Kapal menepi di sebuah pulau. Para kandidat seketika terbangun ketika mendengar suara Paul, bergegas menuruni kapal. Mereka mengamati keadaan sekitar yang gelap.“Di mana kita sekarang?” tanya Lily. “Kita tampaknya berada di pulau asing kembali.” Sasa memutar tubuh seraya mengamati sekeliling. “Aku cukup ketakutan sekarang. Pulau ini lebih menakutkan dibandingkan pulau sebelumnya.”“Jam tiga pagi dan kita berada di pulau tidak berpenghuni sekarang.” Reynald tertawa. “Aku tidak akan pernah melupakan pengalaman ini seumur hidupku.”“Ada sebuah bangunan di dekat pantai. Aku yakin kita akan mendapatkan informasi di sana,” ujar Althon. Philip berkata, “Tuan Paul sama sekali tidak mengatakan apa pun, selain memberi tahu kita sudah sampai dan menyuruh kita segera turun.”Philip dan Reynald saling bertatapan sesaat.Althon dan para kandidat berjalan menuju sebuah bangunan. Suasana begitu hening. Hanya suara deburan ombak dan serangga malam yang terdengar. “Tidak ada siapa pun di luar bang
Sosok pria bertopeng hitam berlari di sebuah lorong panjang, melemparkan benda apa pun di dekatnya untuk menghalangi jalan Raka dan yang lain. Pria itu berbelok ke kiri, mendobrak kaca jendela, melayang di udara sementara waktu. Ia mendarat di tanah dengan sempurna, melemparkan sesuatu ke arah jendela. Saat Raka, Reno, dan pasukan Zack tiba, sebuah bola mendadak meledak dan mengeluarkan asap. Raka dan Reno melompat ke bawah seraya menahan napas, mengejar pria bertopeng itu secepat mungkin. Pasukan bergegas mengejar mereka dari belakang. Pria bertopeng itu berlari di antara batu-batu, melompat ke bawah tebing tanpa ragu. Ia mendarat di atas sebuah pohon saat Raka, Reno, dan pasukan tiba di sisi tebing. Pasukan segera mengejar sosok itu, melompati tebing, mendarat di beberapa pohon. Tak lama setelahnya, terdengar suara tembakan yang bersahutan, disusul oleh kawanan burung yang bergerak menjauh. Raka mengamati pengejaran di sisi tebing, mengepalkan tangan erat-erat. Ia mengangkat pa
“Apa maksudmu, Philip? Bukan saatnya kita menentukan pemimpin di antara kita sekarang. Kita harus segera mencari petunjuk secepatnya. Aku yakin kau tahu apa yang sedang terjadi pada kita sekarang,” ujar Reynald.“Apa kau berpikir untuk menjadi pemimpin?” tanya Reynald.Althon dan para kandidat menatap Philip. “Aku tahu apa yang terjadi pada kita sekarang sehingga aku mengusulkan untuk memilih seorang pemimpin di antara kita. Kita harus bekerja sama sekarang, dan kita membutuhkan seorang pemimpin agar rencana kita berjalan lancar. Kita hanya akan membuang-buang waktu jika bekerja sendiri-sendiri,” jelas Philip. “Lalu, siapa menurutmu yang pantas menjadi pemimpin, Philip?” tanya Sasa. Reynald tersenyum. “Siapa pun pemimpinnya haruslah orang yang paling pintar, berpengalaman, dan pantang menyerah di antara kita semua. Kita bisa memilih pemimpin berdasarkan urutan pemenang dalam ujian.”Para kandidat menatap Philip dan Lily bergantian.Philip berkata, “Aku setuju denganmu, Reynald. Kit
