Beranda / Pendekar / Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding / Munculnya Ajian Kuno yang sudah Punah

Share

Munculnya Ajian Kuno yang sudah Punah

Penulis: Ricky Wicaksono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Perguruan Racun Selatan?! Ah sial, kenapa mereka selalu muncul disaat yang tidak tepat," Sudarta langsung menendang kayu bakar yang berada di dekatnya. Dia berusaha menahan jarum beracun yang bergerak mengincar Arya dengan kecepatan tinggi.

"Hei nak, cepat menjauh!" Teriak Sudarta sambil mencabut pedangnya.

Arya mengangguk cepat, dia kemudian bergerak mundur, sambil menghindari lesatan beberapa jarum beracun yang lepas dari pengamatan Sudarta.

"Kakek, perhatikan sisi kananmu!!" Teriak Arya Wiratama cepat ketika teringat pada salah satu pendekar Racun Selatan yang dulu bersembunyi dibalik pohon dan berhasil membunuh Sudarta.

"Si... Sisi kanan?!!" Belum sempat Sudarta memahami ucapan Arya, lima pendekar Racun Selatan muncul dari segala arah dan langsung menyerang.

"Bedebah!!! Apa kalian hanya bisa bertarung dengan cara seperti ini!" Sudarta memutar tubuhnya di udara sebelum menyambut serangan mereka bersamaan.

"Jurus pedang Dewa Naga naik ke langit!"

"Tap!"

Saat serangan pedang mereka hampir berbenturan, salah satu pendekar Racun Selatan secara mengejutkan menarik serangannya tiba-tiba. Dia kemudian bergerak ke sisi kanan dan mengincar Arya yang berdiri tak jauh dari pertarungan.

"Gawat, dia mengincar anak itu ..." Sudarta berusaha menghadang pendekar itu. Namun belum sempat dia bergerak lebih jauh, sepasaang jarum beracun ausah melesat dari arah kanan persis seperti yang dikatakan Arya tadi.

Wajah Sudarta seketika berubah, dia kembali teringat pada teriakan Arya beberapa saat lalu, yang memintanya mengawasi sisi kanan.

"Anak itu? Apa mungkin ini hanya kebetulan?" Sudarta menarik paksa tangannya dan bergerak menghindari serangan jarum beracun yang hampir mengenai tangannya. Hal ini membuat pendekar Racun Selatan itu leluasa bergerak mendekati Arya.

"Anak itu terlihat lemah dan bodoh, sepertinya, aku bisa menjadikannya sandera untuk memaksa tua bangka itu menyerahkan kitab Naga Apinya....." Pendekar itu memusatkan tenaga dalam ditangan kanannya sebelum melepaskan jurus tapak ke Arya.

"Tapak Penghancur tulang!!!"

"A...Apa, dia mengincarku?!! Tunggu, bukankah seharusnya mereka bertarung dengan kakek tua itu," Arya mencoba bergerak menghindari serangan cepat itu, namun karena gerakannya sangat lambat, serangan tapak pendekar itu mendarat telak di tubuhnya.

"Gawat, aku lupa belum menguasai tenaga dalam di umur ... "

"Buagh!"

Arya langsung menjerit kesakitan, terlebih setelah energi tapak itu mulai menyebar keseluruh tubuhnya dan menekan urat nadinya.

"Kalian!!! Apa pantas cara kotor seperti ini dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai pendekar?!" Sudarta meningkatkan kecepatannya, dia berusaha menjauhkan dua orang yang terus menekannya.

"Jangan berlagak suci Sudarta, apa kau pikir aku tidak tau darimana kau mendapatkan kitab naga Api?!!" Balas lawannya.

Pertarungan ketiganya meningkat dengan cepat, walau kemampuan dua pendekar Racun Selatan itu masih berada jauh dibawah Sudarta, tapi gabungan serangan dan formasi jarum beracunnya cukup menyulitkan pria tua yang pernah menyandang gelar pemdekar terkuat sebelum dikalahkan oleh ketua Rajawali kembar.

"Jurus pedang Dewa Naga naik ke langit!"

"Formasi Jarum Beracun menghujam Bumi!"

