Share

Awal Petualangan

Penulis: Ricky Wicaksono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-26 22:57:30

"Ah gawat, aku terlambat ..." Arya langsung melompat dari atas tempat tidur, saat melihat sinar matahari sudah masuk ke dalam kamarnya. Dia kemudian berbegas menyambar pakaian dan pedang kayunya, sebelum berlari kearah pintu.

"Paman Dharma pasti akan marah besar padaku. Padahal, baru tadi malam aku ..."

"Kau pasti tidur larut malam lagi! Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak tidur terlaru larut?" Seorang gadis muda yang tak lain adalah Ayu langsung memasang wajah kesal saat melihat Arya keluar dari kamarnya.

Arya langsung tersenyum kecut, dia kemudian merapihkan pakaiannya dan menutup pintu kamarnya.

"Apa ini waktu yang tepat untuk memahariku? Guru dan yang lainnya pasti sudah menunggu di gerbang utama," Tanpa mempedulikan tatapan tajam Ayu, Arya langsung berlari sambil menyelipkan pedang kayunya dipinggang.

"Hei tunggu, aku belum selesai bicara!" Teriak Ayu cepat.

"Tidak sekarang, kita berdua bisa dimarahi habis-habisan jika paman Dharma menunggu terlalu lama...." Balas Arya.

Ayu mendengus kesal, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain berlari mengejar Arya yang sudah hampir enam bulan ini menjadi adik sepergurannya.

"Dasar bodoh! Harusnya aku tidak mempedulikannya tadi!" Umpat Ayu semakin kesal.

Tak terasa, enam bulan telah berlalu sejak resmi menjadi murid perguruan Alang-Alang Kumitir, kini Arya telah tumbuh menjadi seorang pemuda tampan bertubuh tegap, dan sedikit berotot. Hal ini terjadi, karena selama enam bulan belakangan dia dilatih dengan sangat keras oleh Dharma, pendekar kelompok Cakra Kumitir yang menjadi pelindung perguruan itu.

Bahkan, saking kerasnya latihan fisik yang disusun Dharma selama enam bulan belakangan, Arya sempat berpikir jika pendekar kepercayaan Sudarta itu tak menyukainya. Namun, setelah merasakan perubahan besar pada masa otot dan tulangnya, dia membuang semua pikiran itu.

Walau sampai detik ini Arya belum juga diizinkan berlatih kanuragan, tapi berkat latihan fisik yang dia "lahap" selama ini, tubuhnya sudah hampir menyerupai seorang pendekar.

Arya sebenarnya tak mempermasalahkan hal itu karena setiap malam, setelah berlatih bersama Dharma, dia selalu melatih ilmu kanuragan secara diam-diam di kamarnya menggunakan pedang kayunya. Dia, hanya bingung dengan keputusan Sudarta yang melarangnya berlatih tenaga dalam sampai waktu yang tidak tentukan.

Sebagai seorang pendekar yang sudah berumur enam puluh tahuh dikehidupan sebelumnya, Arya merasa larangan itu aneh dan terkesan menjauhkannya dari ilmu kanuragan. Beruntung, dia masih mengingat jurus-jurus pedangnya dulu sehingga bisa melatihnya kembali.

Selama hampir enam bulan ini, Arya memang memutuskan melatih kembali ilmu pedangnya untuk melihat efek yang terjadi setelah mempelajari kitab Naga Api. Walau, dia masih belum benar-benar bisa menguasai tahapan dasar dari kitab itu tapi dibeberapa kesempatan, Arya mulai merasakan energi aneh muncul dari Cakra Mahkotanya.

Dan hari ini, setelah terkurung cukup lama di Kumitir, Sudarta secara mengejutkan mengajaaknya pergi ke Lembah Tanpa Cahaya di Semeru untuk menghadiri pertemuan para pendekar aliran putih. Arya, dan Ayu diminta mengurus keperluan para pendekar Alang-Alang Kumitir selama berada di tempat itu.

Arya jelas sangat bersangat karena Lembah Tanpa Cahaya dikehidupannya yang lalu adalah pusat dari markas aliansi aliran putih. Dia bahkan, sempat menghadiri pertemuan ditempat itu saat terpilih menjadi ketua Dewa Pedang sekaligus ketua aliansi kedua setelah Rakata Tewas terbunuh.

