Keduanya keluar dari restoran Barat, Chelsey yang mengendarai mobil. Dia tidak berani membiarkan Arden mengendarai Ferrari-nya lagi, karena Arden sangat brutal dan menakutkan. Dia takut dirinya tidak akan sanggup bertahan dan memuntahkan makanan lezat yang baru saja dia makan.Jalanan agak ramai sehingga kendaraan melaju dengan lambat. Chelsey bertanya sambil tersenyum, "Arden, bukannya kamu nggak punya pekerjaan? Bagaimana kalau kamu menjadi sekretarisku? Jam kerja fleksibel, kamu boleh menentukan sendiri. Selain itu, gajinya pun tinggi, bagaimana?"Bekerja sebagai sekretaris bos cantik adalah profesi yang diimpikan oleh banyak anak muda. Terlepas dari hal lain, melihat sesuatu yang indah bagus untuk kesehatan, apalagi kalau diberi gaji tinggi.Arden menggelengkan kepalanya untuk menolak. "Lupakan saja, sebenarnya aku sangat sibuk.""Yang benar saja." Chelsey mendeliknya sambil berkata dengan kesal, "Kamu sibuk apa? Kamu dikatai pengangguran, pecundang oleh ibu mertuamu. Lakukan hal y
Salah satu area dipenuhi dengan toko jam. Vacheron Constantin, Audemars Piguet, Patek Phillipe, ketiga toko ini bersebelahan. Mereka langsung berkendara menuju toko Richard Mille. Kebetulan sebuah Mercedes-Benz melaju pergi sehingga terdapat tempat kosong, Chelsey segera memarkirkan mobil.Begitu mobil berhenti, ponsel Chelsey berdering. Ada yang menelepon, Arden pun berkata, "Angkat telepon sana, aku masuk dulu."Orang yang menelepon adalah sahabatnya, Chelsey mengangguk sambil berkata, "Oke, kamu pilih saja dulu, nanti aku akan ...."Arden turun dari mobil dan berjalan memasuki toko. Hanya ada sedikit pelanggan di dalam toko, bagaimanapun jam tangan bermerek ini sangat mahal dan sebagian orang kaya merasa modelnya agak berlebihan. Jadi, jam tangan ini lebih diminati oleh anak muda dan biasanya hanya anak orang kaya yang sanggup membelinya.Sepasang pria dan wanita berdiri di depan rak yang terletak di kejauhan. Pria paruh baya berkepala botak itu memakai kaos bermotif bunga-bunga den
Meskipun gadis itu adalah seorang mahasiswa muda, gaya hidupnya cukup boros. Kalau tidak, dia mana mungkin menjalin hubungan dengan pria yang seumuran dengan ayahnya. Dia membentak Chelsey dengan kasar, "Wanita Sialan, apa urusannya denganmu? Beraninya memarahiku, kamu cari mati?"Pria itu berseru dengan kaget, "Bu Chelsey ...." Kemudian, dia menegur pacarnya, "Sialan, diam kamu."Wanita itu tercengang. Dia tidak menyangka pria tua yang selalu memanjakannya akan memarahinya demi wanita lain, wajahnya sontak memerah. "Kamu nggak salah? Dia itu siapa? Aku yang menemanimu tidur, bisa-bisanya kamu memihak orang lain."Chelsey mendengus dingin sambil berkata, "Peto, kaya sekali kamu sampai sanggup menafkahi gadis muda. Beraninya mengasariku, kelak nggak usah mengantarkan bahan baku padaku lagi, kerja sama kita berakhir."Ternyata pria tersebut menyuplai bahan baku kepada perusahaan Chelsey. Setelah diolah menjadi perhiasan dan dijual secara grosir, mereka dapat menghasilkan keuntungan 160 s
Chelsey melirik sekilas, lalu menunjuk salah satu jam sambil berkata, "Yang ini paling mahal, coba keluarkan untuk dicoba.""Baik." Pegawai toko yang mengenakan sarung tangan putih mengeluarkan jam tangan yang paling mahal itu dengan hati-hati, lalu mengenakannya di pergelangan tangan Arden sambil memberi penjelasan singkat.Arden merasa jam tangan itu cukup bagus. Pelat jam berbentuk persegi tampak sangat mengesankan, modis dan dinamis. Selain dilengkapi dengan teknologi paling canggih dan material yang unik, jam tangan itu juga sangat ringan."Wah! Jam tangan memang bisa mengubah aura seseorang. Dalam sekejap, kamu tampak seperti tuan muda kaya raya yang berwibawa. Kalau begitu kita beli yang ini, cocok untukmu," kata Chelsey dengan penuh semangat, seolah-olah sedang memilih jam tangan untuk pacar."Oke!" Arden hendak menyerahkan kartu bank, tetapi dihentikan oleh Chelsey."Apa yang kamu lakukan? Bukannya kita sudah sepakat aku yang akan membelikannya untukmu? Kenapa, kamu rasa aku n