Saat konsentrasi Sudarta sudah benar benar terfokus pada seragan pendekar Racun selatan, sebuah teriakan yang memekakan telinga terdengar di udara.

"Kau! Bagaimana kau bisa menghisap tenaga dalamku!!!"

"Menghisap tenaga dalam?!" Ucap Sudarta dan lawannya bersamaan.

"Kakang Setya!!" Para pendekar Racun Selatan tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang-layang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Arya.

"Cepat bantu aku, anak sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.

Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Arya. Namun, sekuat apapun dirinya berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit anak itu.

Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya.

"Menghisap tenaga dalam?! Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu...." Melihat tubuh Setya berubah keriput sebelum mengering dengan sangat cepat, para pendekar Racun Selatan itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya.

"Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian semua bisa ikut terbunuh jika menyentuhnya...." Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun terlambat. Tanpa tau betapa berbahayanya ajian misterius itu, mereka langsung mencengkram lengan Setya bersamaan dan menariknya.

"Kakang, bertahanlah! Kami akan….."

"Krak!"

Belum sempat para pendekar itu menyelesaikan ucapannya, tenaga dalam mereka tiba tiba terhisap keluar dengan kecepatan mengerikan.

"Apa-apaan ini…." Ketiganya menarik tangannya sekuat tenaga, tapi betapa terkejutnya mereka saat beberapa tulang tangannya patah dengan begitu mudah.

"Krak!!!"

Sudarta langsung memejamkan mata dan menutup indra pendengarannya ketika teriakan para pendekar itu berubah menjadi jerit kesakitan. Dia sadar, tak ada yang bisa dilakukannya untuk membantu para pendekar itu.

"Aku sudah memperingatkan kalian…." Ucap Sudarta menyesal.

Cukup lama Sudarta mematung dengan tangan terkepal, dan setelah suara jeritan para pendekar malang itu sudah benar benar menghilang, dia mulai memberanikan membuka matanya perlahan.

"Menghisap tenaga dalam dan energi kehidupan... Tidak salah lagi, ini adalah ajian kuno Penghancur Sukma Penghisap Energi...." Napas Sudarta tertahan saat menemukan tiga mayat pendekar Racun Selatan tergeletak disebelah tubuh Arya dengan kondisi memgering. Dia benar benar tidak menyangka hari ini akan melihat dengan mata kepala sendiri ajian kuno yang sudah dianggap punah itu.

"Siapa anak ini sebenarnya?! Dengan bakat alami dan ajian terkutuk yang bersarang di dalam tubuhnya, dunia persilatan akan hancur jika dirinya salah memilih jalan ...." Sudarta menarik nafasnya panjang, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan pada Arya.

Sempat terbersit dalam pikirannya untuk membiarkan Arya tewas oleh racun tapak penghancur tulang setelah melihat apa yang terjadi pada para pendekar Racun Selatan. Namun, dia langsung membuang jauh pikiran itu dan melangkah mendekati Arya yang masih tak sadarkan diri.

"Tidak…. Aku tidak boleh membunuh siapapun lagi setelah semua dosa yang telah kulakukan di masa lalu. Bakatnya memang sangat mengerikan, tapi bukan berarti dia pantas mati," Sudarta meraih tangan kanan Arya untuk memeriksa denyut nadinya.

"Lagipula, dalam kondisi terluka parah, racun itu akan tetap menyebar keseluruh tubuhnya dengan sangat cepat walau aku memberinya penawar," Wajah Sudarta tiba tiba berubah saat tak menemukan racun didalam tubuh Arya.

"Racunnya sudah menghilang? Tidak mungkin, bagaimana bisa, bukankah dia tadi terkena tapak Penghancur Tulang?" Sudarta melepaskan tangan Arya dan mundur beberapa langkah dengan wajah pucat.

"Apa mungkin ajian Penghancur Sukma penghisap energi yang menghilangkan racun mematikan itu .... " Sudarta menggelengkan kepalanya berkali kali seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya itu.

"Seberapa tinggi sebenarnya bakat anak ini, dan bagaimana bisa dia memguasai ajian milik suku Iblis Petarung yang sudah hancur ratusan tahun lalu itu."