"Ada begitu banyak kenangan indah ditempat itu, semoga saja aku bisa menghentikan kekacauan yang terjadi beberapa puluh tahun lagi," Senyum Arya merekah seketika, dia kembali teringat perjalan hidupnya dulu yang dikenal sebagai pendekar kejam dan tanpa ampun.

"Arya, kau masih bisa terlambat di saat sepenting ini? Apa sebenarnya yang kau lakukan setiap malam...." Dharma langsung menyemprot Arya saat melihat pemuda itu berlari kearahnya.

"Ah tolong maafkan aku paman, tadi malam aku tidak bisa tidur," Balas Arya beralasan, dia tidak mungkin mengatakan pada Dharma jika setiap malam berlatih tenaga dalam.

"Tidak bisa tidur setiap malam? Apa kau sedang membohongiku?!!?" Kejar Dharma kesal.

"Sudah, cukup Dharma, sebaiknya kita segera pergi karena hari sudah cukup siang," Sudarta memotong perdebatan guru dan murid itu.

"Terus saja membelanya kek! Andai aku yang terlambat, kakek pasti sudah memarahiku habis-habisan," Protes Ayu dari kejauhan.

Arya langsung tersenyum setelah mendengar protes Ayu, sedangkan Sudarta tampak tak menanggapinya, dan memilih melangkahkan kakinya.

"Ayo pergi, jangan sampai kita terlambat," Ucap Sudarta cepat.

"Paman lihat itu! Kakek bahkan tak mendengarkan ucapanku," Gerutu Ayu kesal.

Dharma hanya terkekeh, dia sudah terbiasa melihat Sudarta dan Ayu berdebat.

"Perjalanan kita masih panjang nona, sebaiknya kita bergegas pergi, agar tak bermalam di hutan," Ucap Dharma lembut.

Perlahan-lahan, Sudarta, Dharma, Ayu, Arya dan tiga pendekar muda Kumitir melangkah meninggalkan perguruan, menuju Lembah Tanpa Cahaya Semeru untuk menghadiri pertemuan aliran putih.

Arya yang berjalan paling belakang tampak tersenyum lebar, dia sangat menantikan petualan keduanya yang dimulai dari Lembah Tanpa Cahaya.

"Dikehidupan sebelumnya, aliansi aliran putih baru terbentuk, saat aku berusia tiga puluh tahun .... Sepertinya, alur mulai berubah dan itu artinya ada kemungkinan aku bisa memghentikan kekacauan besar di masa depan," Ucap Arya dalam hati.

"Hei bodoh, apa isi kepalamu sudah rusak? Bagaimana mungkin kau masih bisa tersemyum setelah membuat kakek menunggu begitu lama. Lagipula, apa kau tidak tau jika pertemuan besar ini bisa menimbulkan gesekan antar perguruan?" Celetuk Ayu saat melihat Arya tersenyum.

"Menimbulkan gesekan?" Balas Arya terkejut.

Ayu menganggukkan kepalanya pelan, "Sudah menjadi sifat alami manusia ingin menjadi yang terbaik dalam hal apapun, walau mereka berada di pihak yang sama. Apa kau pikir orang-orang itu tak ingin menjadi ketua aliansi putih?"

"Tidak selama kau bisa mengendalikan ambisi mereka Ayu. Itulah kenapa aku selalu memintamu belajar, dan terus belajar," Sahut Sudarta cepat.

"Mengendalikan ambisi mereka?" Balas Ayu bingung.

Sudarta mengangguk pelan, "Kalian akan segera mengetahuinya setelah tiba di Lembah Tanpa Cahaya."

