author-banner
Ricky Wicaksono
Author

Novels by Ricky Wicaksono

Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding

Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding

Arya Wiratama mendapatkan kesempatan kedua setelah tewas dibunuh oleh para pendekar Aliran Hitam. Berkat kekuatan misterius kitab Naga Api yang dipelajarinya, dia bangkit kembali di dalam tubuh masa kecilnya. Sadar ini adalah kesempatan kedua yang diberikan Dewa, Arya Wiratama bertekad menghentikan kekacauan yang terjadi di Nusantara dengan kekuatan barunya. Mampukah Arya menghentikan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Read
Chapter: Kandamanik
"Tunggu, tolong jangan salah paham! Aku datang dengan damai dan berniat menawarkan jalan keluar pada kalian!"Arya segera menghentikan langkahnya saat melihat para pemanah Tringgani sudah bersiap melepaskan anak panah beracunnya. Dia kemudian meletakkan pedangnya di tanah untuk meyakinkan mereka jika dirinya Benar-benar tak berniat menyerang."Kumohon tetua, pertempuran terbuka seperti ini tidak akan menghasilkan apa-apa selain permusuhan. Aku takut kalian justru akan mendapat masalah baru jika mekaksa menghancurkan desa ini.." Lanjut Arya sambil mengamati para pendekar suku Trenggani untuk mencari keberadaan Kandamanik."Masalah baru?!!! Apa kau pikir aku peduli pada semua itu?" Sahut salah satu pendekar suku Trenggani sambil melompat turun dari atas gajah yang ditungganginya."Ka... Kandamanik?" Arya langsung meningkatkan kewaspadaannya, saat mengenali pria berbadan besar itu. Dia tampak terkejut karena di usia yang masih sangat muda, Kandamanik sudah memiliki hawa membunuh yang beg
Last Updated: 2024-07-12
Chapter: Rencana Berbahaya
"Meredam amarah mereka?"Wajah Sekar seketika berubah saat mendengar jawaban Arya. Dia, yang awalnya mengira pemuda itu adalah anak yang pintar, terlihat kecewa karena sempat berharap padanya."Dengar nak, jika semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan dengan bicara, tidak akan ada pertarungan dan permusuhan antar perguruan..." Sekar segera bangkit dari duduknya, dan meminta Arya untuk bersembunyi diruangannya sementara waktu."Bersembunyilah sementara waktu di ruangan ini, sampai gurumu datang. Aku akan meminta ...""Kalian tak akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan pertarungan nona, dan jika kau tetap memaksa, puluhan penduduk desa akan mengerang nyawa ditangan mereka," Potong Arya cepat."Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengajak mereka bicara baik-baik, dan mengatakan jika anaknya tidak sengaja terbunuh?!!!" Sahut Sekar sambil menyambar pedangnya."Tunggu, beri aku waktu beberapa jam untuk bersiap, dan setelah itu ....""Brak!""Nona..."Belum selesai Arya bicara, seorang p
Last Updated: 2024-06-21
Chapter: Negosiasi
Sekar menarik nafas panjang sebelum menceritakan semuanya pada Sudarta. Sambil, sesekali memijat keningnya yang mulai terasa sakit, gadis itu juga menjelaskan, jika sebenarnya masalah ini tidak terkait langsung dengan Sayap Iblis."Begitulah kira-kira garis besarnya tetua. Semua masalah ini sebenarnya berawal dari beberapa pemuda Karang Waringin yang merampok dan membunuh putri ketua suku Tringgani..." Ucap Sekar menutup penjelasannya."Dan sekarang mereka ingin menuntut balas?" Kejar Sudarta cepat.Sekar Pitaloka mengangguk pelan, sebelum menyambar gulungan kecil yang ada didekatnya, dan menulis sesuatu."Harusnya aku membunuh mereka semua saat pertama kali tiba di desa ini.""Kenapa kalian tidak segera pergi dari desa ini jika sudah tau akar masalahnya?" Tanya Sudarta cepat."Kami tidak bisa melakukan itu tetua karena, ada sesuatu di desa ini yang harus kami lindungi," Jawab Sekar."Jangan bodoh! Suku Tringgani tidak akan berhenti memburu kalian sampai semua yang terlibat tewas!"Ar
