“Ayah, ibu, aku akan menuangkannya untuk kalian, bir ini tidak murah, kalau bukan karena Brandon, kita tidak akan mempunyai kesempatan untuk minum Heineken edisi terbatas seperti ini!” Alice berkata sambil membuka botol arak dan menuangkan untuk Elisa dan Tiago. “Kak, aku juga mau mencoba segelas, aku belum pernah minum!” Harvey segera mengangkat gelasnya, dan berkata pada Alice sambil tersenyum. “Minggir, anak kecil, untuk apa minum bir seperti ini?!” Alice memelototi Harvey lalu menuangkan segelas untuk Brandon dan dirinya sendiri! “Kakak ipar, coba lihat kakakku ini!” Harvey menatap Brandon dengan tatapan memelas. “Hahaha ….” Brandon tertawa. “Tuangkan juga segelas untuk Harvey, dia harus merasakan bir mahal seperti ini!” “Terima kasih kakak ipar!” Harvey yang mendengarnya langsung bahagia dan mengangkat botol itu untuk menuangkan pada gelasnya sendiri. Tiago dan keluarganya sudah memenuhi gelas mereka dengan bir itu, hanya keluarga Nathan yang tidak dituangkan. Maria tidak m
"Hahahaha …." Mendengar ucapan Nathan membuat mereka semua termenung lalu tertawa terbahak-bahak. “Bajingan, apa kamu ini sedang bermimpi? Kamu, seorang mantan narapidana, menyuruh walikota untuk datang kemari dan bersulang denganmu? Kamu juga tidak melihat-lihat dulu siapa dirimu, kamu tidak takut kalau aku memberitahu ucapan ini kepada walikota, dan lihat bagaimana dia akan membereskanmu!” Setelah berkata, Brandon membawa Tiago dan yang lainnya keluar. Baru sampai di depan pintu, Elisa berhenti dan berbalik. “Kita mau pergi bersulang, bisa saja kita juga diminta tinggal untuk makan bersama. Dan sampai waktu itu, kalian langsung bayar saja tidak perlu menunggu lagi, botol bir kosong itu juga akan berharga beberapa ratus ribu, jangan lupa dibawa pulang, itu akan cukup untuk biaya makan kalian selama beberapa hari.” "Hahaha!" Elisa berkata lalu tertawa terbahak-bahak. “Nathan, apa kamu melantur, kenapa kamu berani berkata sembarangan, bukankah itu namanya cari masalah?” Setelah T
“Ryzen, aku memanggilmu kemari bukan untuk menyuruhmu membayar, duduk dan mengobrol lah!” Martin melambaikan tangannya pada Ryzen. Ryzen segera duduk di samping Martin dan membuat beberapa orang lainnya tercengang. Mereka tidak mengerti apa yang terjadi pada Martin hari ini. “Walikota, ada apa? Katakan saja!” Setelah Ryzen duduk, dia segera berkata dengan penuh hormat pada Martin. “Hari ini aku datang untuk makan di restoranmu, dan mengutus seseorang untuk memanggilmu, karena aku ingin memintamu membuatkan janji temu dengan Tuan Nathan. Aku ingin berterima kasih langsung kepada Tuan Nathan!” Martin berkata dengan sangat segan. Ryzen yang mendengarnya segera mengerti apa yang terjadi pada Martin, ternyata ada hubungannya dengan masalah kemarin. “Walikota, kebetulan sekali, hari ini Tuan Nathan juga sedang menjamu tamu di lantai bawah!” Kata Ryzen. “Benarkah?” Martin terkejut dan merasa gembira. “Kalau begitu aku mau pergi bersulang dengannya!” Martin berkata sambil mengangkat gel