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Musyafir Gendeng
lanjutkan .....
goodnovel comment avatar
Jawirianto02@gmail.com Jawir
mantap men..... lanjutkan
goodnovel comment avatar
Rasta Allen
tata bahasa masih bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Desa Karang Bambu

    Arya kembali merasakan sakit yang luar biasa diseluruh tubuhnya saat mendapatkaan kembali kesadarannya. Namun berbeda dari sebelumnya yang tidak bisa langsung bergerak karena kehabisan tenaga, kini, dia merasa tubuhnya begitu bugar seolah sudah tertidur cukup lama."A ... Aku masih hidup?!" Ucap Arya pelan sambil memeriksa dadanya yang terkena tapak penghancur tulang para pendekar Racun Selatan."Oh kau sudah sadar? Kupikir akan butuh waktu beberapa hari untukmu siuman,""Beberapa hari?!! Memangnya, sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?" Balas Arya pelan sambil menoleh ke arah Sudarta yang duduk tidak jauh darinya."Sepertinya empat atau lima jam," Jawab Sudarta cepat."Hanya empat jam?!! Tapi bagaimana mungkin, aku bahkan merasa tubuhku begitu bugar dan...""Para pendekar yang menyerang kita tadi, adalah anggota Racun Selatan yang mengincarku dan sekarang, kau sudah terlibat dalam masalah ini.. Jika dirimu tidak memiliki tujuan, ikutlah denganku karena mereka pasti akan mengincarm

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Kelompok Sayap Iblis

    "Kenapa? Apa kau bisa menebak orang yang akan kutemui?!!" Wajah Sudarta berubah serius ketika melihat reaksi terkejut Arya."Ah tidak guru, aku hanya terkejut guru memiliki kenalan di desa kecil ini... " Jawab Arya sambil memasang wajah polos.Sudarta kembali terdiam saat melihat wajah Polos Arya Wiratama. Dia mulai merasa bersalah karena sempat curiga pada anak itu."Sepertinya, aku sudah terlalu berlebihan mencurigai anak ini," Ucap Sudarta dalam hati sebelum mengajak Arya menuju desa kecil, yang terlihat dikejauhan itu."Seseorang yang kutemui ini adalah teman masa kecilku. Lagupula tidak ada larangan bagi seorang pendekar untuk berteman dengan siapa saja, termasuk orang biasa selama bukan berasal dari aliran hitam," Jawab Sudarta pelan.Arya tampak tersenyum kecil, walau Sudarta merendah dengan mengatakan temannya itu orang biasa, tapi dia tahu sosok yang akan mereka temui kali ini bukan orang biasa."Anggara Dwipa ... Jika aku boleh menebak, pendekar jenuis itu yang akan ditemuin

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Berlatih Kembali

    Arya berjalan keluar gubuk dengan wajah gontai, dia terlihat kecewa sekaligus bingung, ketika Sudarta secara tiba-tiba memintanya keluar karena ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Anggara.Hal ini jelas membuatnya kecewa karena kedua pendekar itu sedang membicarakan Iblis Petarung yang menjadi petunjuk Kamandaru."Ada apa ini sebenarnya? Apa mungkin guru memiliki petunjuk lain tentang Kamandaru?!" Tak punya pilihan lain, Arya Wiratama memutuskan berkeliling Desa untuk mencari udara segar. Dia masih ingat ada sungai disisi Utara desa yang pemandangannya indah di malam hari.Setelah bertanya beberapa hal pada Singgih tentang keberadaan Sungai itu, Arya langsung memutuskan pergi."Iblis Petarung .... Apa mungkin mereka sering berhubungan dengan pendekar Kamandaru?!!" Sepanjang perjalanan menuju sungai, Aryaa merenungkan banyak hal termasuk mmikirkan langkah berikutnya yang akan diambil setelah meninggalkan Desa kecil itu. Dia merasa situasi kali ini menjadi begitu rumit, karena