Althon membawa ular ke luar ruangan, menempatkan binatang itu ke sebuah tong besar, menutupnya dengan rapat. Ketika ia memasuki ruangan, semua kandidat sedang membaca pesan. “Aku sudah menyimpan ular itu ke dalam sebuah tong besar. Menjauh dari tong itu dan jangan pernah membuka tutupnya.” Althon memeriksa ponsel. Sebuah suara terdengar dari arah pantai. Para kandidat bergegas keluar, melihat sebuah kapal menepi. Eric dan para bawahannya menuruni tangga. “Selamat pagi, para kandidat. Aku sungguh menyesal karena aku tidak bisa membangunkan kalian. Aku harus pergi ke sebuah tempat bersama para bawahanku. Apa kalian sudah sarapan?” tanya Eric sembari menghampiri para kandidat. Para kandidat tampak lega ketika melihat dan para bawahannya. Meski demikian, mereka penasaran karena tidak melihat Paul dan para pengawalnya semenjak tiba di pulau. “Kami sudah sarapan, Tuan,” ujar Lily. “Aku sangat lega mendengarnya. Aku tentu tidak ingin melihat kalian kelaparan selama kalian mengikuti sel
[Althon, tolong aku][Seorang pria menggangguku][Aku berada di Star Heavan sekarang][Aku takut]Althon bergegas keluar dari kedai makanan ketika mendapatkan pesan dari kekasihnya, Alicia. Ia menaiki sepeda listrik, memakai helm, bersiap pergi.Pemilik kedai tiba-tiba keluar dari pintu. “Ke mana kau akan pergi, brengsek? Kau harus mengantarkan pesanan penting sekarang.”“Maafkan aku, Tuan. Aku harus pergi sekarang. Seorang pria brengsek menganggu kekasihku, dan dia membutuhkanku sekarang.” Althon memacu sepeda listrik ke jalan raya.“Akulah yang membutuhkanmu sekarang! Jika kau tidak kembali dalam hitungan tiga, aku akan memecatmu! Hei!”Althon melemparkan topi ke arah pria botak itu. “Aku berhenti.”Althon mengabaikan ocehan pemilik kedai, menyalip beberapa kendaraan dengan cepat. Ia dan Alicia sudah berpacaran selama empat bulan. Alicia sangat cantik dan menawan, dan ia beruntung karena wanita itu mau menerimanya sebagai kekasihnya meski ia hanya bekerja sebagai pengirim makanan de
“Pergilah, Althon,” ujar Agnes, salah satu sahabat baik Alicia. “Jangan menghancurkan pesta ini dengan kehadiranmu. Lihatlah dirimu. Kami datang dengan pakaian mewah, sedangkan kau datang dengan seragam kerjamu yang kotor dan bau.”“Pergilah sebelum aku menghajarmu!” Kevin, salah satu sahabat Alvin, berteriak. Ia mendadak diam ketika Althon menatapnya tajam.Althon menggertakkan gigi, berusaha mengendalikan napas yang memburu. Ia memang sering mendapatkan perlakukan tidak adil dan dipermalukan di depan umum, tetapi ia tidak menerima hal ini.Althon mendekati Alicia dan Alvin.“A-apa yang akan kau lakukan, brengsek? Pergi dari tempat ini sekarang!” Alvin mundur selangkah. Ia takut saat melihat tatapan dingin Althon. Ia berhenti merundung Althon setelah pria itu menghajar para pengawal dan teman-temannya ketika masa sekolah dulu. Ia hanya berani merundungnya melalui hinaan.“Alicia, apakah kau mempermainkanku selama ini?” tanya Althon.Alicia memutar bola mata. “Jika aku memang memperma
Althon mengembus napas panjang untuk kesekian kalinya. “Dengarkan aku baik-baik, Tuan. Aku sudah menjalani hari ini dengan sangat buruk, dan aku berharap kau tidak membuat hariku menjadi lebih buruk lagi dengan sandiwaramu. Hentikan sandiwaramu dan segera tangkap aku.”“Tuan Muda, kami datang bukan untuk menangkap Anda. Kami datang untuk mengantar Anda bertemu dengan kakek Anda. Kami bukanlah suruhan pria bernama Alvin seperti yang Anda duga,” ujar pria berusia tiga puluh tahunan.Althon memijat kepalanya yang pening. “Kau benar-benar keras kepala.”“Tuan Muda, sentuh cincin Anda selama tiga detik hingga cincin itu bekedip beberapa kali. Anda akan mendapatkan informasi mengenai Anda.”“Berjanjilah untuk berhenti bersandiwara setelah aku melakukan permintaan konyolmu.” Althon menyentuh cincin selama tiga detik. Ia terkejut ketika sebuah layar hologram tiba-tiba muncul di hadapannya. “Apa ini?”Althon menyentuh layar hologram, tetapi tangannya justru menembus layar. Ia membaca informasi
