasinya kini.Raut wajah Kevin berubah drastis. “Nathan, kenapa semua ini bisa terjadi?”Nathan menunduk. “Paman Kevin, ada hal-hal yang memang harus aku lakukan, walau risikonya besar.”Dia tidak ingin semuanya menjadi seperti ini. Tapi ibu kandungnya masih berada
“Aku tidak hanya menginginkan menara itu,” suara Gill menukik tajam, tatapannya menyala penuh keserakahan. “Aku tahu kau menyimpan banyak harta karun. Serahkan semuanya, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk membiarkanmu hidup.”Nathan menyipitkan mata. “Begitu rupanya .…”Gill tak sekadar mengincar kekuatan, dia menginginkan segalanya.Matanya menyapu sekeliling. Jalan keluar tak mungkin dia tempuh secara frontal. Tapi, dia menoleh ke belakang, menara itu kini hanya bangunan kosong. Segel telah hilang dan itu bisa jadi jalan keluar. Tanpa berkata sepatah kata pun, Nathan membalikkan badan dan melesat masuk ke dalam menara.“Jangan biarkan dia kabur!” teriak Gill.BRAK! BRAK! BRAK!Nathan tak peduli. Dengan kekuatan penuh, dia menghantam dinding sisi timur menara.Batu-batu beterbangan. Dinding hancur, menciptakan celah besar. Dalam sekejap, Nathan menerobos keluar dan meledak ke udara, memusatkan kekuatan spiritual di kakinya dan melarikan diri dengan kecepatan penuh.Gill memaki k
Kata-kata itu menusuk benak Nathan seperti panah yang melesat dari masa lalu. Dia memandangi naga emas yang mengelilinginya, meliuk seperti nyala api dari langit, namun tak satu pun gerakannya bisa dia kendalikan. Dia bahkan tak tahu kapan naga itu muncul.‘Apakah .... ayahku seekor naga?’ pikirnya, setengah cemas, setengah terpukau.Ingatannya terlempar ke Pulau Draken, saat naga Yin yang terkenal ganas justru menyerah tanpa perlawanan, memberikan batu mata naganya seolah tunduk. Saat itu, Nathan mengira dia hanya beruntung. Tapi sekarang ….“Mungkinkah darah mereka mengalir dalam tubuhku?” dia memandang pria tua itu, matanya dipenuhi gejolak. “Senior, apa maksudmu dengan Putra Naga? Siapa aku sebenarnya? Apakah aku anak dari seekor naga?”Untuk sesaat, kesunyian menggantung di antara mereka seperti kabut tebal.Pria tua itu menatapnya dan hanya tersenyum tipis, seakan tahu betapa hancurnya fondasi hidup Nathan saat ini diguncang oleh satu pertanyaan. “Kamu akan tahu,” katanya lembut
Tinju dilayangkan, dentuman maha dahsyat mengguncang dinding batu. Retakan halus menjalar seperti jaring laba-laba di sekeliling pintu. Ledakan suara menampar lorong, bergema seperti auman raksasa purba yang terbangun.Di luar menara, Gill berdiri di antara reruntuhan dan kabut gelap dengan wajah terperangah."Apa yang dia lakukan di dalam?! Seperti sedang merobohkan seluruh fondasi!""Tuanku," Hago menimpali, wajahnya pucat diterpa kilatan petir dari langit kelam. "Sepertinya Nathan ingin menghancurkan menara ini. Dia tidak bisa memilikinya, jadi takkan membiarkan kita menyentuhnya."Gill mengepalkan pedangnya, aura hitam mulai berputar di sekeliling tubuhnya. "Kalau begitu, kita masuk sekarang sebelum dia menghancurkan semuanya!"Di dalam menara, Nathan sudah melayangkan pukulan kedelapan. Nafasnya berat, telapak tangannya mulai berdarah. Namun pintu perunggu tetap berdiri abadi dan dingin seperti batu nisan zaman kuno."Apa ini semacam kunci jiwa?" gumamnya sambil menatap tinjunya
Sementara itu, di dalam.Klik~Bunyi halus terdengar dari dalam pintu perunggu. Simbol-simbol di permukaannya mulai menyala, satu per satu, seperti barisan bintang yang diaktifkan.Nathan membuka mata, apasnya tercekat. “Pintu itu .… merespon!”Bzzzzhh!Perlahan, pintu perunggu terbuka, bukan ke dalam atau ke luar, melainkan menghilang ke dalam cahaya seperti menguap ke dimensi lain. Di balik pintu itu, terdapat tangga spiral yang turun jauh ke dalam perut menara. Udara dari bawah terasa dingin, seperti embusan napas dari dunia lain.Nathan menggigit bibirnya, dia tahu ini satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan menara atau memperoleh kekuatan baru untuk menghadapi Gill dan orang-orang keluarga Wilford. Tanpa ragu, Nathan melangkah masuk dan mulai menuruni tangga. Pandangan Nathan menyapu sekeliling ruang menara.“Menara ini bukan tempat biasa.”Bentuk dan ukurannya, pancaran energi spiritual yang terus mengalir terlalu misterius.“Mungkinkah ini sebenarnya senjata sihir? Atau, wa
Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u
Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b
Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P