Malam ini Clara dan Adam tengah bersiap untuk menghadiri acara Anniversary Raharja Group. Keduanya tampil senada dengan pakaian berwarna biru malam. Sangat serasi, dengan gaun Clara yang menjuntai dan terlihat elegan untuknya.
Di kehidupan dulu, jangankan memakai pakaian senada seperti ini. Dia saja saat itu justru disibukkan mempersiapkan diri dengan Rania, dan menolak memakai gaun pemberian Adam. Namun, semua itu tentu akan berbeda dengan malam ini. "Sangat cantik," ucap Adam, yang telah berada di belakang Clara. Ia yang sebelumnya tengah menyemprotkan parfum ke badannya, kini berbalik dan menghadap ke arah Adam. "Suamiku ini juga sangat tampan," ucap Clara. Tangannya ia ulurkan untuk merapikan jas yang dikenakan Adam. "Kita berangkat sekarang ya, takut nanti telat." Clara mengangguk. Segera ia mengambil tas kecil yang telah disiapkannya di atas meja rias sedari tadi. ©©©©©©© Hotel Raharja, yang merupakan salah satu hotel bintang 5 milik keluarga Raharja, menjadi tempat diselenggarakannya acara malam ini. Banyak para pebisnis sukses, rekan bisnis yang berasal dari dunia entertainment, dan beberapa awak media yang telah hadir. Acara yang digelar setiap 1 tahun sekali, sebagai peringatan hari jadi Raharja Group inipun selalu menjadi perbincangan hangat, dan sangat dinanti masyarakat untuk mengikuti beritanya. Clara dan Adam melangkah menuju ballroom hotel, yang berada di lantai 11. Beberapa staf, yang memang telah mengenal Clara sebelumnya, segera menundukkan kepala sebagai bentuk rasa hormat. Sedangkan Clara sendiri hanya tersenyum tipis, berbeda dengan Adam yang terlihat begitu cuek saat berjalan. Melewati karpet merah, mereka langsung disuguhkan dengan kilatan kamera para awak media yang sedari tadi seolah telah menunggu kehadiran keduanya. Postingan Adam beberapa hari lalu, ditambah fakta jika mereka adalah sepasang suami istri, membuat berita keduanya hangat dibicarakan di berbagai kalangan. Seorang pengusaha muda dan wanita multitalenta yang dikenal baik di berbagai kalangan sosial, sungguh pasangan yang serasi. "Selamat malam," ucap Clara, ketika keduanya telah sampai dihadapan keluarga mereka. "Kak, kalian pergi bersama?" tanya Rania secara tiba-tiba. Clara sendiri yang mendapati pertanyaan tersebut, membuatnya tidak bisa lagi menahan tawanya. "Iya dong, memangnya kenapa? Kan tidak mungkin sepasang suami istri tapi pergi ke acara keluarga dengan terpisah. Apa kata orang?" "Jangan memancing keributan, Clara. Di sini Rania hanya bertanya, kenapa respon kamu justru seperti itu? Lagian, bukannya hubunga kalian masih belum dipublikasikan?" Mendengar perkataan Vina, lagi-lagi Clara tersenyum kecil sebelum kembali berkata, "Mana Vina, apa Mama tidak tahu, jika mas Adam telah mempublikasikan hubungan kami melalui postingannya di media sosial, iya kan Mas?" Adam yang ditanya, hanya menangguk. Tanda ia membenarkan apa yang diucapkan oleh istrinya tersebut. Justru tangan kanannya kini ia gunakan untuk mengelus kepala Clara. "Sudahlah, untuk apa kalian ribut-ribut? Papa akan segera membuka acaranya. Tolong jangan membuat malu keluarga kita." Perkataan Prasetyo seolah membungkam mereka untuk tidak terus saling berdebat. ©©©©©©© Alunan musik klasik yang semula terdengar samar-samar, kini telah berhenti. Bersamaan dengan Prasetyo yang didampingi oleh Vina, menaiki panggung yang telah disediakan. Hal ini, tentu saja menarik perhatian para undangan, untuk mengalihkan pandangan mereka ke arah panggung. "Selamat malam semuanya," sapa Prasetyo diiringi dengan senyumnya yang hangat. "Malam." "Di malam yang bahagia ini, saya ucapkan terima kasih atas kehadiran Bapak dan Ibu sekalian dalam acara perayaan hari jadi Raharja Group ke-47 tahun." "Selama 47 tahun perjalanan Raharja Group, tentu bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan yang harus kami lewati, persaingan, dan masalah-masalah lainnya. Namun, semua permasalahan ini telah berhasil kita lewati. Terima kasih atas semua pihak yang telah bekerja dan mempercayai Raharja Group dengan baik." Sebelum kembali berkata, Prasetyo kembali mengedarkan pandangannya ke arah tamu. Ia tersenyum tipis, saat tatapannya tanpa sengaja bertemu pandang dengan tatapan sang putri. Meskipun ada sedikit keraguan dan rasa enggan, tetapi ia harus tetap menepati janjinya. "Di malam ini saya juga akan mengenalkan seseorang yang begitu berarti bagi keluarga Raharja. Seseorang yang selama ini enggan tampil di publik, dan memilih memfokuskan diri untuk mengejar pendidikan." Terdengar kasak-kusuk setelah Prasetyo berkata demikian. Tentu saja, mereka penasaran dengan apa yang dimaksud tuan rumah acara ini. Sedangkan Vina yang berada di samping Prasetyo, juga tidak kalah terkejutnya. Bahkan, beberapa kali ia mengkode sang suami untuk tidak melanjutkan perkatannya barusan. "Clara, sini Nak." Tanpa mengindahkan kode dari sang istri, Prasetyo justru memanggil Clara untuk mendekat. Clara sendiri segera melangkah dengan lengannya yang menggandeng Adam. Hal ini tentu saja semakin membuat mereka penasaran. Clara dan Adam, pasangan yang namanya tengah ramai diperbincangkan. Lalu kini, mengapa justru Prasetyo dan Raharja memanggil kedua orang tersebut? "Mohon perhatiannya. Di sini, saya akan mengenalkan seseorang kepada kalian," ucap Prasetyo ketika Clara telah berdiri disampingnya. "Perempuan yang berada di samping saya ini adalah, Clara Queenza Raharja. Putri kandung saya, dengan pernikahan antara saya dan nyonya Siera." *** "Putri kandung? Jadi, dia putri Raharja yang selama ini dirahasiakan?" "Jadi, rumor yang beredar itu benar? Jika putri keluarga Raharja sengaja dirahasiakan karena ingin fokus dengan karirnya." "Aku tidak menyangka, jika Clara adalah putri keluarga Raharja." *** Bisik-bisik dari para tamu semakin terdengar, bahkan kini semakin keras. Mereka seolah lupa, jika kini tuan rumah tengah berbicara di depan sana. Fakta yang baru saja diungkapkan oleh Prasetyo berhasil mengalihkan fokus mereka. "Mungkin kalian sudah tidak asing dengan nama Clara Queenza, seorang perempuan yang berprestasi di bidang akademik, sehingga baru saja telah menyelesaikan pendidikan S2 di London. Namun, di balik semua prestasi dan kegiatan yang dibuatnya, dia adalah seorang putri dari keluarga Raharja." "Selain itu, di sampingnya juga ada Adam Fahreza, putra tunggal dari keluarga Fahreza. Suami dari putri saya, Clara. Mereka telah menikah lebih dari 1 minggu yang lalu." Mendengar itu Adam tersenyum, dan meminta microphone dari Prasetyo dengan sopan. "Terima kasih Pa," ucapnya kepada Prasetyo, sebelum kembali berkata, "suatu kebahagiaan ketika saya bisa menikahi wanita hebat seperti Clara. Wanita dengan segudang prestasi yang dia miliki, dan wanita yang selalu bisa mengerti bagaimana kondisi yang saya hadapi. Terima kasih Papa Prasetyo yang telah mempercayakan saya untuk menjaga putri keluarga Raharja. Jika tidak ada halangan, kami berencana akan mengadakan resepsi pernikahan bulan depan." ©©©©©©© "Sial, kenapa semuanya jadi gini sih. Papa juga kenapa harus mengenalkan Clara ke publik. Lalu mas Adam, kenapa dia harus mempublikasikan hubungan mereka? Arghhh," batin Rania yang merasa kesal. Rania yang tengah berdiri di samping Rena, tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya. Sayangnya, tidak ada satupun yang menyadari aksi gadis tersebut. Semua tampak begitu fokus dengan keempat orang yang berada di atas panggung. "Drama. Untuk apa mereka melakukan ini," ucap Rena secara tiba-tiba, yang langsung membuat Dimas dan Rania menoleh ke arah wanita tersebut. "Sudahlah