Anthony tiba-tiba berlari dan memeluk Althon sangat erat. Pria tua itu menangis sesegukan. Ia seperti mendapatkan kekuatan setelah mendengar Alan menemukan cucunya yang sudah lama menghilang.Anthony memangis ketika melihat Althon untuk pertama kalinya. Ia sudah mencari cucunya selama bertahun-tahun. Harapannya semakin menipis bersamaan dengan kondisinya yang semakin menurun. Akan tetapi, doanya untuk bertemu dengan Althon akhirnya terkabul.“Althon, aku sangat bahagia kau kembali. Harapanku akhirnya menjadi kenyataan.”“Kakek?” Althon memanggil dengan suara kecil. Ia masih bingung, tetapi ia membalas pelukan Anthony. “Kakek.”Anthony melepas pelukan, menatap Althon lekat-lekat, mengelus pipi cucunya berkali-kali. “Kau sangat mirip dengan ayahmu, Althon.”“A-apa benar aku adalah cucumu?” Althon menoleh pada Alan dan para pengawal yang masih membungkuk. “A-aku … aku ….”“Kau memang cucuku. Kau mewaris fisik ayahmu, tapi kau memiliki mata ibumu.” Anthony menggenggam tangan Althon. “Aku
Althon membawa ular ke luar ruangan, menempatkan binatang itu ke sebuah tong besar, menutupnya dengan rapat. Ketika ia memasuki ruangan, semua kandidat sedang membaca pesan. “Aku sudah menyimpan ular itu ke dalam sebuah tong besar. Menjauh dari tong itu dan jangan pernah membuka tutupnya.” Althon memeriksa ponsel. Sebuah suara terdengar dari arah pantai. Para kandidat bergegas keluar, melihat sebuah kapal menepi. Eric dan para bawahannya menuruni tangga. “Selamat pagi, para kandidat. Aku sungguh menyesal karena aku tidak bisa membangunkan kalian. Aku harus pergi ke sebuah tempat bersama para bawahanku. Apa kalian sudah sarapan?” tanya Eric sembari menghampiri para kandidat. Para kandidat tampak lega ketika melihat dan para bawahannya. Meski demikian, mereka penasaran karena tidak melihat Paul dan para pengawalnya semenjak tiba di pulau. “Kami sudah sarapan, Tuan,” ujar Lily. “Aku sangat lega mendengarnya. Aku tentu tidak ingin melihat kalian kelaparan selama kalian mengikuti sel
“Apa maksudmu, Philip? Bukan saatnya kita menentukan pemimpin di antara kita sekarang. Kita harus segera mencari petunjuk secepatnya. Aku yakin kau tahu apa yang sedang terjadi pada kita sekarang,” ujar Reynald.“Apa kau berpikir untuk menjadi pemimpin?” tanya Reynald.Althon dan para kandidat menatap Philip. “Aku tahu apa yang terjadi pada kita sekarang sehingga aku mengusulkan untuk memilih seorang pemimpin di antara kita. Kita harus bekerja sama sekarang, dan kita membutuhkan seorang pemimpin agar rencana kita berjalan lancar. Kita hanya akan membuang-buang waktu jika bekerja sendiri-sendiri,” jelas Philip. “Lalu, siapa menurutmu yang pantas menjadi pemimpin, Philip?” tanya Sasa. Reynald tersenyum. “Siapa pun pemimpinnya haruslah orang yang paling pintar, berpengalaman, dan pantang menyerah di antara kita semua. Kita bisa memilih pemimpin berdasarkan urutan pemenang dalam ujian.”Para kandidat menatap Philip dan Lily bergantian.Philip berkata, “Aku setuju denganmu, Reynald. Kit