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Alang-Alang Kumitir

    Perjalanan Sudarta dan Arya setelah singgah semalam di desa Karang Bambu tak menemui masalah berarti. Hal ini terjadi karena mereka sudah memasuki wilayah aliran putih. Dan, setelah keduanya berjalan hampir tiga hari, sebuah perguruan megah yang menjadi tujuan mulai terlihat dikejauhan."Arya, tempat itu yang akan menjadi rumah barumu mulai hari ini," Tunjuk Sudarta, sambil mempercepat langkah kakinya.Arya Wiratama langsung mengangguk penuh semangat. Walau dikehidupan sebelumnya dia tak pernah mengenal para pendekar Alang-Alang Kumitir karena mereka hancur beberapa saat setelah kematian Sudarta. Namun tak ada yang bisa membantah kehebatan mereka di masa lalu dan ini membuat Arya menjadi semangat."Aku akan berlatih dengan keras, dan mencegah mereka dihancurkan. Setelah itu, baru menyusun rencana melacak para pendekar Kamandaru," Tekad Arya dalam hati.Arya kemudian melangkahkan kaki sambil memgepalkan kedua tangan. Mulai saat ini dia akan berusaha lebih keras dari sebelumnya agar bis

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Awal Petualangan

    "Ah gawat, aku terlambat ..." Arya langsung melompat dari atas tempat tidur, saat melihat sinar matahari sudah masuk ke dalam kamarnya. Dia kemudian berbegas menyambar pakaian dan pedang kayunya, sebelum berlari kearah pintu."Paman Dharma pasti akan marah besar padaku. Padahal, baru tadi malam aku ...""Kau pasti tidur larut malam lagi! Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak tidur terlaru larut?" Seorang gadis muda yang tak lain adalah Ayu langsung memasang wajah kesal saat melihat Arya keluar dari kamarnya.Arya langsung tersenyum kecut, dia kemudian merapihkan pakaiannya dan menutup pintu kamarnya."Apa ini waktu yang tepat untuk memahariku? Guru dan yang lainnya pasti sudah menunggu di gerbang utama," Tanpa mempedulikan tatapan tajam Ayu, Arya langsung berlari sambil menyelipkan pedang kayunya dipinggang."Hei tunggu, aku belum selesai bicara!" Teriak Ayu cepat."Tidak sekarang, kita berdua bisa dimarahi habis-habisan jika paman Dharma menunggu terlalu lama...." Balas Arya.Ayu

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Insting Arya Wiratama

    "Tunggu kek, bukankah kita harusnya mengambil jalur selatan menuju desa Karang Anyar?" Arya masih larut dalam pikirannya sendiri, saat terikan Ayu kembali terdengar. Dia kemudian tersenyum kecil, sebelum menghitung sesuatu nenggunnakan jari tangannya. "Ini sudah kelima kalinya gadis itu memprotes keputusan guru yang lebih memilih jalur hutan dari pada harus melewati jalanan utama. Sepertinya, gadis ini tidak mudah menyerah...." Ucap Arya dalam hati. "Nona, tolong rendahkan nada bicara anda jika sedang..." "Kenapa?! Apa paman akan menghukumku lagi karena berteriak pada kakekku?! Sudah hampir tiga hari ini aku tidak bisa mandi, karena dia lebih memilih melewati jalur hutan ..." Potong Ayu cepat. "Nona, tolong mengertilah. Ketua memilih jalur hutan agar gerakan kita tidak terdeteksi oleh aliran hitam," Dharma mencoba menjelaskan maksud Sudarta, yang lebih memilih jalur tikus dari pada jalan utama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, Ayu terus menyanggah dan mengakatan jika tak ad

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Terjebak dalam Formasi Musuh

    "Tak ada waktu lagi untuk berpikir, pendekar itu bisa saja menyerangnya saat aku pergi mencari bantuan...." Setelah cukup lama mengamati posisi pendekar itu dari balik pohon, Arya Wiratama akhirnya memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya. Selain karena memikirkan nyawa Ayu yang bisa saja melayang ketika dia pergi mencari bantuan, Arya merasa masih mampu mengimbangi atau paling tidak, mengulur waktu sampai Dharma datang jika pendekar misterius itu menyerang tiba-tiba. "Saat ini, paman Dharma pasti sedang mencari kami," Ucap Arya dalam hati, sebelum berjalan kearah Ayu. "Ah, disini kau rupanya... Ayo kita kembali. Apa kau tau jika guru, dan yang lainnya mengkhawirkanmu?" Arya berteriak kencang, sambil sesekali melirik ke arah pepohonan yang ada di sisi kanannya. Ayu sempat menoleh kearah sumber suara itu, namun dirinya kembali memalingkan wajahnya saat melihat Arya berjalan mendekat. "Pergilah, aku akan kembali setelah suasana hatiku membaik.." Jawab Ayu datar. "Tidak.

