Share

Kelompok Sayap Iblis

"Kenapa? Apa kau bisa menebak orang yang akan kutemui?!!" Wajah Sudarta berubah serius ketika melihat reaksi terkejut Arya.

"Ah tidak guru, aku hanya terkejut guru memiliki kenalan di desa kecil ini... " Jawab Arya sambil memasang wajah polos.

Sudarta kembali terdiam saat melihat wajah Polos Arya Wiratama. Dia mulai merasa bersalah karena sempat curiga pada anak itu.

"Sepertinya, aku sudah terlalu berlebihan mencurigai anak ini," Ucap Sudarta dalam hati sebelum mengajak Arya menuju desa kecil, yang terlihat dikejauhan itu.

"Seseorang yang kutemui ini adalah teman masa kecilku. Lagupula tidak ada larangan bagi seorang pendekar untuk berteman dengan siapa saja, termasuk orang biasa selama bukan berasal dari aliran hitam," Jawab Sudarta pelan.

Arya tampak tersenyum kecil, walau Sudarta merendah dengan mengatakan temannya itu orang biasa, tapi dia tahu sosok yang akan mereka temui kali ini bukan orang biasa.

"Anggara Dwipa ... Jika aku boleh menebak, pendekar jenuis itu yang akan ditemuinya," Ucap Arya dalam hati penuh semangat.

Arya kemudian mengingat kembali sosok Anggara, yang dikehidupan sebelumnya adalah ketua kelompok mata-mata terbesar bernama Sayap Iblis.

Dimasa sekarang, nama Sayap Iblis mungkin masih terdengar asing di telinga banyak orang karena mereka baru "menggebrak" dunia persilatan saat Arya berusia dua puluh tujuh tahun, setelah Anggara berkonflik dengan perguruan Gagak Hitam yang saat itu adalah pemimpin tertinggi aliansi aliran hitam.

Berkat informasi rahasia dan rencana matang Anggara saat itu, para tetua perguruan aliran putih pun berhasil menggagalkan siasat licik perguruan Gagak Hitam menghancurkan beberapa padepokan, yang saat itu merupakan pilar penting aliran putih.

Sejak saat itulah nama Sayap Iblis mulai berkibar di dunia persilatan sebagai serikat pedagang dan juga organisasi mata-mata terbesar dan paling misterius Nusantara.

Arya yang memiliki pengalaman di kehidupan sebelumnya pun tak bisa mencari tau siapa sebenarnya sosok Anggara Dwipa, selain seorang pria berbadan besar, yang konon berasal dari desa Karang bambu dan berteman baik dengan Alang-Alang Kumitir.

"Seharusnya, saat ini Sayap Iblis sudah terbentuk walau masih beruba kelompok kecil," Arya bergumam pelan sambil mengamati sekitar.

"Maaf tuan, ada perlu apa kalian di tempat ini?!" Saat Arya mulai larut dengan pikirannya, sebuah suara tiba-tiba tersengar di udara.

Arya langsung mengalihkan pandangan dan menemukan empat pria berpakaian seperti petani, berdiri menghadang Sudarta di depan sebuah gubuk kecil dipinggiran desa.

"Ah, maaf telah mengganggu kalian tuan-tuan... Apa aku bisa bertemu dengan tuan muda Anggara?!" Jawab Sudarta sopan.

"Deg!"

Jantung Arya seketika berdegup kencang ketika Sudarta menyembut nama Anggara, pendekar misterius yang dikehidupan pertamanya menjadi salah satu pendekar berpengaruh di Nusantara.

"Aku tidak mengerti maksud ucapan anda tuan, sebaiknya kalian segera pergi karena tidak ada nama Anggara di desa i..."

"Singgih, biarkan dia masuk.... Apa kalian ingin mencari masalah dengan Alang-Alang Kumitir?" Potong seorang pemuda dari dalam gubuk kecil itu.

"Alang-Alang Kumitir?!" Salah satu pria yang memiliki luka sayatan di wajah tampak terkejut saat mendengar nama Alang-Alang Kumitir.

"Ah, maaf terlambat memperkenalkan diri pada kalian.... namaku adalah Sudarta Prawira..." Sudarta segera menundukkan kepala memberi hormat.

Sikap pria yang dipanggil Singgih itu langsung berubah, dia membalas hormat Sudarta sebelum mengajaknya masuk ke dalam gubuk.

"Tetua, anak ini..."

"Dia muridku, tolong izinkan kami masuk bersama," Jawab Sudarta.

Singgih kembali mengangguk, dia kemudian mengantar mereka masuk menemui Anggara yang sudah siap menyambutnya.