Ma, jangan membuat masalah. Lagian, memang sudah sewajarnya jika publik tahu siapa putri kandung Raharja dan tentang pernikahan Clara dengan Adam." Setelahnya Dimas segera melangkah pergi. Bergabung bersama rekan bisnisnya yang lain. "Menyebalkan," gumamnya, dan menatap Dimas dengan kesal. "Tante sudah ya, jangan marah-marah lagi. Rania enggak mau tante kenapa-napa." Dengan nada yang terdengar begitu halus, Rania juga mengusap lengan Rena. "Yaampun Rania, kamu ini sangat baik sekali. Kamu tenang saja ya sayang, tante baik-baik saja kok." ©©©©©©© Seusai sambutan yang diberikan Prasetyo, pesta kembali dilanjutkan. Banyak hidangan tersaji yang bisa mereka cicipi. Saling bercengkerama dengan kawan, maupun rekan bisnis lainnya. Clara dan Adam juga berkeliling guna menyapa rekan bisnis juga teman-teman mereka, yang kebetulan juga hadir di acara ini. Banyak sekali dari para pebisnis yang berusaha menyapa keduanya, tetapi hanya dibalas senyum manis oleh Clara. Tentu saja ia tahu, jika di acara seperti ini, tidak semua orang akan berlaku tulus dan baik kepada kita. Yang ada hanyalah aksi saling menjilat, untuk mendapatkan keuntungan masing-masing. "Clara, ternyata kamu putri tuan Prasetya. Sungguh sangat cantik sekali. Perpaduan antara tuan Prasetyo dan nyonya Seira," ucap salah satu ibu-ibu di kumpulan tersebut. "Terima kasih. Tante juga sangat cantik kok. Apalagi dengan make up, gaun, juga emas putih yang tante kenakan. Sangat pas dan terlihat cantik." "Benarkah? Kamu tahu Clara, tante menyiapkan penampilan malam ini dengan sebaik mungkin. Ternyata selera kamu juga sangat bagus. Tante mendapat rekomendasi dari stylish pribadi keluarga kami." "Kebetulan, aku juga suka dengan fashion. Jadi, melihat apa yang tante kenakan, menurutku sangat pas sekali." "Ahh kamu ini. Sepertinya kita sangat cocok jika pergi berdua dan membahas tentang fashion." "Tentu saja bisa, iya kan sayang?" Adam hanya mengangguk akan pertanyaan Clara. "Lakukan apa yang kamu inginkan," jawab Adam disertai dengan senyum tipisnya. "Aduh, pengantin baru ini bisa saja membuat kita iri," ucap bu-ibu di sana yang saling bersahutan. "Emm Tante, saya dan mas Adam izin pergi ya. Kami ingin menemui tamu lainnya." "Ah iya silahkan." Pesta para pebisnis bukan lagi hal baru untuk Clara. Saling menjilat juga hal biasa yang terjadi di acara seperti ini. Maka dari itu ia pun bebas melakukan hal yang sama. Tidak ada salahnya juga jika ia berhasil menarik orang-orang di pesta ini untuk berada di pihaknya. "Nah ini pengantin baru kita," ucap seorang pria, ketika Clara dan Adam baru saja tiba. Di sana terdapat sekitar 5 orang yang telah berkumpul. 3 laki-laki dan 2 perempuan. Mereka, ialah teman-teman Adam dan Clara. "Kalian sudah seakrab ini? Sejak kapan?" tanya Clara, yang memang penasaran mengapa temannya juga teman Adam tiba-tiba seakrab ini. Padahal, sebelumnya tidak saling mengenal. Pertama bertemu aja baru saat pernikahan keduanya seminggu yang lalu. "Kita udah saling tahu wajah masing-masing. Jadi, berhubung kalian sudah mempublikasikan hubungan, maka kita juga memutuskan untuk gabung aja. Daripada kalian sendiri nanti yang ribet harus nyamperin satu-satu.""Gue pikir, selamanya kalian akan tetap menyembunyikan status pernikahan ini." Clara dan Adam saling pandang dan tersenyum bersamaan mendengar perkataan Reno. "Mana mungkin lah. Takut aja kalau publik belum tahu dia nikah, jadi banyak pelakor yang deketin mas Adam.""Ckck posesif banget," celetuk Claudia. "Bukan posesif Clau, tapi mengamankan seseorang yang udah jadi milik kita. Lebih tepatnya menjaga dengan baik. Iya kan Mas?" Clara menatap Adam, dan dibalas dengan elusan di rambutnya. "Iya, kamu benar.""Wah, apa ini? Seorang Adam Fahreza yang biasanya mau menang sendiri, malah kelihatan bucin banget?" Dimas menatap aneh pasangan pengantin baru tersebut. "Bagus dong bucin sama pasangan sendiri," ucap Jesica yang sedari tadi asik memegang tabletnya. "Lo di pesta kayak gini, masih aja ya fokus ke kerjaan." Claudia merasa gemas sendiri dengan tingkah sahabatnya itu. "Ya mau gimana lagi Clau. Gue juga enggak