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Arya Melawan

    "Hei, sialan! Akulah lawanmu!"Arya berlari keluar dari tempat persembunyiannya sambil menarik pedangnya. Dia bergerak lincah, menghindari belasan panah yang menghujaninya, sebelum melesat kearah pepohonan besar di sisi kirinya."Keluar kalian!! Apa ini cara bertarung Kalajengking Perak!" Teriakan Arya yang menggema ke seluruh penjuru hutan akhirnya berhasil menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali Ayu yang sedang disibukkan oleh serangan lawannya."Ah, si bodoh itu .... Hei, Arya hentikan! Apa yang kau lakukan!!" Ayu sempat menoleh ke arah Arya sesaat, namun belum sempat dia bereaksi lebih jauh, dua pendekar yang menyerangnya sudah melepaskan serangan ke celah pertahanannya.Ayu berusaha menahan serangan cepat itu sekuat tenaga, namun salah satu pendekar tiba-tiba berputar ke sisi kiri dan melepaskan tendangan keras."Buagh!"Tubuh Ayu terdorong beberapa langkah kebelakang sebelum langsung dusambut hujanan anak panah dari sisi kirinya."Ayu!!" Melihat Ayu terpelanting diantara

Bab terbaru

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Kandamanik

    "Tunggu, tolong jangan salah paham! Aku datang dengan damai dan berniat menawarkan jalan keluar pada kalian!"Arya segera menghentikan langkahnya saat melihat para pemanah Tringgani sudah bersiap melepaskan anak panah beracunnya. Dia kemudian meletakkan pedangnya di tanah untuk meyakinkan mereka jika dirinya Benar-benar tak berniat menyerang."Kumohon tetua, pertempuran terbuka seperti ini tidak akan menghasilkan apa-apa selain permusuhan. Aku takut kalian justru akan mendapat masalah baru jika mekaksa menghancurkan desa ini.." Lanjut Arya sambil mengamati para pendekar suku Trenggani untuk mencari keberadaan Kandamanik."Masalah baru?!!! Apa kau pikir aku peduli pada semua itu?" Sahut salah satu pendekar suku Trenggani sambil melompat turun dari atas gajah yang ditungganginya."Ka... Kandamanik?" Arya langsung meningkatkan kewaspadaannya, saat mengenali pria berbadan besar itu. Dia tampak terkejut karena di usia yang masih sangat muda, Kandamanik sudah memiliki hawa membunuh yang beg

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Rencana Berbahaya

    "Meredam amarah mereka?"Wajah Sekar seketika berubah saat mendengar jawaban Arya. Dia, yang awalnya mengira pemuda itu adalah anak yang pintar, terlihat kecewa karena sempat berharap padanya."Dengar nak, jika semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan dengan bicara, tidak akan ada pertarungan dan permusuhan antar perguruan..." Sekar segera bangkit dari duduknya, dan meminta Arya untuk bersembunyi diruangannya sementara waktu."Bersembunyilah sementara waktu di ruangan ini, sampai gurumu datang. Aku akan meminta ...""Kalian tak akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan pertarungan nona, dan jika kau tetap memaksa, puluhan penduduk desa akan mengerang nyawa ditangan mereka," Potong Arya cepat."Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengajak mereka bicara baik-baik, dan mengatakan jika anaknya tidak sengaja terbunuh?!!!" Sahut Sekar sambil menyambar pedangnya."Tunggu, beri aku waktu beberapa jam untuk bersiap, dan setelah itu ....""Brak!""Nona..."Belum selesai Arya bicara, seorang p