"Apa-apaan jawaban seperti itu," Umpat Ayu dalam hati.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Musyafir Gendeng
mantap alur cerita nya
goodnovel comment avatar
Didik Cahyono
Harus isi koin ini
goodnovel comment avatar
Afrizal Darni
ceritanya bagus kak,mohon abdetnya tiap hari y kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Insting Arya Wiratama

    "Tunggu kek, bukankah kita harusnya mengambil jalur selatan menuju desa Karang Anyar?" Arya masih larut dalam pikirannya sendiri, saat terikan Ayu kembali terdengar. Dia kemudian tersenyum kecil, sebelum menghitung sesuatu nenggunnakan jari tangannya. "Ini sudah kelima kalinya gadis itu memprotes keputusan guru yang lebih memilih jalur hutan dari pada harus melewati jalanan utama. Sepertinya, gadis ini tidak mudah menyerah...." Ucap Arya dalam hati. "Nona, tolong rendahkan nada bicara anda jika sedang..." "Kenapa?! Apa paman akan menghukumku lagi karena berteriak pada kakekku?! Sudah hampir tiga hari ini aku tidak bisa mandi, karena dia lebih memilih melewati jalur hutan ..." Potong Ayu cepat. "Nona, tolong mengertilah. Ketua memilih jalur hutan agar gerakan kita tidak terdeteksi oleh aliran hitam," Dharma mencoba menjelaskan maksud Sudarta, yang lebih memilih jalur tikus dari pada jalan utama. Namun, sekuat apapun dia berusaha, Ayu terus menyanggah dan mengakatan jika tak ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-07
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Terjebak dalam Formasi Musuh

    "Tak ada waktu lagi untuk berpikir, pendekar itu bisa saja menyerangnya saat aku pergi mencari bantuan...." Setelah cukup lama mengamati posisi pendekar itu dari balik pohon, Arya Wiratama akhirnya memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya. Selain karena memikirkan nyawa Ayu yang bisa saja melayang ketika dia pergi mencari bantuan, Arya merasa masih mampu mengimbangi atau paling tidak, mengulur waktu sampai Dharma datang jika pendekar misterius itu menyerang tiba-tiba. "Saat ini, paman Dharma pasti sedang mencari kami," Ucap Arya dalam hati, sebelum berjalan kearah Ayu. "Ah, disini kau rupanya... Ayo kita kembali. Apa kau tau jika guru, dan yang lainnya mengkhawirkanmu?" Arya berteriak kencang, sambil sesekali melirik ke arah pepohonan yang ada di sisi kanannya. Ayu sempat menoleh kearah sumber suara itu, namun dirinya kembali memalingkan wajahnya saat melihat Arya berjalan mendekat. "Pergilah, aku akan kembali setelah suasana hatiku membaik.." Jawab Ayu datar. "Tidak.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-10
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Arya Melawan

    "Hei, sialan! Akulah lawanmu!"Arya berlari keluar dari tempat persembunyiannya sambil menarik pedangnya. Dia bergerak lincah, menghindari belasan panah yang menghujaninya, sebelum melesat kearah pepohonan besar di sisi kirinya."Keluar kalian!! Apa ini cara bertarung Kalajengking Perak!" Teriakan Arya yang menggema ke seluruh penjuru hutan akhirnya berhasil menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali Ayu yang sedang disibukkan oleh serangan lawannya."Ah, si bodoh itu .... Hei, Arya hentikan! Apa yang kau lakukan!!" Ayu sempat menoleh ke arah Arya sesaat, namun belum sempat dia bereaksi lebih jauh, dua pendekar yang menyerangnya sudah melepaskan serangan ke celah pertahanannya.Ayu berusaha menahan serangan cepat itu sekuat tenaga, namun salah satu pendekar tiba-tiba berputar ke sisi kiri dan melepaskan tendangan keras."Buagh!"Tubuh Ayu terdorong beberapa langkah kebelakang sebelum langsung dusambut hujanan anak panah dari sisi kirinya."Ayu!!" Melihat Ayu terpelanting diantara

