Di tempat parkir Hotel Asta, seorang satpam berdiri di samping motor listrik sambil menunggu Arden dengan sabar. Rudy yang merupakan manajer umum hotel memperingatkannya untuk menjaga motor Arden dengan baik, jangan sampai hilang. Selain itu, dia juga diminta untuk menyampaikan pesan pada Arden.Setelah menunggu setengah harian, akhirnya Arden datang dengan tergesa-gesa. Satpam itu melangkah maju untuk memberi hormat padanya, lalu berkata, "Tuan Muda, Pak Rudy dan para bos lainnya sudah menunggumu di Ruang Pribadi Kaisar. Tolong temui mereka, mereka sudah lama menunggu.""Baik, aku mengerti."Karena sungkan menolak, Arden pun memasuki hotel. Seorang pemandu wanita bertubuh indah menunggu di pintu masuk, dia membawa Arden menuju lift.Pemandu wanita itu berusia 24 atau 25 tahun, dia memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang ideal. Dia tahu pemuda di hadapannya ini bukan sosok biasa, jadi dia pun mencoba untuk menyanjung Arden. "Tuan Muda Arden, Anda sungguh terhormat, para tokoh penting
"Ngapain kamu di sini?" tanya Arden.Adik iparnya ini sangat berengsek dan suka beradu tenaga dengannya. Mengingat Elsa adalah istrinya dan Enzo masih muda, dia selalu mengalah dan tidak perhitungan."Menunggumu." Enzo bangkit sambil berkata dengan ekspresi muram, "Ayo ikut denganku, ada sedikit urusan." Setelah selesai berbicara, Enzo berjalan ke arah Timur.Arden merasa ada yang aneh dengan adik iparnya ini. Dia menyalakan motor listriknya dan berkendara ke arah perginya Enzo. Mereka tiba di sebuah lapangan basket terbuka.Tidak ada seorang pun di sini. Enzo berhenti di bawah lampu jalan, sikapnya sangat ganas, dia berkata dengan galak, "Idiot, cepat turun dari motormu. Karena kamu menyinggung Kakek, aku ikut menderita. Awalnya aku berencana untuk bekerja di perusahaan keluarga setelah lulus nanti, sekarang kesempatan itu hilang. Kalau aku nggak menghabisimu, aku bukan pria."Arden mengerutkan kening. Dia tidak menyangka Enzo akan mengajaknya berkelahi. Karena ayah dan ibu mertuanya
"Kalian cari mati?" seru Arden dengan marah. Tatapannya menjadi sangat tajam dan ganas, dia memutar badannya ke samping, lalu melayangkan tendangan ke arah kedua preman itu sehingga pipa baja di tangan mereka pun jatuh.Saat ini, Land Cruiser berwarna hijau tua mendekat dan mengerem dengan kuat.Sebelum mobil sepenuhnya berhenti, tujuh pria berbaju hitam turun dari dalamnya. Orang yang memimpin adalah Tyson, semuanya bergegas maju dengan garang untuk merampas pipa baja para preman.Terus terdengar suara jeritan, para preman terhempas ke tanah dan merintih kesakitan.Kent ketakutan hingga memucat. Entah dari mana datangnya sekelompok orang ini, mengerikan sekali! Pria cerdas tidak akan mencelakai diri sendiri, dia segera bangkit dan ingin melarikan diri."Sialan, mau pergi ke mana kamu!" Tyson mendengus dingin sambil melemparkan pipa baja di tangannya. Alhasil, pipa baja itu menghantam lutut Kent."Ah ...." Kent sontak terjatuh ke tanah, dia berteriak dengan marah, "Arden, beraninya kam
Melihat sisi kejam Arden, seluruh keberaniannya lenyap. Dia berteriak dengan histeris, "Kakak Ipar," lalu wajahnya memerah saat berkata, "Aku minta maaf atas perbuatanku sebelumnya. Maaf, kelak aku nggak akan berani lagi."Arden sedang mengendarai motor listrik dengan santai. Dia melirik ke arah Enzo sambil mendengus dingin. "Sadar diri juga kamu. Tenang saja, aku nggak akan merugikanmu. Tapi sebagian hal nggak boleh disebarkan, contohnya yang kamu lihat tadi. Anggap saja nggak pernah terjadi, mengerti?""Mengerti, setelah pulang ke rumah, aku nggak akan asal ngomong." Wajah Enzo memerah, bagaimana mungkin dia berani menceritakan kejadian tadi? Dia ketakutan hingga berlutut di tanah dan hampir mengompol di celana, memalukan sekali.Rumah Keluarga Savero sudah agak tua. Terdapat empat kamar tidur, dua ruang tamu dan satu kamar mandi. Namun kamar-kamarnya sangat kecil dan sudah ketinggalan zaman, berbeda jauh dengan rumah bermodel minimalis.Melihat Arden kembali, Mia langsung berseru de