Sosok pria bertopeng hitam berlari di sebuah lorong panjang, melemparkan benda apa pun di dekatnya untuk menghalangi jalan Raka dan yang lain. Pria itu berbelok ke kiri, mendobrak kaca jendela, melayang di udara sementara waktu. Ia mendarat di tanah dengan sempurna, melemparkan sesuatu ke arah jendela. Saat Raka, Reno, dan pasukan Zack tiba, sebuah bola mendadak meledak dan mengeluarkan asap. Raka dan Reno melompat ke bawah seraya menahan napas, mengejar pria bertopeng itu secepat mungkin. Pasukan bergegas mengejar mereka dari belakang. Pria bertopeng itu berlari di antara batu-batu, melompat ke bawah tebing tanpa ragu. Ia mendarat di atas sebuah pohon saat Raka, Reno, dan pasukan tiba di sisi tebing. Pasukan segera mengejar sosok itu, melompati tebing, mendarat di beberapa pohon. Tak lama setelahnya, terdengar suara tembakan yang bersahutan, disusul oleh kawanan burung yang bergerak menjauh. Raka mengamati pengejaran di sisi tebing, mengepalkan tangan erat-erat. Ia mengangkat pa
Kapal menepi di sebuah pulau. Para kandidat seketika terbangun ketika mendengar suara Paul, bergegas menuruni kapal. Mereka mengamati keadaan sekitar yang gelap.“Di mana kita sekarang?” tanya Lily. “Kita tampaknya berada di pulau asing kembali.” Sasa memutar tubuh seraya mengamati sekeliling. “Aku cukup ketakutan sekarang. Pulau ini lebih menakutkan dibandingkan pulau sebelumnya.”“Jam tiga pagi dan kita berada di pulau tidak berpenghuni sekarang.” Reynald tertawa. “Aku tidak akan pernah melupakan pengalaman ini seumur hidupku.”“Ada sebuah bangunan di dekat pantai. Aku yakin kita akan mendapatkan informasi di sana,” ujar Althon. Philip berkata, “Tuan Paul sama sekali tidak mengatakan apa pun, selain memberi tahu kita sudah sampai dan menyuruh kita segera turun.”Philip dan Reynald saling bertatapan sesaat.Althon dan para kandidat berjalan menuju sebuah bangunan. Suasana begitu hening. Hanya suara deburan ombak dan serangga malam yang terdengar. “Tidak ada siapa pun di luar bang
Arnold membaca sebuah pesan dari bawahannya. Ia menggeser satu per satu gambar, menggertakkan gigi. “Dasar brengsek! Aaron adalah pelaku di balik kejadian penembakkan tadi! Dia membayar seorang penembak untuk menghabisiku!”Arnold melempar meja hingga terpental dan memecahkan guci. “Aku pasti akan menghabisimu dan keluargamu, Aaron.”“Ayah!” Alex bergegas memasuki ruangan setelah mendengar suara keributan dari dalam ruangan. Ia datang bersama beberapa pengawal. Para pengawal segera menyebar ke sekeliling, memeriksa keadaan. “Ayah, apa kau baik-baik saja? Apakah penembak sialan itu berusaha melukaimu kembali?” tanya Alex. “Tutup mulutmu,” ketus Arnold sembari duduk di sofa, mengembus napas panjang. “Keluar dari ruanganku sekarang juga!”“Ayah,” gumam Alex saat para pegawai meninggalkan ruangan. Ia berjalan menuju pintu, mengembus napas panjang. “Tunggu, Alex. Kau tetaplah berada di ruangan ini,” ujar Arnold tanpa menoleh, “Aku tahu siapa yang sudah mengirim penembak itu. Aaron adal
Semua kandidat sontak terkejut mendengar suara Paul. Mereka segera bersiap-siap. Para pelayan mereka bergegas merapikan semua barang.Althon memasuki ruangan lebih dahulu. “Mereka sedang beristirahat di saat Paul memberi perintah. Aku ingin melihat kesigapan mereka.”Philip memasuki ruangan, terkejut saat melihat Althon. “Asghar tiba lebih dahulu dibandingkan aku, padahal kamarnya berada cukup jauh dari ruangan ini. Aku mengira aku yang tiba lebih dahulu.”Reynald dan Randy memasuki ruangan nyaris bersamaan, disusul Lily, Sasa, dan dua kandidat wanita lain. Suasana ruangan tampak hening. Paul berkata dari ruangannya, “Kalian berkumpul dalam waktu kurang dari lima belas menit. Kalian memang pantas berada di babak delapan besar. Sayangnya, Star Company hanya membutuhkan satu orang kandidat yang akan menjadi CEO.”Paul menambahkan, “Kalian akan pergi ke sebuah tempat. Kalian bisa keluar dari gedung dan menaiki kapal. Kita akan berjumpa di tempat baru.”Althon dan para kandidat meninggal
