“Marc, aku akan memberimu penawaran istimewa!” Cahaya dingin melintas di mata Frans, suaranya begitu dingin dan penuh dengan aura balas dendam. "Jika kamu berhasil menghabisi bocah itu, aku akan menyerahkan Sarah padamu!" Kali ini, dia tidak bisa membiarkan Nathan begitu saja, dia tidak akan bisa tidur dengan tenang sebelum membalaskan dendamnya ini. “Benarkah?” Marc tergerak saat mendengar penawaran itu. “Tentu saja, kamu boleh merekam pembicaraan kita ini!” Frans berkata dengan pasti. "Dan untuk masalah keluargamu, aku akan mencari caranya!" “Baiklah kalau begitu, kirimkan saja informasi tentang bocah itu padaku, berani sekali dia merebut wanitaku! Aku, Marc Juventus, akan membuatnya lebih memilih mati dibandingkan tetap hidup!” Marc berkata dengan keji lalu menutup teleponnya. Marc adalah seorang Tuan Muda dari Keluarga Juventus di Kota Boulmer, dia, Sarah dan Frans adalah teman satu sekolah, dan keduanya sama-sama menyukai Sarah saat di sekolah dulu, hanya saja Sarah tid
“Tante Elisa?" Nathan tampak terkejut melihat wanita paruh baya itu. "Sejak kapan kalian kemari?” “Kami sudah datang sejak tadi, tidak disangka kamu masih tidur didalam kamar, sampai tidak turun dan menyambut kami!" Elisa meliriknya sekilas lalu langsung duduk di sisi sofa. Nathan tidak memperdulikannya lagi dan menatap Maria dengan wajah kebingungan. Maria menarik Nathan ke samping lalu berkata dengan canggung. “Aku yang mengundang mereka kemari, a-aku hanya ingin mereka melihat kalau kita sudah tinggal dirumah yang besar, tidak disangka mereka datang dengan membawa begitu banyak orang dan membuat rumah menjadi kacau balau, bagaimana menyampaikan hal ini pada Sarah?” Maria mengira kalau rumah ini dipinjamkan oleh Sarah pada Nathan, untuk mereka tinggali, dia tidak tahu kalau rumah ini sudah dihadiahkan kepada Nathan. “Ma, tidak apa-apa, biarkan saja mereka melihat-lihat, kalau kotor dan kacau tinggal cari seseorang untuk membereskannya,” Nathan yang mendengarnya segera m
Tiago merupakan salah satu pegawai pemerintahan, koneksinya luas dan membuatnya mengembangkan kepribadian yang bisa meremehkan orang lain. Di samping kiri Tiago, Elisa yang merupakan istrinya, mengenakan riasan tebal seperti badut. Dan putranya, Harvey, duduk disamping Elisa, Harvey hanya lebih muda beberapa bulan dibandingkan dengan Nathan. Di samping kanan Tiago, seorang pemuda dengan setelan jas duduk, wajahnya terlihat sangat sombong, dia adalah Brandon, suami dari kakak sepupunya Nathan. Ayah Brandon adalah seorang direktur di salah satu dina kesehatan pemerintahan, yang juga merupakan atasan langsung dari Tiago. Dan kakak sepupunya Nathan, Alice, duduk disamping suaminya, Brandon. Dia mengenakan pakaian dari merek-merek ternama, kukunya juga sangat panjang dan terawat, tampak seperti seorang nyonya dari keluarga kaya. “Nathan, sejak kapan kamu mengenal teman yang begitu kaya? Bisa tinggal di Villa Ascalon dan meminjamkannya dengan royal kepada kalian? Teman seperti ini haru
“Nathan, Mama tidaj perduli tentang warisan itu!” Maria memelototi Nathan dan menyuruhnya untuk tidak ikut campur. "Kamu diam saja dan biarkan paman Tiago mencarikanmu pekerjaan!" “Ma, warisan yang kalian bahas ini, mengenai rumah kakek itu, kan? Dengar-dengar, akan segera dikembangkan, akan bisa menghasilkan banyak uang!” Sebenarnya Nathan tidak menginginkan uang itu, hanya saja dia tidak mau memanfaatkan Tiago sekeluarga. “Apa? Akan dikembangkan? Benarkah?” Maria yang mendengarnya seketika bersemangat, kalau yang dikatakan Nathan benar maka mereka bisa mendapatkan banyak uang saat menjual rumah itu. “Benar, semuanya sedang direncanakan, aku sudah melihat laporannya Walikota Martin!” Nathan berkata jujur. “Nathan, apa maksudmu? Jadi maksudmu, aku ini sedang membohongi kalian untuk meraup keuntungan? Kamu melihatnya dalam laporan Walikota Martin? Kamu sedang membual ya, kenapa tidak sekalian kamu katakan kamu pernah makan di rumah Walikota Martin?” Tiago menatap Nathan dengan mara