“Brandon, apa yang sedang kamu lakukan? Mengapa Pak Walikota tidak tahu kita datang untuk bersulang?” Setelah keluar dari sana, Alice melotot marah pada Brandon sambil bertanya. “Kamu masih berani bertanya, semua ini salah kalian, memaksa untuk ikut datang, sebenarnya Pak Walikota merahasiakan kedatangannya, lalu sekarang begitu banyak orang yang datang sekaligus bersulang dengannya, dia bisa tidak marah? Untuk apa kalian wanita-wanita ikut datang!” Hatinya masih jengkel karena kejadian tadi, sehingga tidak dapat menahan diri saat Alice berteriak padanya. Ucapan Brandon secara tidak langsung juga tertuju pada Elisa, membuat ekspresinya terlihat canggung dan panik. “Sudah, sudah, jangan ribut lagi, apakah kejadian tadi masih kurang memalukan?!” Tiago melotot tidak sabar pada kedua orang itu. “Ayo pergi, kembali dan kita tunggu saja, mungkin bujukan Louis pada Pak Walikota, akan membuka peluang buat kita!” “Betul, ayahku pasti akan mencari cara, kita kembali saja dulu!” Brandon meng
“Ayah, jika Nathan si keparat tidak melunasi tagihan, apakah Tuan Ryzen akan membiarkan kita pergi?” Harvey bertanya gelisah pada Tiago. “Jangan khawatir, kakak iparmu memiliki hubungan baik dengan Tuan Ryzen, bahkan Tuan Ryzen pernah menghadiahkan dua botol bir premium pada kakak iparmu ini. Bagaimana mungkin dia marah karena hal kecil ini!” Tiago berkata sambil menatap Brandon. “Brandon, jika nanti Nathan tidak mau membayar, kamu yang beritahu Tuan Ryzen, supaya Tuan Ryzen menguliti Nathan hidup-hidup, tapi jangan cari masalah dengan kita!” “Hah?!” Brandon terlihat serba salah, hanya bisa berseru kaget. Dia sama sekali tidak kenal Ryzen, bagaimana mungkin Ryzen akan memberinya muka? Tapi, Brandon tidak mungkin mengakuinya, dia terpaksa berpura-pura. “Oh iya betul juga, aku hampir lupa!” Harvey langsung menjadi tenang, mengelus wajahnya yang sakit, menatap galak pada Nathan. “Nathan, kamu dengar itu, tunggu saja siapa yang akan dikuliti!” Nathan tidak menghiraukannya, malah m
“Bir Heineken edisi khusus yang kuhadiahkan pada Tuan Nathan, aku lihat sudah habis semua!” Ryzen menunjuk pada botol kosong.“Aku tidak meminum satu teguk pun, seseorang berkata bahwa Ryzen menghadiahkan bir itu padanya dan tidak mengizinkan aku meminumnya!” Nathan menatap Brandon yang ketakutan sambil tersenyum dingin.“Keparat, siapa yang meminum bir yang kuberikan pada Tuan Nathan? Cepat mengaku!” Ryzen menyapu pandangannya pada Tiago sekeluarga dengan marah.Kali ini, tatapan mereka semua beralih pada Brandon dengan wajah pucat ketakutan.“A-apa?” Kedua kaki Brandon gemetar, ketakutan setengah mati. “A-aku tidak mengatakannya, kalian yang mengira begitu, tidak ada hubungannya dengan aku!”Pamor Ryzen bagaikan guntur, sekarang dia menyinggung Ryzen, bukankah namanya cari mati.“Ternyata kamu?! Siapakamu, kamu berhak menerima hadiahku?” Ryzen maju dua langkah ke hadapan Brandon, dan langsung mencengkeram kerah baju Brandon/ “Muntahkan keluar bir itu!”BUGH!Pukulan Ryzen menghantam
“Tuan Nathan, terima kasih telah menolongku saat itu,” ujar Martin membahas kejadian investor itu. “Selain itu, saya ingin Anda memaafkan Frans si bocah brengsek itu!”Mendengar permintaan yang tulus dari Martin, Nathan hanya tersenyum mengangguk. “Tuan Martin, Anda tidak perlu sungkan seperti itu, masalah Frans, asalkan dia tidak mencari masalah denganku lagi, semuanya akan baik-baik saja.”Setelah mereka berbincang cukup lama, Nathan memutuskan untuk meninggalkan kafe tersebut.***Ketika Nathan meninggalkan restoran, melihat orangtuanya sedang bergegas kemari.“Nathan, kamu baik-baik saja?” Maria bertanya, keringatan.“Ma, aku baik-baik saja, mengapa kalian kembali kesini?” Nathan bertanya dengan ekspresi tak mengerti.“Kami takut terjadi sesuatu padamu, aku dan ayahmu mengumpulkan sedikit uang, entah cukup atau tidak untuk membayar makanan itu ….”Maria membuka tas tangannya, di dalamnya terdapat uang tunai yang sepertinya sudah lama tersimpan. Dan, mereka juga meminjam sejumlah u
