Share

Munculnya Ajian Kuno yang sudah Punah

"Perguruan Racun Selatan?! Ah sial, kenapa mereka selalu muncul disaat yang tidak tepat," Sudarta langsung menendang kayu bakar yang berada di dekatnya. Dia berusaha menahan jarum beracun yang bergerak mengincar Arya dengan kecepatan tinggi.

"Hei nak, cepat menjauh!" Teriak Sudarta sambil mencabut pedangnya.

Arya mengangguk cepat, dia kemudian bergerak mundur, sambil menghindari lesatan beberapa jarum beracun yang lepas dari pengamatan Sudarta.

"Kakek, perhatikan sisi kananmu!!" Teriak Arya Wiratama cepat ketika teringat pada salah satu pendekar Racun Selatan yang dulu bersembunyi dibalik pohon dan berhasil membunuh Sudarta.

"Si... Sisi kanan?!!" Belum sempat Sudarta memahami ucapan Arya, lima pendekar Racun Selatan muncul dari segala arah dan langsung menyerang.

"Bedebah!!! Apa kalian hanya bisa bertarung dengan cara seperti ini!" Sudarta memutar tubuhnya di udara sebelum menyambut serangan mereka bersamaan.

"Jurus pedang Dewa Naga naik ke langit!"

"Tap!"

Saat serangan pedang mereka hampir berbenturan, salah satu pendekar Racun Selatan secara mengejutkan menarik serangannya tiba-tiba. Dia kemudian bergerak ke sisi kanan dan mengincar Arya yang berdiri tak jauh dari pertarungan.

"Gawat, dia mengincar anak itu ..." Sudarta berusaha menghadang pendekar itu. Namun belum sempat dia bergerak lebih jauh, sepasaang jarum beracun ausah melesat dari arah kanan persis seperti yang dikatakan Arya tadi.

Wajah Sudarta seketika berubah, dia kembali teringat pada teriakan Arya beberapa saat lalu, yang memintanya mengawasi sisi kanan.

"Anak itu? Apa mungkin ini hanya kebetulan?" Sudarta menarik paksa tangannya dan bergerak menghindari serangan jarum beracun yang hampir mengenai tangannya. Hal ini membuat pendekar Racun Selatan itu leluasa bergerak mendekati Arya.

"Anak itu terlihat lemah dan bodoh, sepertinya, aku bisa menjadikannya sandera untuk memaksa tua bangka itu menyerahkan kitab Naga Apinya....." Pendekar itu memusatkan tenaga dalam ditangan kanannya sebelum melepaskan jurus tapak ke Arya.

"Tapak Penghancur tulang!!!"

"A...Apa, dia mengincarku?!! Tunggu, bukankah seharusnya mereka bertarung dengan kakek tua itu," Arya mencoba bergerak menghindari serangan cepat itu, namun karena gerakannya sangat lambat, serangan tapak pendekar itu mendarat telak di tubuhnya.

"Gawat, aku lupa belum menguasai tenaga dalam di umur ... "

"Buagh!"

Arya langsung menjerit kesakitan, terlebih setelah energi tapak itu mulai menyebar keseluruh tubuhnya dan menekan urat nadinya.

"Kalian!!! Apa pantas cara kotor seperti ini dilakukan oleh orang yang mengaku sebagai pendekar?!" Sudarta meningkatkan kecepatannya, dia berusaha menjauhkan dua orang yang terus menekannya.

"Jangan berlagak suci Sudarta, apa kau pikir aku tidak tau darimana kau mendapatkan kitab naga Api?!!" Balas lawannya.

Pertarungan ketiganya meningkat dengan cepat, walau kemampuan dua pendekar Racun Selatan itu masih berada jauh dibawah Sudarta, tapi gabungan serangan dan formasi jarum beracunnya cukup menyulitkan pria tua yang pernah menyandang gelar pemdekar terkuat sebelum dikalahkan oleh ketua Rajawali kembar.

"Jurus pedang Dewa Naga naik ke langit!"

"Formasi Jarum Beracun menghujam Bumi!"

Saat konsentrasi Sudarta sudah benar benar terfokus pada seragan pendekar Racun selatan, sebuah teriakan yang memekakan telinga terdengar di udara.

"Kau! Bagaimana kau bisa menghisap tenaga dalamku!!!"

"Menghisap tenaga dalam?!" Ucap Sudarta dan lawannya bersamaan.

"Kakang Setya!!" Para pendekar Racun Selatan tersentak kaget saat melihat tubuh temannya sudah melayang-layang di udara dalam posisi telapak tangan menempel di dada Arya.