Dia tidak pernah meneriaki ibunya sebelumnya, tapi kali ini dia tidak boleh membiarkan Tiago mencapai tujuannya. “Nathan, kamu kira kamu siapa? Kamu tidak setuju lalu bisa apa? Warisan ini adalah peninggalan keluarga Sykes, apa hubungannya denganmu? Kamu hanyalah anak haram yang dipungut!” Tiago berteriak marah dan memaki Nathan. Nathan seketika termenung, raut wajahnya berubah menjadi dingin dan sikapnya mulai berubah, seperti hantu, dia melekatkan tatapannya pada Tiago dan bertanya. “Apa katamu? Kalau berani, coba katakan sekali lagi!” Tiago yang melihat tatapan mata Nathan seketika terkejut, namun dia segera tersadar lalu berteriak dengan marah dan malu. “Sialan! Anak haram! Kalau bukan karena keluarga Sykes—” PRANG! “Tiago, tutup mulutmu!” David tiba-tiba melemparkan gelas, wajahnya memerah dan dia menatap Tiago dengan marah, sekujur tubuhnya gemetar dan berkata. “Kalau kamu berani mengatakan satu patah kata lagi ....” Melihat David yang marah, Tiago terkejut dan segera dudu
“Ayah, ibu, aku akan menuangkannya untuk kalian, bir ini tidak murah, kalau bukan karena Brandon, kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk minum Heineken edisi terbatas seperti ini!” Alice berkata sambil membuka botol arak dan menuangkan untuk Elisa dan Tiago. “Kak, aku juga mau mencoba segelas, aku belum pernah minum!” Harvey segera mengangkat gelasnya, dan berkata pada Alice sambil tersenyum. “Minggir, anak kecil, untuk apa minum bir seperti ini?!” Alice memelototi Harvey lalu menuangkan segelas untuk Brandon dan dirinya sendiri! “Kakak ipar, coba lihat kakakku ini!” Harvey menatap Brandon dengan tatapan memelas. “Hahaha ….” Brandon tertawa. “Tuangkan juga segelas untuk Harvey, dia harus merasakan bir mahal seperti ini!” “Terima kasih kakak ipar!” Harvey yang mendengarnya langsung bahagia dan mengangkat botol itu untuk menuangkan pada gelasnya sendiri. Tiago dan keluarganya sudah memenuhi gelas mereka dengan bir itu, hanya keluarga Nathan yang tidak dituangkan. Maria tidak m
"Hahahaha …." Mendengar ucapan Nathan membuat mereka semua termenung lalu tertawa terbahak-bahak. “Bajingan, apa kamu ini sedang bermimpi? Kamu, seorang mantan narapidana, menyuruh walikota untuk datang kemari dan bersulang denganmu? Kamu juga tidak melihat-lihat dulu siapa dirimu, kamu tidak takut kalau aku memberitahu ucapan ini kepada walikota, dan lihat bagaimana dia akan membereskanmu!” Setelah berkata, Brandon membawa Tiago dan yang lainnya keluar. Baru sampai di depan pintu, Elisa berhenti dan berbalik. “Kita mau pergi bersulang, bisa saja kita juga diminta tinggal untuk makan bersama. Dan sampai waktu itu, kalian langsung bayar saja tidak perlu menunggu lagi, botol bir kosong itu juga akan berharga beberapa ratus ribu, jangan lupa dibawa pulang, itu akan cukup untuk biaya makan kalian selama beberapa hari.” "Hahaha!" Elisa berkata lalu tertawa terbahak-bahak. “Nathan, apa kamu melantur, kenapa kamu berani berkata sembarangan, bukankah itu namanya cari masalah?” Setelah T
“Ryzen, aku memanggilmu kemari bukan untuk menyuruhmu membayar, duduk dan mengobrol lah!” Martin melambaikan tangannya pada Ryzen. Ryzen segera duduk di samping Martin dan membuat beberapa orang lainnya tercengang. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada Martin hari ini. “Walikota, ada apa? Katakan saja!” Setelah Ryzen duduk, dia segera berkata dengan penuh hormat pada Martin. “Hari ini aku datang untuk makan di restoranmu, dan mengutus seseorang untuk memanggilmu, karena aku ingin memintamu membuatkan janji temu dengan Tuan Nathan. Aku ingin berterima kasih langsung kepada Tuan Nathan!” Martin berkata dengan sangat segan. Ryzen yang mendengarnya segera mengerti apa yang terjadi pada Martin, ternyata ada hubungannya dengan masalah kemarin. “Walikota, kebetulan sekali, hari ini Tuan Nathan juga sedang menjamu tamu di lantai bawah!” Kata Ryzen. “Benarkah?” Martin terkejut dan merasa gembira. “Kalau begitu aku mau pergi bersulang dengannya!” Martin berkata sambil mengangkat gel