"Lama tak bertemu tetua," Sesosok pemuda langsung menyambut Sudarta begitu pintu gubuk terbuka.

Arya yang untuk pertama kalinya melihat dari dekat wajah Anggara Dwipa tampak tertegun. Dia tidak menyangka organisasi terbesar di Musantara yang kelak disegani oleh para pendekar dunia persilatan itu dibentuk oleh seorang pemuda desa yang umurnya masih sangat muda.

"Sepertinya anda bertambah kuat tuan muda. Mohon maafkan aku jika sedikit mengganggu waktu istirahat anda...." Sudara langsung memberi hormat pada pemuda dihadapannya.

"Ah, mohon jangan terlalu sungkan tetua, mari kita bicara di dalam," Anggara memgajak Sudarta dan Arya duduk di kursi yang berada di sudut ruangan.

Keduanya pun kemudian bersenda gurau sambil bertanya kabar. Mereka tampak cukup akrab seperti teman lama yang sudah lama tidak bertemu.

"Jadi, kabar tentang Alang-Alang Kumitir yang berteman baik dengan Sayap Iblis itu benar ya.." Gumam Arya dalam hati.

"Jadi, ada perlu apa anda sampai sudi singgah di desa kecil ini?" Setelah keduanya sempat berbasa basi, Anggara akhirnya menanyakan tujuan Sudarta datang ketempatnya.

"Ah mengenai itu, sebenarnya aku ingin meminta bantuan anda tuan muda," Sudarta mengambil sebuah gulungan kecil dari balik pakaian dan menyerahkannya pada Anggara.

"Bantuan?" Anggara menyambar gulungan itu dan membukanya.

"Ini...." Wajah tenang Anggara seketika berubah saat membaca gulungan itu.

"Dilihat dari ekspresi wajah anda, sepertinya kalian sudah tau tentang mereka ya?" Ucap Sudarta penasaran.

Anggara terdiam sesaat, dia kemudian menutup gulungan itu, dan menatap ke arah Sudarta.

"Darimana anda tau tentang Kamandaru tetua?" Tanya Anggara pelan.

"Ka... Kamandaru?!" Jantung Arya hampir copot saat mendengar nama Kamandaru disebut. Dirinya bahkan hampir melompat dari kursi kayunya saking terkejutnya.

"Anda belum menjawab pertanyaanku tuan muda... Jadi anda tau dimana tempat itu?" Balas Sudarta cepat.

Anggara menggelengkan kepalanya, "Dibeberapa catatan kuno yang aku baca, memang sempat tersebut nama Kamandaru. Namun sayangnya sampai saat ini, aku belum juga berhasil menemukan petunjuk tentang tempat misterius itu. Ada kemungkinan itu hanya kesalahan tulisan atau sebuah tempat khayalan."

"Tidak, itu bukan kesalahan tulisan ataupun tempat khayalan, aku pernah berhadapan melawan mereka ..." Ucap Arya dalam hati, sambil mengepalkan tangannya.

"Kesalahan tulisan hampir di semua catatan kuno?! Apa itu mungkin?!!" Sahut Sudarta sambil tersenyum.

"Hanya itu kemungkinannya tetua, karena jika Kamandaru memang ada, Sayap Iblis pasti sudah berhasil menemukan petunjuknya."

"Bagaimana jika kalian memang belum berhasil menemukannya ...." Sudarta mengambil catatan kecil lainnya dari balik pakaian dan menyerahkan kepada Anggara.

"Disalah satu catatan leluhur Alang-Alang Kumitir, Kamandaru digambarkan sebagai tempat para Dewa yang dipuja oleh Iblis Petarung. Anda jelas tahu jika para iblis itu nyata bukan?"

"Iblis Petarung?" Sahut Anggara terkejut.

"Benar, jika mereka saja nyata, ada kemungkinan Kamandaru juga bukan?!"

"Te... Tempat para dewa yang dipuja oleh Iblis Petarung?!" Arya Wiratama menatap Sudartaa cukup lama, dia tak menyangka pria tua itu akan menemui Anggara untuk menanyakan Kamandaru.

"Begitu ya, jadi kematian guru di kehidupan pertamaku yang kemudian diikuti dengan hancurnya perguruan Alang-Alang Kumitir beberapa bulan kemudian bukanlah sebuah kebetulan. Ada kemungkinan ini ulah Harsa untuk menghilangkan jejak yang tertinggal di Kumitir. Jadi... ada kemungkinan juga Racun Selatan terlibat masalah ini," Ucap Arya dalam hati.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Didik Cahyono
Lnjutt kaaa..
goodnovel comment avatar
Rasta Allen
lanjut....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status