Di dalam kamarnya, detak jantung Nathan hampir terhenti, dia bisa menebak apa yang ingin dibicarakan orang tuanya. Benak Nathan berkecamuk, dia tidak ingin mengakui dirinya adalah anak pungut, tapi hatinya juga ingin mengetahui siapa orangtua kandungnya. Setelah ragu sejenak, Nathan berjalan keluar.Saat ini Maria dan David sudah duduk di sofa, mereka tidak bersuara, suasana sedikit menegang, di hadapan Maria terdapat sebuah kotak kayu kecil yang indah.“Ma, Pa .…” Nathan memanggil kedua orang tuanya itu.“Duduklah!” David mempersilakan Nathan untuk duduk, lalu menghisap rokok dengan kuat, sambil berkata. “Nathan, kamu sudah dewasa, sehingga ada beberapa hal yang harus kita beritahu padamu.”Sampai disini, David tidak lagi bersuara, dan mengalihkan pandangannya pada Maria yang duduk di sampingnya, dan tatapan Maria malah menghindarinya, dia juga tidak ingin dirinya yang memberitahu Nathan. Tidak ada yang ingin membuka suara, sehingga saling berdiam diri.“Ma, Pa, tidak peduli apapun i
Tak lama setelah sambutan itu, sebuah vas kaca setinggi lebih dari seorang manusia dengan pola berbunga yang anggun dibawa ke panggung. Saat itu, mata Zayn langsung menyala. Dalam satu ronde pertarungan sengit di antara penawaran, Zayn berhasil memenangkan vas itu dengan harga mencapai 200 juta. Ronde demi ronde berlangsung, barang kedua, ketiga, dan seterusnya sampai Zayn tak mampu menahan kegembiraannya dan mulai menawar dengan semangat seperti orang gila.Penawarannya yang agresif membuat mata Zayn bahkan mulai merah, dan suasana ruangan pun dipenuhi sorak-sorai kekaguman. Bahkan para hadirin kaya yang hadir pun terlihat terpesona, begitu pula Kaidar yang tampak terkejut.Sentinel yang duduk di baris depan tak bisa menyembunyikan tatapan tajam penuh perhitungan kepada Zayn.“Sungguh, kakek, sudah cukup! Berapa banyak yang telah kau habiskan? Uang yang Nathan berikan sudah lenyap semua,” ujar Beverly dengan segera sambil menarik sudut baju Zayn.Terpana oleh teguran Beverly, Zayn te
Nathan kini mulai mengagumi pemilik kapal pesiar mewah itu dengan tatapan kagum. Rombongan mereka dipandu oleh pelayan, hingga tiba di lokasi pelelangan yang sudah dipadati oleh para kolektor kaya. Suasana penuh kemewahan dan eksklusivitas jelas terpancar, di mana yang memiliki uang banyak berarti juga kemampuan untuk berinvestasi pada barang antik yang bernilai tinggi.Karena aturan pelelangan, setiap peserta harus menyetor uang jaminan terlebih dahulu. Tanpa ragu, Zayn pun menyetor lima ratus juta rupiah, lalu kerumunan itu pun melangkah masuk ke ruang pelelangan. Setelah menemukan area yang relatif terpencil, semua peserta duduk menanti dimulainya lelang.Nathan memperhatikan dengan seksama, Kaidar dan Ramos pun telah hadir, meski mereka memilih duduk agak jauh darinya.Sementara itu, Zayn tampak sangat gembira, terus menggosok telapak tangannya sambil berbisik kepada Kevin. “Kalau nanti ada barang bagus dan uangku belum mencukupi, dukunglah aku, ya!”Kevin pun menanggapi dengan se