"Cepat bantu aku, anak sialan ini terus menghisap tenaga dalam dan energi kehidupanku!" Teriak Setya panik.

Dengan wajah yang semakin memucat, Setya terlihat berusaha melepaskan tangannya dari tubuh Arya. Namun, sekuat apapun dirinya berusaha, lengannya seperti menyatu dengan kulit anak itu.

Setya semakin berteriak kesakitan ketika tenaga dalam yang terhisap keluar dengan kecepatan tinggi itu mulai melukai urat nadinya.

"Menghisap tenaga dalam?! Tua bangka sialan! Jurus terlarang apa yang kau ajarkan pada bocah itu...." Melihat tubuh Setya berubah keriput sebelum mengering dengan sangat cepat, para pendekar Racun Selatan itu langsung bergerak melewati Sudarta untuk membantu temannya.

"Hei tunggu, jangan mendekatinya! Kalian semua bisa ikut terbunuh jika menyentuhnya...." Sudarta berusaha memperingatkan para pendekar itu namun terlambat. Tanpa tau betapa berbahayanya ajian misterius itu, mereka langsung mencengkram lengan Setya bersamaan dan menariknya.

"Kakang, bertahanlah! Kami akan….."

"Krak!"

Belum sempat para pendekar itu menyelesaikan ucapannya, tenaga dalam mereka tiba tiba terhisap keluar dengan kecepatan mengerikan.

"Apa-apaan ini…." Ketiganya menarik tangannya sekuat tenaga, tapi betapa terkejutnya mereka saat beberapa tulang tangannya patah dengan begitu mudah.

"Krak!!!"

Sudarta langsung memejamkan mata dan menutup indra pendengarannya ketika teriakan para pendekar itu berubah menjadi jerit kesakitan. Dia sadar, tak ada yang bisa dilakukannya untuk membantu para pendekar itu.

"Aku sudah memperingatkan kalian…." Ucap Sudarta menyesal.

Cukup lama Sudarta mematung dengan tangan terkepal, dan setelah suara jeritan para pendekar malang itu sudah benar benar menghilang, dia mulai memberanikan membuka matanya perlahan.

"Menghisap tenaga dalam dan energi kehidupan... Tidak salah lagi, ini adalah ajian kuno Penghancur Sukma Penghisap Energi...." Napas Sudarta tertahan saat menemukan tiga mayat pendekar Racun Selatan tergeletak disebelah tubuh Arya dengan kondisi memgering. Dia benar benar tidak menyangka hari ini akan melihat dengan mata kepala sendiri ajian kuno yang sudah dianggap punah itu.

"Siapa anak ini sebenarnya?! Dengan bakat alami dan ajian terkutuk yang bersarang di dalam tubuhnya, dunia persilatan akan hancur jika dirinya salah memilih jalan ...." Sudarta menarik nafasnya panjang, mencoba memikirkan apa yang harus dilakukan pada Arya.

Sempat terbersit dalam pikirannya untuk membiarkan Arya tewas oleh racun tapak penghancur tulang setelah melihat apa yang terjadi pada para pendekar Racun Selatan. Namun, dia langsung membuang jauh pikiran itu dan melangkah mendekati Arya yang masih tak sadarkan diri.

"Tidak…. Aku tidak boleh membunuh siapapun lagi setelah semua dosa yang telah kulakukan di masa lalu. Bakatnya memang sangat mengerikan, tapi bukan berarti dia pantas mati," Sudarta meraih tangan kanan Arya untuk memeriksa denyut nadinya.

"Lagipula, dalam kondisi terluka parah, racun itu akan tetap menyebar keseluruh tubuhnya dengan sangat cepat walau aku memberinya penawar," Wajah Sudarta tiba tiba berubah saat tak menemukan racun didalam tubuh Arya.

"Racunnya sudah menghilang? Tidak mungkin, bagaimana bisa, bukankah dia tadi terkena tapak Penghancur Tulang?" Sudarta melepaskan tangan Arya dan mundur beberapa langkah dengan wajah pucat.

"Apa mungkin ajian Penghancur Sukma penghisap energi yang menghilangkan racun mematikan itu .... " Sudarta menggelengkan kepalanya berkali kali seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya itu.

"Seberapa tinggi sebenarnya bakat anak ini, dan bagaimana bisa dia memguasai ajian milik suku Iblis Petarung yang sudah hancur ratusan tahun lalu itu."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Musyafir Gendeng
lanjutkan .....
goodnovel comment avatar
Jawirianto02@gmail.com Jawir
mantap men..... lanjutkan
goodnovel comment avatar
Rasta Allen
tata bahasa masih bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status