Share

Berlatih Kembali

Arya berjalan keluar gubuk dengan wajah gontai, dia terlihat kecewa sekaligus bingung, ketika Sudarta secara tiba-tiba memintanya keluar karena ada hal penting yang ingin dibicarakan dengan Anggara.

Hal ini jelas membuatnya kecewa karena kedua pendekar itu sedang membicarakan Iblis Petarung yang menjadi petunjuk Kamandaru.

"Ada apa ini sebenarnya? Apa mungkin guru memiliki petunjuk lain tentang Kamandaru?!" Tak punya pilihan lain, Arya Wiratama memutuskan berkeliling Desa untuk mencari udara segar. Dia masih ingat ada sungai disisi Utara desa yang pemandangannya indah di malam hari.

Setelah bertanya beberapa hal pada Singgih tentang keberadaan Sungai itu, Arya langsung memutuskan pergi.

"Iblis Petarung .... Apa mungkin mereka sering berhubungan dengan pendekar Kamandaru?!!" Sepanjang perjalanan menuju sungai, Aryaa merenungkan banyak hal termasuk mmikirkan langkah berikutnya yang akan diambil setelah meninggalkan Desa kecil itu. Dia merasa situasi kali ini menjadi begitu rumit, karena sepertinya para pendekar Kamandaru sudah ada di masa ini.

Arya Wiratama sebenarnya ingin segera menyelidiki masalah ini supaya semua misteri terungkap. Namun, dia masih ragu karena saat ini terkurung di tubuh anak kecil yang tak menguasai ilmu kanuragan sama sekali. Akan sangat berbahaya jika para pendekar misterius itu mencium gerakannya.

"Sepertinya memang tak ada cara lain selain aku harus segera mempelajari ilmu kanuragan .... atau setidaknya meningkatkan tenaga dalamku terlebih dahulu. Namun dengan tubuh kecil ini akan memakan waktu paling tidak tiga tahun untuk menguasainya," Ucap Arya sebelum berhenti di piinggir sungai.

"Tidak, itu terlalu lama. Aku takut para pendekar itu semakin kuat dan ...." Ucapan Arya seketika terhenti saat matanya melihat pantulan sinar bulan diatas air. Untuk sesaat, dia mematung dengan wajah datar sebelum duduk di atas batu besar.

"Tunggu, di dalam kitab Naga Api sepertinya ada satu tekhnik yang bisa digunakan untuk meningkatkan tenaga dalam dengan cepat. Ah... Untung saja aku sempat menghafal isinya sebelum kuhancurkan," Arya langsung memejamkan matanya, dia berusaha mengingat tingkatan dasar dari kitab Naga Api yang diberikan Sudarta di kehidupan sebelumnya.

"Rasakan setiap denyut jantungmu sampai aliran darah terlihat di "Pikiranmu". Pusatkan pikiranmu disatu titik dan..."

Arya Wiratama mencoba mengikuti semua petunjuk yang ada didalam kitab Naga Api secara perlahan. Diiringi suara aliran air sungai yang memecah keheningan malam itu, dia memusatkan pikirannya ke satu titik untuk mencoba membangkitkan tenaga dalamnya.

"Semoga saja ini berhasil... Ucap Arya dalam hati.

Dikehidupan sebelumnya, Arya tidak mempelajari dasar dari Kitab Naga Api itu karena dia sudah memiliki tenaga dalam sendiri. Dia terpaksa melewati tahapan pertama itu karena akan terjadi benturan tenaga dalam jika nekad mempelajarinya.

Akhirnya, Arya yang saat itu sudah berusia tiga puluh dua tahun hanya mempelajari beberapa jurus tingkat dua kitab Naga Api yang dianggapnya kuat dan mematikan. Hal inilah yang kemudian membuat jurusnya tak pernah sempurna.

"Di kehidupan ini, aku harus bisa mempelajari kitab Naga Api dengan sempurna," Tekad Arya.

*****

"Apa katamu? Ajian Peremuk Tulang Penghisap Energi?!" Wajah Anggara seketika berubah, saat mendengar Sudarta menyebut nama ajian kuno itu.

Sudarta tak langsung menjawab, dia menoleh kearah pintu keluar seolah ingin memastikan Arya sudah menjauhi gubuk kecil itu.

"Ini mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi aku melihatnya sendiri," Sudarta kemudian menjelaskan semua yang terjadi, ketika para pendekar Racun Selatan Menyerangnya dihutan Alas Purwo.

"Tubuh para pendekar itu mengering setelah memyentuhnya."