Arnold, Aaron, dan Andy segera meningkatkan keamanan rumah mereka hingga ke level maksimal. Para penjaga berjaga di dalam dan luar rumah. Hujan masih mengguyur deras, menambah ketegangan hubungan di antara ketiga pria itu dan keluarga mereka. Pencarian pelaku masih terus dilakukan. Sayangnya, mereka belum mendapatkan informasi mengenai para pelaku dan sosok di belakangnya hingga sekarang. Arnold, Aaron, dan Andy berada di ruangan pribadi masing-masing, mengingat kejadian sore tadi. Mereka saling mencurigai satu sama lain, tetapi mereka masih belum bergerak sebelum mendapatkan bukti.Arnold, Aaron, dan Andy sama sekali tidak peduli dengan kondisi Anthony. Mereka lebih memikirkan keselamatan mereka dan keluarga mereka.Arnold termenung di sebuah ruangan, mengingat kejadian penembakkan sore tadi. Ia mengepalkan tangan erat-erat, menggebrak meja saat Alex akan memasuki ruangan.“Dasar bajingan! Siapa yang sudah memerintahkan penembak sialan itu di antara kalian berdua? Apakah kalian ber
Sopir seketika mengalihkan kemudi ke sisi jalan ketika beberapa pohon mendadak tumbang. Sayangnya, kondisi jalan yang licin membuat sopir itu kesulitan untuk mengendalikan kendaraan.“Brengsek!” geram Andy seraya berpegangan seerat mungkin. Ia terkejut saat melihat beberapa orang berlarian ke dalam hutan. “Siapa mereka?” Suara tembakan terdengar beberapa kali. Mobil di belakang nyaris bertabrakan jika sopir tidak pandai mengendalikan kendaraan. Sopir berhasil menghindari tabrakan dengan pembatas jalan di saat sebuah tembakan mendarat di kaca depan. Mobil berputar beberapa kali hingga akhirnya berhenti di tengah jalan. Andy sontak terdorong ke depan, mengendalikan napas yang terengah-engah. Peristiwa barusan berlangsung sangat singkat, tetapi ia merasakan keterkejutan hingga beberapa detik setelahnya. Suasana yang hening kembali riuh dengan hujan lebat dan petir. “Dasar bajingan! Aku melihat beberapa orang yang muncul dan lari ke hutan! Kejar dan seret mereka ke hadapanku!” perinta
Kondisi Anthony memburuk hingga pria itu tidak sadarkan diri. Beberapa dokter segera mengecek dan merawatnya. Alan mengamati Anthony dan para dokter di sisi ruangan. Ia mengirimkan pesan pada Arnold, Aaron, dan Andy mengenai kondisi Anthony.Arnold, Aaron, dan Andy hanya memandang ponsel mereka selama beberapa waktu. Mereka tidak menunjukkan ketakutan maupun kekhawatiran soal kondisi Anthony. Meski begitu, mereka bergegas membalas pesan. Arnold mendengkus kesal, menyimpan ponsel ke laci meja. “Aku kesal karena Alan mengganggu kesibukanku. Jika ayah meninggal, maka perlombaan ini akan gagal dan aku bisa mendapatkan Emerald Place. Aku akan menyingkirkan Aaron dan Andy setelahnya.”Arnold memeriksa beberapa dokumen, menggertakkan gigi sat mengambil ponsel. “Alan tidak membalas pesanku, padahal aku berharap mendapat kabar mengenai kondisi ayah yang semakin memburuk. Kenapa ayah sangat sulit mati?”Arnold terdiam begitu mengingat perbandingan perlakuan Anthony padanya dan Arthur selama i