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-11
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Hei, ada apa ini?!! Kalian sudah datang jauh-jauh dari Lembah Asan, dan sekarang berniat pergi begitu saja?"Dharma segera menarik pedangnya dan mengejar beberapa pemanah yang tadi hampir membunuh Arya. Sedangkan para pendekar Kumitir lainnya bergerak ke arah pepohonan besar untuk memblokir formasi panah Cakra Byuha yang mulai menargetkan Dharma."He... Hentikan dia! Cepat hentikan dia apapun caranya ... " Salah satu pemanah berteriak panik saat Dharma mulai melepaskan serangannya. Namun, sekuat apa pun para pendekar malang itu berusaha melawan, ayunan pedang Dharma, selalu bergerak lebih cepat dari bayangan mereka."Setelah menyerang dan melukai nona kami kalian berniat melarikan diri? Jangan pernah bermimpi ...." Teriak Dharma sambil meningkatkan kecepatan serangannnya."Tusukan Sayap Garuda!""Tap!"Dharma bergerak lincah diantara ranting pohon sambil mengayunkan pedang kesayangannya. Dia melesat bagaikan anak panah dan membunuh semua pendekar yang berada dalam jangkauannya.Beber

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Pedang Pertama Arya

    Dharma merebahkan tubuhnya di atas tanah sambil menatap matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Dia mulai gelisah menunggu Sudarta dan Arya yang masih belum juga kembali."Ini sudah terlalu lama, apa mungkin sesuatu terjadi pada mereka berdua?" Dharma merubah posisi tidurnya, dia berusaha membuang pikiran buruknya, sambil berharap mereka berdua akan segera kembali."Tuan, apa sebaiknya aku menyusul ketua?" Salah satu pendekar Alang-Alang Kumitir terlihat mendatangi Dharma, sambil membawa dua potong ayam hutan ditangannya."Anda belum menyentuh makanan apapun dari pagi tuan," Lanjut pendekar itu sopan."Tidak, ketua sudah meminta kita menunggu di sini..." Jawab Dharma cepat sambil menyambar ayam hutan itu dan memakannya."Tapi tuan, aku melihat sendiri anak itu menggunakan jurus pedang ciptaan tetua Abimanyu. Aku takut dia adalah penyusup yang berniat...""Penyusup? Jaga ucapanmu! Apa kau tau jika Dewa Pedang adalah salah satu perguruan aliran putih, yang sangat dihormati ketua?!!

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Rencana Arya

    "Tidak, kalian tetap tidak boleh lewat apapun alasannya!! Silakan kembali lagi saat perbatasan ini sudah dibuka!" Arya Wiratama seketika menoleh ke arah kerumunan manusia yang sedang mengantri di depan pintu perbatasan saat mendengar suara keributan. Tak berselang lama, teriakan protes dari beberapa pedagang memanaskan suasana hingga terjadi aksi dorong mendorong yang hampir Saja memicu kericuhan. Beruntung para prajurit penjaga itu dengan sigap, mengendalikan situasi dan memblokir pintu masuk perbatasan. "Berhenti! Tolong jangan seperti ini atau kami terpaksa bertindak tegas," Beberapa prajurit penjaga perbatasan segera bergerak membentuk pertahanan berlapis untuk menghadang gerombolan pedagang yang berusaha menerobos. "Sial, apa lagi ini?!" Arya mendesah keras, dia sudah bisa menebak mereka kembali mendapatkan masalah, setelah suara keributan itu terdengar. "Ini sudah terlalu lama, aku harus melihat sendiri apa yang sebenarnya sedang ..." "Arya, tetap ditempatmu! Situasi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Masalah Besar

    "Guru, anda yakin semua akan baik-baik saja?"Arya segera mempercepat langkahnya dan berjalan di sisi kanan Sudarta saat menyadari belasan pasang mata menatap tajam kearah mereka sambil berbisik. Dia, mulai merasa tidak nyaman, karena para penduduk desa itu seperti sedaang mendiskusikan sesutu."Jangan khawatir, mereka tidak akan berani melakukan apa-apa selama kita memegang pedang .... " Jawab Sudarta pelan, sambil memperhatikan bangunan-bangunan disekelilingnya."Bu.. Bukan itu maksudku guru, apa anda tidak merasakan keanehan dari sorot mata para penduduk desa itu?" Sahut Arya cepat."Sorot mata mereka?" Sudarta terdiam sesaat. Namun, ketika dirinya hendak mengamati lebih jelas orang-orang di sekitarnya, seorang wanita tiba-tiba menabraknya hingga terjatuh."Ah, maaf tuan ...." Wanita tua itu segera bangkit dan kembali berjalan cepat kearah gerbang desa."Hei tunggu nyonya, anda menjatuhkan sesuatu," Sudarta mengambil gulungan kecil yang tergeletak ditanah sambil memanggil wanita it