"Gimana? Boleh kan?" tanya Clara lagi. "Jus stroberi juga termasuk salah satu minuman kesukaan Lo kan? Gue ingat 4 bulan yang lalu Lo bilang, setelah beranjak dewasa entah kenapa jadi suka banget sama jus stroberi, bahkan minuman yang lain terasa biasa aja." Kini giliran Adam yang berucap. Hal ini tentu membuat mereka memfokuskan pandangan ke arah Rania. "Duh, Rania pasti dengan senang hati memberikan minumannya untuk Clara. Iya kan sayang?" Mama Vina berucap dan menyenggol lengan Rania yang berada di sebelahnya. "I-iya Ma. Ini Kak, kita tukaran minuman aja," jawabnya dengan tersenyum manis, meskipun karena terpaksa. "Terima kasih Rania." Dengan senang hati Clara mengambil gelas yang diberikan Rania, dan menggantinya dengan gelas miliknya yang ia berikan kepada gadis itu. Dengan gerakan anggun, Clara meminun jus jeruk miliknya. Adam yang melihat itu justru hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Merasa lucu
BREAKING NEWS"Mengejutkan! Inilah sosok putri kandung Prasetyo Raharja yang Selama Ini Disembunyikan""Cantik, Anggun, dan Berprestasi: Intip Profil Lengkap Clara Queenza Raharja! Putri Pertama Prasetyo Raharja""Pertama Kalinya Muncul di Publik Setelah Menikah, Kemanakah Putri Prasetyo Raharja Selama Ini?""Cantik dan Tampan! Pasangan Clara dan Adam Tengah Ramai Diperbincangkan: Perjodohan Sejak Kecil?""Masih Menjadi Misteri, Penyebab Pernikahan Clara dan Adam Tidak Dipublikasikan!""Telah Menjadi Besan! Keluarga Fahreza dan Raharja Siap menggelar Resepsi Pernikahan Putra dan Putri Mereka"***Clara menutup portal berita di ponselnya. Tersenyum kecil melihat sebagian berita berisi dengan hal-hal positif tentang dirinya. Syukurlah, kejadian buruk dan hujatan di kehidupan lalu tidak lagi terulang di kehidupannya sekarang. "Sibuk banget, kenapa sih?" Adam yang saat ini tengah libur, memilih duduk di samping
Tring tring tringNotifikasi dari aplikasi lovegram, membuat Rania mengerutkan kening. Tidak biasanya ia mendapat notifikasi beruntun saat tidak mengunggah apapun di aplikasi tersebut. Rania yang telah membaik, segera membuka aplikasi tersebut, guna melihat notifikasi yang cukup mengusiknya sedari tadi. DegRasa terkejut dan takut begitu mendominasi. Terlebih setelah ia melihat notifikasi dari salah satu postingan yang juga telah dibagikan oleh beberapa akun gosip. Bagaimana mungkin foto dirinya dan Andra tadi malam tersebar begitu saja?"Enggak mungkin. Bagaimana bisa ini terjadi? Seharusnya bukan begini kan? Seharusnya yang ada diposisi sekarang adalah Clara, bukan aku," gumamnya. Saat tengah kalut dengan pikirannya sendiri. Ia dikejutian dengan dering ponselnya. Di sana tertera nama sang mama yang tengah menelpon. Sudah dapat ia duga, kemungkinan terburuk adalah mamanya telau mengetahui berita ini. ***"Halo Ma," sapany
"Maksud Kakak apa?" tanya Rania pada akhirnya. "Saat itu aku takut jika mama dan papa masih sibuk. Lalu, soal tante Rena, kami memang sangat dekat. Namun, aku sungkan jika terlalu banyak merepotkan tante.""Oh iya? Bukannya waktu itu ...." belum sempat Clara melanjutkan perkataannya, tetapi lebih dulu dipotong oleh Vina."Clara cukup! Apa yang dibilang oleh Rania memang benar. Lagian sudahlah, masalah ini mama kira cukup sampai di sini aja. Jangan diperpanjang! Untuk kamu Clara, mama tahu sampai sekarang kamu masih sulit menerima kami, tapi tolong jangan selalu mengusik Rania dengan pertanyaan-pertanyaan kamu yang seolah memojokkan dia seperti itu.""Mengusik? Bahkan aku bela-belain waktuku untuk menjaga Rania di sini. Aku sampai menahan lapar, karena khawatir tidak ada yang menjaga Rania. Apa hanya karena aku khawatir dengan dia, dan mengintrogasi dia dengan laki-laki ini, mama bilang aku mengusik?" Adam yang berada di samping istrinya itu mengu