“Tuan Muda Kaidar, jangan khawatir. Begitu Nathan tiba di Pulau Draken, naga Yin pasti akan muncul. Tubuh Nathan menyimpan Batu Mata Naga dari naga Yang, sementara naga Yin kini berada dalam kondisi terlemah. Asal kita kalahkan naga Yin dan ambil Batu Mata Naga miliknya, lalu singkirkan Nathan untuk merebut Batu Mata Naga dari naga Yang, menyatukan kedua batu itu, maka kekuatan tak terkalahkan akan terlahir!”Ramos menambahkan dengan nada penuh keyakinan. “Banyak keluarga menganggap batu itu tak berguna, tanpa tahu bahwa penyatuannya adalah kunci segalanya. Tuan Muda Kaidar, bayangkan jika kau menterap kedua batu itu, kekuatannmu akan melesat ke tahap Villain yang tak tertandingi!” Tatapan Ramos menyala, menyampaikan ambisi yang membara.Mendengar itu, Kaidar tertawa terbahak. “Hahaha …. begitu aku menguasai Batu Mata Naga dan mencapai tahap Villain, aku akan pastikan Keluarga Herton mendapat tempat layak di Kota Moniyan!”“Terima kasih, Tuan Muda Kaidar!” balas Ramos dengan hormat, m
Nathan, meskipun terlihat kaku, menyapa mereka dengan suara berat. “Tak kusangka bertemu di sini. Semalam, kami kebetulan bertemu dengan Beverly, dan kini, tampaknya takdir mempertemukan kita lagi,” ucap Zayn dengan nada terkejut namun hangat.Di antara percakapan yang canggung namun penuh makna, jelas bahwa perjalanan hari itu tidak hanya tentang perjalanan ke dermaga atau kapal pesiar mewah, melainkan tentang pertemuan kembali, janji yang tak terucapkan, dan benih-benih konflik yang perlahan mulai tumbuh.“Tuan Nathan, mengapa kamu dan Nona Beverly bisa berada di Pulau Draken tanpa didampingi?” tanya Ryzen dengan nada bingung.Nathan terdiam sejenak, terpana menghadapi pertanyaan itu. “Sebenarnya, aku datang sendiri, tanpa sepengetahuanku bahwa Beverly juga ikut,” jawabnya dengan nada ragu.Beverly kemudian menyahut. “Aku tiba diam-diam, tanpa sepengetahuan Nathan!” Mendengar itu, wajah Nathan semakin memucat, sementara matanya menyiratkan kebingungan yang mendalam.Tak lama kemudi
Di lantai depan hotel, ketika Beverly tengah mengurus administrasi check-in, terdengar panggilan lembut dari balik keramaian. Beverly menoleh dan mendapati Zayn—sang kakek—menghampirinya dengan senyum hangat.“Kakek? Kenapa kamu di sini?” seru Beverly, mendekat dan memeluknya dengan erat.“Aku dengar tentang tempat wisata baru di Kota Mantik—Pulau Draken. Empat musim yang seakan musim semi abadi dan pemandangan yang menakjubkan membuatku tak tahan tinggal di Kota Vale. Aku pun mengajak Kevin untuk berjalan-jalan,” jelas Zayn sambil terkekeh ringan.Tak lama kemudian, suara Kevin bergabung dalam percakapan, diikuti oleh Ryzen dan Nichole yang tampak pulih dari cederanya.“Nona Beverly, bagaimana kabarmu?” sapa mereka dengan penuh kehangatan.Beverly tersenyum, meski dalam hatinya ada kekhawatiran. “Aku hanya ingin melihat-lihat, karena aku dengar Nathan dan yang lainnya tidak ikut serta kali ini.”Rasa heran menggelayuti Zayn. “Apa maksudmu? Apakah ada perselisihan antara kamu dan Nat
Di luar, di gang sempit di samping Martial Shrine, suasana berubah menjadi tegang. Kaidar menatap Nathan dengan tatapan campur aduk antara kekhawatiran dan ejekan ringan. “Ingat, besok kau harus menepati janjimu padaku!” ucapnya sebelum menghilang dalam bayang-bayang malam.Nathan pun terdiam, berdiri terpaku selama setengah jam sebelum melangkahkan kakinya untuk kemabli ke kepolisian. Setiap langkah kakinya seakan terbebani oleh keraguan dan beban rasa bersalah atas Sarah yang kini terkurung di balik jeruji besi Martial Shrine. Kepulangannya ke markas kepolisian disambut oleh tanya cemas Milan. “Tuan Nathan, apakah Nona Sarah sudah aman?”Dengan suara serak, Nathan mengangguk. “Ya!” meski hatinya hancur melihat kekangan yang menimpa wanita yang dicintainya.Tak lama kemudian, Beverly muncul dengan langkah cepat. “Nathan, apakah Sarah dalam keadaan baik?” tanyanya, matanya memancarkan keprihatinan mendalam.Nathan, yang masih tersisa bara amarah atas kekejaman Martial Shrine, hanya b