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Negosiasi

    Sekar menarik nafas panjang sebelum menceritakan semuanya pada Sudarta. Sambil, sesekali memijat keningnya yang mulai terasa sakit, gadis itu juga menjelaskan, jika sebenarnya masalah ini tidak terkait langsung dengan Sayap Iblis."Begitulah kira-kira garis besarnya tetua. Semua masalah ini sebenarnya berawal dari beberapa pemuda Karang Waringin yang merampok dan membunuh putri ketua suku Tringgani..." Ucap Sekar menutup penjelasannya."Dan sekarang mereka ingin menuntut balas?" Kejar Sudarta cepat.Sekar Pitaloka mengangguk pelan, sebelum menyambar gulungan kecil yang ada didekatnya, dan menulis sesuatu."Harusnya aku membunuh mereka semua saat pertama kali tiba di desa ini.""Kenapa kalian tidak segera pergi dari desa ini jika sudah tau akar masalahnya?" Tanya Sudarta cepat."Kami tidak bisa melakukan itu tetua karena, ada sesuatu di desa ini yang harus kami lindungi," Jawab Sekar."Jangan bodoh! Suku Tringgani tidak akan berhenti memburu kalian sampai semua yang terlibat tewas!"Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19

Bab terbaru

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Kandamanik

    "Tunggu, tolong jangan salah paham! Aku datang dengan damai dan berniat menawarkan jalan keluar pada kalian!"Arya segera menghentikan langkahnya saat melihat para pemanah Tringgani sudah bersiap melepaskan anak panah beracunnya. Dia kemudian meletakkan pedangnya di tanah untuk meyakinkan mereka jika dirinya Benar-benar tak berniat menyerang."Kumohon tetua, pertempuran terbuka seperti ini tidak akan menghasilkan apa-apa selain permusuhan. Aku takut kalian justru akan mendapat masalah baru jika mekaksa menghancurkan desa ini.." Lanjut Arya sambil mengamati para pendekar suku Trenggani untuk mencari keberadaan Kandamanik."Masalah baru?!!! Apa kau pikir aku peduli pada semua itu?" Sahut salah satu pendekar suku Trenggani sambil melompat turun dari atas gajah yang ditungganginya."Ka... Kandamanik?" Arya langsung meningkatkan kewaspadaannya, saat mengenali pria berbadan besar itu. Dia tampak terkejut karena di usia yang masih sangat muda, Kandamanik sudah memiliki hawa membunuh yang beg

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Rencana Berbahaya

    "Meredam amarah mereka?"Wajah Sekar seketika berubah saat mendengar jawaban Arya. Dia, yang awalnya mengira pemuda itu adalah anak yang pintar, terlihat kecewa karena sempat berharap padanya."Dengar nak, jika semua masalah di dunia ini bisa diselesaikan dengan bicara, tidak akan ada pertarungan dan permusuhan antar perguruan..." Sekar segera bangkit dari duduknya, dan meminta Arya untuk bersembunyi diruangannya sementara waktu."Bersembunyilah sementara waktu di ruangan ini, sampai gurumu datang. Aku akan meminta ...""Kalian tak akan bisa menyelesaikan masalah ini dengan pertarungan nona, dan jika kau tetap memaksa, puluhan penduduk desa akan mengerang nyawa ditangan mereka," Potong Arya cepat."Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengajak mereka bicara baik-baik, dan mengatakan jika anaknya tidak sengaja terbunuh?!!!" Sahut Sekar sambil menyambar pedangnya."Tunggu, beri aku waktu beberapa jam untuk bersiap, dan setelah itu ....""Brak!""Nona..."Belum selesai Arya bicara, seorang p