Last Updated: 2024-06-19
Chapter: Masalah Besar
"Guru, anda yakin semua akan baik-baik saja?"Arya segera mempercepat langkahnya dan berjalan di sisi kanan Sudarta saat menyadari belasan pasang mata menatap tajam kearah mereka sambil berbisik. Dia, mulai merasa tidak nyaman, karena para penduduk desa itu seperti sedaang mendiskusikan sesutu."Jangan khawatir, mereka tidak akan berani melakukan apa-apa selama kita memegang pedang .... " Jawab Sudarta pelan, sambil memperhatikan bangunan-bangunan disekelilingnya."Bu.. Bukan itu maksudku guru, apa anda tidak merasakan keanehan dari sorot mata para penduduk desa itu?" Sahut Arya cepat."Sorot mata mereka?" Sudarta terdiam sesaat. Namun, ketika dirinya hendak mengamati lebih jelas orang-orang di sekitarnya, seorang wanita tiba-tiba menabraknya hingga terjatuh."Ah, maaf tuan ...." Wanita tua itu segera bangkit dan kembali berjalan cepat kearah gerbang desa."Hei tunggu nyonya, anda menjatuhkan sesuatu," Sudarta mengambil gulungan kecil yang tergeletak ditanah sambil memanggil wanita it
Last Updated: 2024-06-17
Chapter: Rencana Arya
"Tidak, kalian tetap tidak boleh lewat apapun alasannya!! Silakan kembali lagi saat perbatasan ini sudah dibuka!" Arya Wiratama seketika menoleh ke arah kerumunan manusia yang sedang mengantri di depan pintu perbatasan saat mendengar suara keributan. Tak berselang lama, teriakan protes dari beberapa pedagang memanaskan suasana hingga terjadi aksi dorong mendorong yang hampir Saja memicu kericuhan. Beruntung para prajurit penjaga itu dengan sigap, mengendalikan situasi dan memblokir pintu masuk perbatasan. "Berhenti! Tolong jangan seperti ini atau kami terpaksa bertindak tegas," Beberapa prajurit penjaga perbatasan segera bergerak membentuk pertahanan berlapis untuk menghadang gerombolan pedagang yang berusaha menerobos. "Sial, apa lagi ini?!" Arya mendesah keras, dia sudah bisa menebak mereka kembali mendapatkan masalah, setelah suara keributan itu terdengar. "Ini sudah terlalu lama, aku harus melihat sendiri apa yang sebenarnya sedang ..." "Arya, tetap ditempatmu! Situasi
Last Updated: 2024-06-16
Chapter: Pedang Pertama Arya
Dharma merebahkan tubuhnya di atas tanah sambil menatap matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Dia mulai gelisah menunggu Sudarta dan Arya yang masih belum juga kembali."Ini sudah terlalu lama, apa mungkin sesuatu terjadi pada mereka berdua?" Dharma merubah posisi tidurnya, dia berusaha membuang pikiran buruknya, sambil berharap mereka berdua akan segera kembali."Tuan, apa sebaiknya aku menyusul ketua?" Salah satu pendekar Alang-Alang Kumitir terlihat mendatangi Dharma, sambil membawa dua potong ayam hutan ditangannya."Anda belum menyentuh makanan apapun dari pagi tuan," Lanjut pendekar itu sopan."Tidak, ketua sudah meminta kita menunggu di sini..." Jawab Dharma cepat sambil menyambar ayam hutan itu dan memakannya."Tapi tuan, aku melihat sendiri anak itu menggunakan jurus pedang ciptaan tetua Abimanyu. Aku takut dia adalah penyusup yang berniat...""Penyusup? Jaga ucapanmu! Apa kau tau jika Dewa Pedang adalah salah satu perguruan aliran putih, yang sangat dihormati ketua?!!
Last Updated: 2024-06-15
DMCA.com Protection Status