“Kita hanya punya waktu tiga menit. Cepat, ruangannya ada di ujung sana!” peringatan Kaidar menggema, menyatu dengan desiran napas Nathan yang semakin cepat.Dengan langkah tergesa, Nathan berlari menuju sel paling ujung. Di balik pintu jeruji, pandangannya bertemu dengan sosok yang membuat seluruh tubuhnya tersentak: Sarah, terbaring di ranjang dengan fasilitas mewah yang tak seharusnya ada di penjara bawah tanah.“Sarah!” teriak Nathan, suaranya penuh kelegaan dan harapan.Mendengar panggilannya, Sarah melompat dari ranjang dan segera meraih tangan Nathan dengan erat, senyuman cemas tersamar di wajahnya. “Bagaimana bisa kamu masuk ke sini?” tanyanya dengan penuh kekaguman dan kekhawatiran, meski rasa lega karena melihatnya selamat mulai muncul.“Aku dibawa oleh seseorang,” jawab Nathan singkat, menahan diri dari mengungkapkan terlalu banyak agar tidak membuat Sarah khawatir. Namun, mata Nathan berkilau dengan aura membunuh yang hampir tak terselubungi, seolah mengancam.“Sial, auram
“Bayarannya, kamu harus menemani kami ke pulau Draken!” ujar Kaidar, suaranya berubah datar namun penuh misteri.Nathan tercengang, dia tak pernah menyangka bayaran yang diminta setinggi itu. “Pergi ke pulau Draken?” tanya Nathan, nada suaranya mengandung keheranan. “Naga Yang dan naga Yin di sana telah melewati masa kemunculan, dan aku telah menaklukkan naga Yang. Batu mata naganya kini milikku. Lantas, untuk apa kita kembali ke sana?”Kaidar menatap tajam, tak mau menunda lagi. “Kamu tak perlu tahu seluk-beluknya. Cukup jawab, bersedia atau tidak! Ingat, kekuatan kalian di sini masih jauh dari puncak. Kalau kalian menyerangku, aku tidak akan menahan diri.”Dalam sekejap, bayangan kekuatan beberapa sosok seorang puncak penguasa Ingras tingkat akhir, dan Ramos yang setidaknya berada pada tahap puncak penguasa Ingras tingkat akhir, menyeruak dalam pikiran Nathan. Dia sadar betul bahwa melawan mereka bukanlah pilihan.“Tenanglah, hanya aku dan Tuan Ramos yang akan ikut. Jika kelak kami
“Kedatanganku kali ini bukan untuk mengganggumu, melainkan untuk membantumu,” jawab Kaidar sambil tersenyum samar, seakan mencoba menenangkan ketegangan yang mulai terasa.“Membantuku? Bagaimana caramu?” Nathan mengernyit, waspada.Baru saja Bachira datang dengan peringatan, dan kehadiran Kaidar terasa terlalu kebetulan.“Saudara Nathan, aku sudah berjalan jauh. Bukankah lebih baik berbicara di tempat yang nyaman daripada di halaman terbuka?” ujar Kaidar, seraya melangkah masuk bersama rombongannya ke dalam kamar Nathan.Begitu memasuki ruangan, mata Kaidar langsung tertuju pada lukisan aliran sunyi di hamparan yang abadi. Tatapan yang tadinya ramah berubah menjadi penuh keserakahan. Merasakan bahaya, Nathan segera menyembunyikan lukisan itu ke dalam cincin ruang yang dikenakannya.Kaidar menatap cincin ruang tersebut dengan mata yang semakin menyala."Tuan Muda Kaidar, apakah kamu tidak ingin memperkenalkan rombonganmu?" tanya seorang pria pendek di sampingnya.Kaidar pun segera memp