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Negosiasi

    Sekar menarik nafas panjang sebelum menceritakan semuanya pada Sudarta. Sambil, sesekali memijat keningnya yang mulai terasa sakit, gadis itu juga menjelaskan, jika sebenarnya masalah ini tidak terkait langsung dengan Sayap Iblis."Begitulah kira-kira garis besarnya tetua. Semua masalah ini sebenarnya berawal dari beberapa pemuda Karang Waringin yang merampok dan membunuh putri ketua suku Tringgani..." Ucap Sekar menutup penjelasannya."Dan sekarang mereka ingin menuntut balas?" Kejar Sudarta cepat.Sekar Pitaloka mengangguk pelan, sebelum menyambar gulungan kecil yang ada didekatnya, dan menulis sesuatu."Harusnya aku membunuh mereka semua saat pertama kali tiba di desa ini.""Kenapa kalian tidak segera pergi dari desa ini jika sudah tau akar masalahnya?" Tanya Sudarta cepat."Kami tidak bisa melakukan itu tetua karena, ada sesuatu di desa ini yang harus kami lindungi," Jawab Sekar."Jangan bodoh! Suku Tringgani tidak akan berhenti memburu kalian sampai semua yang terlibat tewas!"Ar

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Masalah Besar

    "Guru, anda yakin semua akan baik-baik saja?"Arya segera mempercepat langkahnya dan berjalan di sisi kanan Sudarta saat menyadari belasan pasang mata menatap tajam kearah mereka sambil berbisik. Dia, mulai merasa tidak nyaman, karena para penduduk desa itu seperti sedaang mendiskusikan sesutu."Jangan khawatir, mereka tidak akan berani melakukan apa-apa selama kita memegang pedang .... " Jawab Sudarta pelan, sambil memperhatikan bangunan-bangunan disekelilingnya."Bu.. Bukan itu maksudku guru, apa anda tidak merasakan keanehan dari sorot mata para penduduk desa itu?" Sahut Arya cepat."Sorot mata mereka?" Sudarta terdiam sesaat. Namun, ketika dirinya hendak mengamati lebih jelas orang-orang di sekitarnya, seorang wanita tiba-tiba menabraknya hingga terjatuh."Ah, maaf tuan ...." Wanita tua itu segera bangkit dan kembali berjalan cepat kearah gerbang desa."Hei tunggu nyonya, anda menjatuhkan sesuatu," Sudarta mengambil gulungan kecil yang tergeletak ditanah sambil memanggil wanita it

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Rencana Arya

    "Tidak, kalian tetap tidak boleh lewat apapun alasannya!! Silakan kembali lagi saat perbatasan ini sudah dibuka!" Arya Wiratama seketika menoleh ke arah kerumunan manusia yang sedang mengantri di depan pintu perbatasan saat mendengar suara keributan. Tak berselang lama, teriakan protes dari beberapa pedagang memanaskan suasana hingga terjadi aksi dorong mendorong yang hampir Saja memicu kericuhan. Beruntung para prajurit penjaga itu dengan sigap, mengendalikan situasi dan memblokir pintu masuk perbatasan. "Berhenti! Tolong jangan seperti ini atau kami terpaksa bertindak tegas," Beberapa prajurit penjaga perbatasan segera bergerak membentuk pertahanan berlapis untuk menghadang gerombolan pedagang yang berusaha menerobos. "Sial, apa lagi ini?!" Arya mendesah keras, dia sudah bisa menebak mereka kembali mendapatkan masalah, setelah suara keributan itu terdengar. "Ini sudah terlalu lama, aku harus melihat sendiri apa yang sebenarnya sedang ..." "Arya, tetap ditempatmu! Situasi

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Pedang Pertama Arya

    Dharma merebahkan tubuhnya di atas tanah sambil menatap matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat. Dia mulai gelisah menunggu Sudarta dan Arya yang masih belum juga kembali."Ini sudah terlalu lama, apa mungkin sesuatu terjadi pada mereka berdua?" Dharma merubah posisi tidurnya, dia berusaha membuang pikiran buruknya, sambil berharap mereka berdua akan segera kembali."Tuan, apa sebaiknya aku menyusul ketua?" Salah satu pendekar Alang-Alang Kumitir terlihat mendatangi Dharma, sambil membawa dua potong ayam hutan ditangannya."Anda belum menyentuh makanan apapun dari pagi tuan," Lanjut pendekar itu sopan."Tidak, ketua sudah meminta kita menunggu di sini..." Jawab Dharma cepat sambil menyambar ayam hutan itu dan memakannya."Tapi tuan, aku melihat sendiri anak itu menggunakan jurus pedang ciptaan tetua Abimanyu. Aku takut dia adalah penyusup yang berniat...""Penyusup? Jaga ucapanmu! Apa kau tau jika Dewa Pedang adalah salah satu perguruan aliran putih, yang sangat dihormati ketua?!!