"Coba kulihat jam apa itu." Elvi berlari mendekat tanpa alas kaki, lalu membungkuk untuk melihat pergelangan tangan Arden sehingga kerahnya pun terbuka lebar. Dia bertanya dengan penasaran, "Wah, sepertinya jam tangan ini sangat berharga, setidaknya ratusan juta. Kak Arden, siapa yang memberikan jam mewah ini padamu?""Cih!" Mia berkata dengan nada menghina, "Jangan mimpi, kalau pecundang sepertimu memakai jam tangan seharga ratusan juta, matahari akan terbit dari Barat. Arden, cepat cuci piring di dapur dan pel lantai." Karena Enzo tidak menyukai jam ini, dia pun tidak memaksa. Namun, dia tetap harus menyuruh menantunya melakukan pekerjaan rumah, bagaimana mungkin dia menyia-nyiakan pembantu gratis?Arden melirik kerah Elvi yang terbuka sambil berpikir bahwa adik iparnya ini bertumbuh dengan baik. Dia berbohong dengan santai, "Teman biasa, katanya ini hanya barang tiruan seharga enam ratusan ribu. Karena malu memakainya, dia memberikannya padaku.""Ternyata tiruan!" Elvi kehilangan mi
Arden tersenyum masam sambil berkata dengan tertekan, "Tentu saja kamu nggak tahu, kamu bahkan nggak pernah melihatku, mana mungkin memahamiku."Hati Elsa tersentak. Dia mengira Arden tidak tahu diri, sekalipun disindir dan diperlakukan dengan buruk oleh orang tuanya, Arden tidak berubah mau pun mendendam. Namun kenyataannya salah, sepertinya Arden selalu berusaha untuk menahan diri.'Tapi apa boleh buat, aku pun merasa nggak adil!'"Kamu nggak usah merasa tersakiti, aku nggak menginginkan pernikahan ini, jangan harap aku akan baik padamu. Tapi menemukan pekerjaan adalah hal baik, semoga kamu bisa bertahan. Kalau kelak kamu meninggalkan Keluarga Savero, kamu juga bisa menghidupi dirimu sendiri."Maksud Elsa sangat jelas, kelak mereka pasti akan bercerai. Cepat atau lambat, Arden akan digusur, hanya saja bukan sekarang.Hubungan tidak dapat dipaksakan. Suatu hari nanti, mereka akan berpisah!Hati Arden terasa sangat sakit, tetapi dia segera mengendalikan ekspresinya dan mengangguk. "Aku
Malam berlalu.Karena sedang banyak pikiran, Elsa bangun pagi-pagi sekali. Dia bangkit untuk membuka tirai sehingga cahaya pagi pun menerangi sosoknya yang langsing. Dia meregangkan pinggangnya sambil menyemangati diri sendiri. 'Semangat, semuanya akan baik-baik saja!'Saat melewati kasur, Elsa menghentikan langkahnya. Dia melakukan hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya, menatap Arden yang sedang tertidur pulas. Dia pun harus mengakui bahwa Arden sangat tampan, sayangnya pria ini tidak kompeten dan tidak dapat diandalkan.Sekalipun mereka tidak seperti suami istri pada umumnya, mereka menikah secara sah.Elsa berpikir, 'Semoga Arden benar-benar punya pekerjaan yang bisa menghidupi dirinya sendiri. Saat itu tiba, kita baru bisa berpisah baik-baik dan aku pun nggak perlu mengkhawatirkannya!'Selama tiga tahun, ini adalah pertama kalinya Arden tidur sampai puas dan tidak perlu bangun pagi untuk membersihkan rumah. Elsa sudah berangkat ke kantor, sedangkan ayah mertua, ibu mertua da
"Kalau ada urusan, katakan saja, nggak usah bertele-tele," kata Elsa dengan nada dingin."Oke, kalau begitu aku akan berterus terang. Aku tahu belakangan ini perusahaanmu kekurangan dana dan Tuan Besar Hardy sudah buka suara nggak akan membantumu, kurasa kamu sangat mencemaskan kondisi perusahaan, 'kan?"Sembari berbicara, Chelsey menaruh selembar kartu bank di atas meja. "Ada 10 miliar di kartu ini, untukmu, seharusnya cukup untuk mengatasi masalahmu.""Apa maksudmu?" tanya Elsa sambil mengerutkan kening. Dia tidak berpikir bahwa Chelsey akan membantunya dengan cuma-cuma.Chelsey tersenyum manis. "Tentu saja nggak kuberikan dengan cuma-cuma. Aku ingin kamu bercerai dengan Arden, berikan dia kebebasan dan uang ini akan menjadi milikmu. Lagian kamu nggak punya perasaan apa pun padanya, bahkan bisa dibilang membencinya, kenapa nggak cerai saja."Elsa kaget, dia menatap wanita cantik di depannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah beberapa saat, dia baru bertanya dengan bingung, "