Di tempat parkir Hotel Asta, seorang satpam berdiri di samping motor listrik sambil menunggu Arden dengan sabar. Rudy yang merupakan manajer umum hotel memperingatkannya untuk menjaga motor Arden dengan baik, jangan sampai hilang. Selain itu, dia juga diminta untuk menyampaikan pesan pada Arden.Setelah menunggu setengah harian, akhirnya Arden datang dengan tergesa-gesa. Satpam itu melangkah maju untuk memberi hormat padanya, lalu berkata, "Tuan Muda, Pak Rudy dan para bos lainnya sudah menunggumu di Ruang Pribadi Kaisar. Tolong temui mereka, mereka sudah lama menunggu.""Baik, aku mengerti."Karena sungkan menolak, Arden pun memasuki hotel. Seorang pemandu wanita bertubuh indah menunggu di pintu masuk, dia membawa Arden menuju lift.Pemandu wanita itu berusia 24 atau 25 tahun, dia memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang ideal. Dia tahu pemuda di hadapannya ini bukan sosok biasa, jadi dia pun mencoba untuk menyanjung Arden. "Tuan Muda Arden, Anda sungguh terhormat, para tokoh penting
"Ngapain kamu di sini?" tanya Arden.Adik iparnya ini sangat berengsek dan suka beradu tenaga dengannya. Mengingat Elsa adalah istrinya dan Enzo masih muda, dia selalu mengalah dan tidak perhitungan."Menunggumu." Enzo bangkit sambil berkata dengan ekspresi muram, "Ayo ikut denganku, ada sedikit urusan." Setelah selesai berbicara, Enzo berjalan ke arah Timur.Arden merasa ada yang aneh dengan adik iparnya ini. Dia menyalakan motor listriknya dan berkendara ke arah perginya Enzo. Mereka tiba di sebuah lapangan basket terbuka.Tidak ada seorang pun di sini. Enzo berhenti di bawah lampu jalan, sikapnya sangat ganas, dia berkata dengan galak, "Idiot, cepat turun dari motormu. Karena kamu menyinggung Kakek, aku ikut menderita. Awalnya aku berencana untuk bekerja di perusahaan keluarga setelah lulus nanti, sekarang kesempatan itu hilang. Kalau aku nggak menghabisimu, aku bukan pria."Arden mengerutkan kening. Dia tidak menyangka Enzo akan mengajaknya berkelahi. Karena ayah dan ibu mertuanya
"Kalian cari mati?" seru Arden dengan marah. Tatapannya menjadi sangat tajam dan ganas, dia memutar badannya ke samping, lalu melayangkan tendangan ke arah kedua preman itu sehingga pipa baja di tangan mereka pun jatuh.Saat ini, Land Cruiser berwarna hijau tua mendekat dan mengerem dengan kuat.Sebelum mobil sepenuhnya berhenti, tujuh pria berbaju hitam turun dari dalamnya. Orang yang memimpin adalah Tyson, semuanya bergegas maju dengan garang untuk merampas pipa baja para preman.Terus terdengar suara jeritan, para preman terhempas ke tanah dan merintih kesakitan.Kent ketakutan hingga memucat. Entah dari mana datangnya sekelompok orang ini, mengerikan sekali! Pria cerdas tidak akan mencelakai diri sendiri, dia segera bangkit dan ingin melarikan diri."Sialan, mau pergi ke mana kamu!" Tyson mendengus dingin sambil melemparkan pipa baja di tangannya. Alhasil, pipa baja itu menghantam lutut Kent."Ah ...." Kent sontak terjatuh ke tanah, dia berteriak dengan marah, "Arden, beraninya kam
Melihat sisi kejam Arden, seluruh keberaniannya lenyap. Dia berteriak dengan histeris, "Kakak Ipar," lalu wajahnya memerah saat berkata, "Aku minta maaf atas perbuatanku sebelumnya. Maaf, kelak aku nggak akan berani lagi."Arden sedang mengendarai motor listrik dengan santai. Dia melirik ke arah Enzo sambil mendengus dingin. "Sadar diri juga kamu. Tenang saja, aku nggak akan merugikanmu. Tapi sebagian hal nggak boleh disebarkan, contohnya yang kamu lihat tadi. Anggap saja nggak pernah terjadi, mengerti?""Mengerti, setelah pulang ke rumah, aku nggak akan asal ngomong." Wajah Enzo memerah, bagaimana mungkin dia berani menceritakan kejadian tadi? Dia ketakutan hingga berlutut di tanah dan hampir mengompol di celana, memalukan sekali.Rumah Keluarga Savero sudah agak tua. Terdapat empat kamar tidur, dua ruang tamu dan satu kamar mandi. Namun kamar-kamarnya sangat kecil dan sudah ketinggalan zaman, berbeda jauh dengan rumah bermodel minimalis.Melihat Arden kembali, Mia langsung berseru de