"Kau yakin?!!" Kejar Anggara cepat, dia jelas tidak akan percaya begitu saja karena ajian itu sudah hilang ratusan tahun lalu.

"Aku yang menguburkan mereka tuan muda dan setelah kuperiksa, mayat merema mengering, seperti dihisap oleh kekuatan yang mengerikan..."

Anggara kembali terdiam, dia masih belum percaya ajian terlarang milik Iblis Petarung itu kembali muncul setelah lama hilang. Terlebih, tak akan ada yang bisa mempelajarinya selain keturunan Iblis Petarung yang memiliki energi tak terbatas.

"Ini tidak mungkin .... Aku sangat yakin iblis Petarung dibantai habis saat itu," Anggara menyambar catatan kuno milik perguruannya yang ada di atas meja dan membukanya.

"Hampir disemua catatan perguruan yang terlibat penyerangan kala itu menuliskan jika mereka semua tewas tanpa tersisa. Lalu bagaimana bisa ajian itu kembali lagi?"

Sudarta menggeleng pelan, dia pun tak bisa menemukan jawaban kenapa Arya bisa menguasai jurus itu.

"Apa anda tau dimana orang tua anak itu?! Mungkin kita bisa menyelidiki semua ini dari keluarganya?!" Tanya Aggara cepat.

"Ah sebenarnya, Arya baru hari ini menjadi muridku. Kami bertemu secara tidak sengaja di Alas Purwo," Jawab Sudarta pelan.

"Baru hari ini?" Kejar Anggara terkejut.

Sudarta mengangguk, "Aku sangat tertarik dengan bakat alami anak itu, dan memutuskan mengangkatnya sebagai murid. Tapi, itu terjadi sebelum kami diserang oleh para pendekar Racun Selatan."

"Begitu ya... Jadi kita benar-benar tak memiliki petunjuk apapun tentang anak itu," Anggara menutup catatanya sebelum memejamkan matanya.

"Ini akan menjadi sangat sulit, tapi aku bersyukur dia bersama orang yang tepat."

Sudarta menghela nafasnya, jika orang yang hampir tau segalanya tentang Nusantara sampai bingung seperti itu, maka dia sudah bisa membayangkan betapa rumit melacak masa lalu Arya.

"Lalu, bagaimana dengan perkembangan Sayap Iblis tuan muda? Kudengar anda mulai membuka cabang baru dibeberapa wilayah aliran hitam?" Tanya Sudarta mengalihkan pembicaraan.

"Ah sebenarnya itu hanya bangunan kecil sederhana yang akan menjadi tempat singgah orang-orangku tetua. Kami masih belum bisa merekrut para pendekar tingkat tinggi karena uang kami masih terbatas," Jawab Anggara pelan.

"Uang ya? Kenapa anda tidak fokus mencari keberadaan Baja Bulan?!!! Aku yakin keraton Segoro Geni akan membayar mahal material langka itu," Sahut Sudarta.

"Ah tidak semudah itu tetua, Baja Bulan adalah material langka yang jumlahnya sangat terbatas... Lagi pula cukup sulit mencaarinya saat ini, karena hampir semua pendekar dunia persilatan mengincarnya."

Sudarta langsung terdiam, setelah beberapa prajurit kerajaan Segoro Geni tak sengaja menemukan tambang Baja Bulan di desa Karang Waringin, material alami yang biasa digunakan untuk membuat senjata itu langsung menjadi incaran semua orang. Hal ini karena harganya yang sangat mahal di pasaran.

Namun, menemukan material langka itu ternyata bukan perkara mudah. Selain letaknya yang terkubur jauh di bawah tanah, bentuk Baja Bulan menyerupai besi biasa yang membuat banyak orang terkecoh.

"Pada akhirnya, prinsip hidup para pendekar dunia persilatan bergeser cukup jauh dari aturan para leluhur. Mereka sekarang lebih fokus mencari uang untuk membeli pusaka dan sumber daya demi meningkatkan kekuatan dan tenaga dalam... Entah apa yang akan terjadi pada dunia ini kelak....." Sudarta bangkit dari duduknya dan berpamitan.

"Mohon kabari aku jika anda berhasil menemukan petunjuk tentang Kamandaru tuan muda," Ucap Sudarta sopan.

Anggara menganggukkan kepala pelan, dia kemudian mengantarkan Sudarta keluar gubul kecil itu.

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Jawirianto02@gmail.com Jawir
gas terus thor
goodnovel comment avatar
Sujatno Vino
good........lanjut
goodnovel comment avatar
Rasta Allen
alurnya masih terjaga dg baik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status