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Negosiasi

    Sekar menarik nafas panjang sebelum menceritakan semuanya pada Sudarta. Sambil, sesekali memijat keningnya yang mulai terasa sakit, gadis itu juga menjelaskan, jika sebenarnya masalah ini tidak terkait langsung dengan Sayap Iblis."Begitulah kira-kira garis besarnya tetua. Semua masalah ini sebenarnya berawal dari beberapa pemuda Karang Waringin yang merampok dan membunuh putri ketua suku Tringgani..." Ucap Sekar menutup penjelasannya."Dan sekarang mereka ingin menuntut balas?" Kejar Sudarta cepat.Sekar Pitaloka mengangguk pelan, sebelum menyambar gulungan kecil yang ada didekatnya, dan menulis sesuatu."Harusnya aku membunuh mereka semua saat pertama kali tiba di desa ini.""Kenapa kalian tidak segera pergi dari desa ini jika sudah tau akar masalahnya?" Tanya Sudarta cepat."Kami tidak bisa melakukan itu tetua karena, ada sesuatu di desa ini yang harus kami lindungi," Jawab Sekar."Jangan bodoh! Suku Tringgani tidak akan berhenti memburu kalian sampai semua yang terlibat tewas!"Ar

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Masalah Besar

    "Guru, anda yakin semua akan baik-baik saja?"Arya segera mempercepat langkahnya dan berjalan di sisi kanan Sudarta saat menyadari belasan pasang mata menatap tajam kearah mereka sambil berbisik. Dia, mulai merasa tidak nyaman, karena para penduduk desa itu seperti sedaang mendiskusikan sesutu."Jangan khawatir, mereka tidak akan berani melakukan apa-apa selama kita memegang pedang .... " Jawab Sudarta pelan, sambil memperhatikan bangunan-bangunan disekelilingnya."Bu.. Bukan itu maksudku guru, apa anda tidak merasakan keanehan dari sorot mata para penduduk desa itu?" Sahut Arya cepat."Sorot mata mereka?" Sudarta terdiam sesaat. Namun, ketika dirinya hendak mengamati lebih jelas orang-orang di sekitarnya, seorang wanita tiba-tiba menabraknya hingga terjatuh."Ah, maaf tuan ...." Wanita tua itu segera bangkit dan kembali berjalan cepat kearah gerbang desa."Hei tunggu nyonya, anda menjatuhkan sesuatu," Sudarta mengambil gulungan kecil yang tergeletak ditanah sambil memanggil wanita it

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Rencana Arya

    "Tidak, kalian tetap tidak boleh lewat apapun alasannya!! Silakan kembali lagi saat perbatasan ini sudah dibuka!" Arya Wiratama seketika menoleh ke arah kerumunan manusia yang sedang mengantri di depan pintu perbatasan saat mendengar suara keributan. Tak berselang lama, teriakan protes dari beberapa pedagang memanaskan suasana hingga terjadi aksi dorong mendorong yang hampir Saja memicu kericuhan. Beruntung para prajurit penjaga itu dengan sigap, mengendalikan situasi dan memblokir pintu masuk perbatasan. "Berhenti! Tolong jangan seperti ini atau kami terpaksa bertindak tegas," Beberapa prajurit penjaga perbatasan segera bergerak membentuk pertahanan berlapis untuk menghadang gerombolan pedagang yang berusaha menerobos. "Sial, apa lagi ini?!" Arya mendesah keras, dia sudah bisa menebak mereka kembali mendapatkan masalah, setelah suara keributan itu terdengar. "Ini sudah terlalu lama, aku harus melihat sendiri apa yang sebenarnya sedang ..." "Arya, tetap ditempatmu! Situasi

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Pedang Pertama Arya

    Dharma merebahkan tubuhnya di atas tanah sambil menatap matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Dia mulai gelisah menunggu Sudarta dan Arya yang masih belum juga kembali."Ini sudah terlalu lama, apa mungkin sesuatu terjadi pada mereka berdua?" Dharma merubah posisi tidurnya, dia berusaha membuang pikiran buruknya, sambil berharap mereka berdua akan segera kembali."Tuan, apa sebaiknya aku menyusul ketua?" Salah satu pendekar Alang-Alang Kumitir terlihat mendatangi Dharma, sambil membawa dua potong ayam hutan ditangannya."Anda belum menyentuh makanan apapun dari pagi tuan," Lanjut pendekar itu sopan."Tidak, ketua sudah meminta kita menunggu di sini..." Jawab Dharma cepat sambil menyambar ayam hutan itu dan memakannya."Tapi tuan, aku melihat sendiri anak itu menggunakan jurus pedang ciptaan tetua Abimanyu. Aku takut dia adalah penyusup yang berniat...""Penyusup? Jaga ucapanmu! Apa kau tau jika Dewa Pedang adalah salah satu perguruan aliran putih, yang sangat dihormati ketua?!!