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Tenaga Dalam Ledakan Matahari

    "Hei, ada apa ini?!! Kalian sudah datang jauh-jauh dari Lembah Asan, dan sekarang berniat pergi begitu saja?"Dharma segera menarik pedangnya dan mengejar beberapa pemanah yang tadi hampir membunuh Arya. Sedangkan para pendekar Kumitir lainnya bergerak ke arah pepohonan besar untuk memblokir formasi panah Cakra Byuha yang mulai menargetkan Dharma."He... Hentikan dia! Cepat hentikan dia apapun caranya ... " Salah satu pemanah berteriak panik saat Dharma mulai melepaskan serangannya. Namun, sekuat apa pun para pendekar malang itu berusaha melawan, ayunan pedang Dharma, selalu bergerak lebih cepat dari bayangan mereka."Setelah menyerang dan melukai nona kami kalian berniat melarikan diri? Jangan pernah bermimpi ...." Teriak Dharma sambil meningkatkan kecepatan serangannnya."Tusukan Sayap Garuda!""Tap!"Dharma bergerak lincah diantara ranting pohon sambil mengayunkan pedang kesayangannya. Dia melesat bagaikan anak panah dan membunuh semua pendekar yang berada dalam jangkauannya.Beber

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Arya Melawan

    "Hei, sialan! Akulah lawanmu!"Arya berlari keluar dari tempat persembunyiannya sambil menarik pedangnya. Dia bergerak lincah, menghindari belasan panah yang menghujaninya, sebelum melesat kearah pepohonan besar di sisi kirinya."Keluar kalian!! Apa ini cara bertarung Kalajengking Perak!" Teriakan Arya yang menggema ke seluruh penjuru hutan akhirnya berhasil menarik perhatian semua orang, tidak terkecuali Ayu yang sedang disibukkan oleh serangan lawannya."Ah, si bodoh itu .... Hei, Arya hentikan! Apa yang kau lakukan!!" Ayu sempat menoleh ke arah Arya sesaat, namun belum sempat dia bereaksi lebih jauh, dua pendekar yang menyerangnya sudah melepaskan serangan ke celah pertahanannya.Ayu berusaha menahan serangan cepat itu sekuat tenaga, namun salah satu pendekar tiba-tiba berputar ke sisi kiri dan melepaskan tendangan keras."Buagh!"Tubuh Ayu terdorong beberapa langkah kebelakang sebelum langsung dusambut hujanan anak panah dari sisi kirinya."Ayu!!" Melihat Ayu terpelanting diantara

  • Kembalinya Pendekar Tanpa Tanding   Terjebak dalam Formasi Musuh

    "Tak ada waktu lagi untuk berpikir, pendekar itu bisa saja menyerangnya saat aku pergi mencari bantuan...." Setelah cukup lama mengamati posisi pendekar itu dari balik pohon, Arya Wiratama akhirnya memutuskan keluar dari tempat persembunyiannya. Selain karena memikirkan nyawa Ayu yang bisa saja melayang ketika dia pergi mencari bantuan, Arya merasa masih mampu mengimbangi atau paling tidak, mengulur waktu sampai Dharma datang jika pendekar misterius itu menyerang tiba-tiba. "Saat ini, paman Dharma pasti sedang mencari kami," Ucap Arya dalam hati, sebelum berjalan kearah Ayu. "Ah, disini kau rupanya... Ayo kita kembali. Apa kau tau jika guru, dan yang lainnya mengkhawirkanmu?" Arya berteriak kencang, sambil sesekali melirik ke arah pepohonan yang ada di sisi kanannya. Ayu sempat menoleh kearah sumber suara itu, namun dirinya kembali memalingkan wajahnya saat melihat Arya berjalan mendekat. "Pergilah, aku akan kembali setelah suasana hatiku membaik.." Jawab Ayu datar. "Tidak.

DMCA.com Protection Status