"Sialan!" Kaidar mengumpat, tangan yang menggenggam pedang mulai berkeringat.Di atas sana, tubuh Naga Yang bergetar sejenak, dan dalam satu hentakan, pedang Kaidar terlempar begitu saja dari tubuhnya. Seiring dengan itu, tekanan yang tak terbayangkan menyapu tempat itu, menekan semua yang ada di bawahnya.Langit dan bumi seolah melebur menjadi satu di bawah kekuatan Naga Yang.BAM! BAAM!Seperti boneka rapuh, Kaidar dan Ramos jatuh tersungkur ke tanah, tak mampu bergerak. Otot-otot mereka berteriak dalam penderitaan, seakan gravitasi dunia berlipat ganda menekan tubuh mereka hingga nyaris remuk.Di tengah kepanikan itu, Nathan mencoba bertahan. Aura emas melingkupi tubuhnya, berkedip-kedip seperti api kecil di tengah badai. Namun meski dia berjuang, perlahan-lahan cahaya itu meredup, lalu menghilang. Nathan tersungkur, lututnya menghantam tanah, dadanya naik turun dengan napas yang terengah-engah.Di dalam tubuhnya, batu mata naga dari Naga Yin bergetar hebat, seperti beresonansi den
Tak lama kemudian, Ramos berteriak. “Tuan Muda Kaidar, anak itu akan kabur!”Namun, Kaidar sudah selangkah lebih maju. Dengan cekatan, dia mengeluarkan sebuah jaring perak yang berkilauan. “Formasi sutra!” gumamnya, melemparkan senjata mistis itu ke udara. Dalam sekejap, jaring tersebut melebar, menyelimuti Nathan dengan keanggunan mematikan.Nathan terdiam, tak menyangka akan terjebak begitu saja. Di ujung kesadarannya, dia memunculkan pedang Aruna yang kini menyala dengan api biru membara. Dengan tekad yang tersisa, dia menebas jaring itu, tapi suara benturan keras, kilatan api, dan dentingan logam membuktikan keajaiban senjata Kaidar tak mudah ditaklukkan.Dalam beberapa detik yang mencekam, tubuh Nathan hampir sepenuhnya terbungkus. Setiap upayanya melawan keajaiban formasi sutra itu tampak sia-sia, meski dia meronta sekuat tenaga.“Tak perlu lagi berjuang, Nathan!” kata Kaidar dengan senyum puas. “Formasi sutra ini adalah senjata ajaib yang bahkan seorang Sovereign takkan mampu b
Kaidar menyipitkan mata, lalu menjawab dengan datar. “Kami sedang mencari keberadaan naga Yin. Setelah kamu menyerap esensi Batu Mata Naga dari naga Yang, seluruh pulau pun berubah. Naga Yin pun menghilang. Sekarang, kami ingin menemukannya dan merebut Batu Mata Naganya!”Nathan terdiam sejenak sebelum berkata. “Jadi, kamu memintaku datang ke sini untuk membantu menghadapi naga Yin? Padahal, Keluarga Winaya punya banyak ahli, kekuatan mereka jauh melampauiku.”Secara logika, untuk menghadapi naga Yin, tidak perlu melibatkan Nathan. Bahkan lelaki tua bungkuk yang selalu mengikut Kaidar saja sudah mencapai tahap Villain, jauh lebih kuat daripada Nathan. Nathan pun menyadari bahwa sebenarnya dia dijadikan umpan.“Kalian kira hanya mengandalkan kalian berdua sudah cukup untuk menghentikanku?” kata Nathan, suaranya mulai berubah saat aura kekuatannya meningkat.Kaidar tertawa terbahak-bahak dan menatap Ramos. “Lakukanlah!”Ramos mengangguk, lalu mulai melafalkan mantra dengan nada serius.
Tak lama setelah sambutan itu, sebuah vas kaca setinggi lebih dari seorang manusia dengan pola berbunga yang anggun dibawa ke panggung. Saat itu, mata Zayn langsung menyala. Dalam satu ronde pertarungan sengit di antara penawaran, Zayn berhasil memenangkan vas itu dengan harga mencapai 200 juta. Ronde demi ronde berlangsung, barang kedua, ketiga, dan seterusnya sampai Zayn tak mampu menahan kegembiraannya dan mulai menawar dengan semangat seperti orang gila.Penawarannya yang agresif membuat mata Zayn bahkan mulai merah, dan suasana ruangan pun dipenuhi sorak-sorai kekaguman. Bahkan para hadirin kaya yang hadir pun terlihat terpesona, begitu pula Kaidar yang tampak terkejut.Sentinel yang duduk di baris depan tak bisa menyembunyikan tatapan tajam penuh perhitungan kepada Zayn.“Sungguh, kakek, sudah cukup! Berapa banyak yang telah kau habiskan? Uang yang Nathan berikan sudah lenyap semua,” ujar Beverly dengan segera sambil menarik sudut baju Zayn.Terpana oleh teguran Beverly, Zayn ter
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b