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Hei, ada apa ini?!! Kalian sudah datang jauh-jauh dari Lembah Asan, dan sekarang berniat pergi begitu saja?"Dharma segera menarik pedangnya dan mengejar beberapa pemanah yang tadi hampir membunuh Arya. Sedangkan para pendekar Kumitir lainnya bergerak ke arah pepohonan besar untuk memblokir formasi panah Cakra Byuha yang mulai menargetkan Dharma."He... Hentikan dia! Cepat hentikan dia apapun caranya ... " Salah satu pemanah berteriak panik saat Dharma mulai melepaskan serangannya. Namun, sekuat apa pun para pendekar malang itu berusaha melawan, ayunan pedang Dharma, selalu bergerak lebih cepat dari bayangan mereka."Setelah menyerang dan melukai nona kami kalian berniat melarikan diri? Jangan pernah bermimpi ...." Teriak Dharma sambil meningkatkan kecepatan serangannnya."Tusukan Sayap Garuda!""Tap!"Dharma bergerak lincah diantara ranting pohon sambil mengayunkan pedang kesayangannya. Dia melesat bagaikan anak panah dan membunuh semua pendekar yang berada dalam jangkauannya.Beber

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Arya Melawan

    "Hei, sialan! Akulah lawanmu!"Arya berlari keluar dari tempat persembunyiannya sambil menarik pedangnya. Dia bergerak lincah, menghindari belasan panah yang menghujaninya, sebelum melesat kearah pepohonan besar di sisi kirinya."Keluar kalian!! Apa ini cara bertarung Kalajengking Perak!" Teriakan Arya yang menggema ke seluruh penjuru hutan akhirnya berhasil menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali Ayu yang sedang disibukkan oleh serangan lawannya."Ah, si bodoh itu .... Hei, Arya hentikan! Apa yang kau lakukan!!" Ayu sempat menoleh ke arah Arya sesaat, namun belum sempat dia bereaksi lebih jauh, dua pendekar yang menyerangnya sudah melepaskan serangan ke celah pertahanannya.Ayu berusaha menahan serangan cepat itu sekuat tenaga, namun salah satu pendekar tiba-tiba berputar ke sisi kiri dan melepaskan tendangan keras."Buagh!"Tubuh Ayu terdorong beberapa langkah kebelakang sebelum langsung dusambut hujanan anak panah dari sisi kirinya."Ayu!!" Melihat Ayu terpelanting diantara

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Terjebak dalam Formasi Musuh

    "Tak ada waktu lagi untuk berpikir, pendekar itu bisa saja menyerangnya saat aku pergi mencari bantuan...." Setelah cukup lama mengamati posisi pendekar itu dari balik pohon, Arya Wiratama akhirnya memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya. Selain karena memikirkan nyawa Ayu yang bisa saja melayang ketika dia pergi mencari bantuan, Arya merasa masih mampu mengimbangi atau paling tidak, mengulur waktu sampai Dharma datang jika pendekar misterius itu menyerang tiba-tiba. "Saat ini, paman Dharma pasti sedang mencari kami," Ucap Arya dalam hati, sebelum berjalan kearah Ayu. "Ah, disini kau rupanya... Ayo kita kembali. Apa kau tau jika guru, dan yang lainnya mengkhawirkanmu?" Arya berteriak kencang, sambil sesekali melirik ke arah pepohonan yang ada di sisi kanannya. Ayu sempat menoleh kearah sumber suara itu, namun dirinya kembali memalingkan wajahnya saat melihat Arya berjalan mendekat. "Pergilah, aku akan kembali setelah suasana hatiku membaik.." Jawab Ayu datar. "Tidak.

DMCA.com Protection Status