Seperti yang telah disepakati sebelumnya, hari ini Clara akan mulai bekerja di perusahaan milik papanya, Raharja Group. Meskipun sebenarnya ia enggan untuk posisi yang dipilihkan, yaitu sebagai seorang manajer. Terlebih manajer pemasaran. Dia, hanya takut, jika posisinya yang cukup tinggi itu akan menjadi bahan gunjingan bagi karyawan lain. Hal ini juga sempat ia utarakan kepada sang papa juga suaminya. Namun, respon mereka justru berbeda dari yang ia bayangkan. Papanya menjawab, jika posisi manajer sudah sangat pantas baginya yang merupakan putri keluarga Raharja, lulusan S2 luar negeri, dan memiliki pengalaman dalam bidang marketing. Lalu, respon sang suami juga hampir mirip dengan papanya, ia berkata jika seharusnya sebagai putri pertama keluarga Raharja dia harus bisa membuktikan jika memang pantas dan bisa berada di posisi atas. Jawaban dari mereka berdua sebenarnya memang tidaklah salah. Karena, ini juga salah satu keinginannya. Hanya saja, ia pikir, bisa b
"Ada apa Clara?" tanya Prasetyo dengan heran. Pasalnya masih sepagi ini, dan diapun baru masuk ke ruangan. Namun, kenapa Clara justru datang menemuinya? Apakah putrinya itu mengalami kesulitan. "Emm, ada yang ingin aku bicarakan dengan Papa, sekalian paman Roni juga," ucapnya seraya duduk di kursi yang berseberangan dengan tempat duduk Prasetyo.Sedangkan Roni, ia masih diam, dan berdiri di samping atasannya itu. Segera Clara menyerahkan sebuah map yang sedari tadi ia bawa kepada Prasetyo. Bukanya langsung dibuka, Prasetyo sendiri justru hanya memegang map itu dan menatap putrinya. Hal itu tentu saja membuat Clara merasa bingung. "Apa kamu menemui kesulitan?""Bukan itu Pa, tapi Clara ingin minta izin untuk melakukan beberapa perombakan terkait promosi Resort terbaru kita.""Oh iya? Kenapa? Bukannya detail pembukaan dan promosi sudah baik, lalu apa yang ingin kamu tambahkan lagi?""Setahu aku, Resort itu belum selesai pembangun
"Aku tidak mengerti, kenapa bu Clara justru mengubah konsep yang sudah kita rancang sedari dulu, bahkan saat Resort baru saja dibangun. Apa dia tidak tahu bagaimana susahnya kita merancang ini semua?"Pagi ini, para staf di Divisi Pemasaran dibuat heran dengan tindakan manajer mereka. Bisik-bisik ketidaksukaan mereka akan keputusan sepihak ini, bahkan telah sampai di telinga Ratih. Baru saja perempuan itu meninggalkan ruangan staf–bahkan belum sampai 15 menit, tetapi ia terus menerima laporan seperti ini. Sedangkan itu, di ruangan para staf Divisi Pemasaran, mereka terus saja melayangkan ketidaksukaan dengan tindakan Clara. Hingga tanpa sadar, jika Ratih kini telah berdiri di belakang mereka. Tentu saja ia dapat mendengar kata-kata mereka yang kurang pantas jika ditujukan oleh atasan sekaligus putri dari pimpinan. "Ehem." Ia pun berdehem, untuk mengalihkan perhatian mereka. Benar saja, seketika mereka pun diam. Meskipun dalam diamnya, tetap menunjukkan r
Setelah membereskan barang bawaannya, Adam segera memeluk pinggang Clara dari arah belakang. Menumpukan dagunya di pundak sang istri. Ada rasa nyaman, yang baru ia rasakan saat bermanja dengan istrinya. Salah satu hal favorit yang baru ia dapatkan setelah menikah dengan Clara. "Kenapa?" Clara menggenggam telapak tangan sang suami yang melingkar di perutnya. Kini, posisi keduanya tengah berdiri di balkon kamar yang menghadap langsung ke arah laut. "Aku, kangan banget sama kamu," gumamnya dengan pelan, tetapi masih bisa didengar oleh Clara. Perempuan itu tersenyum kecil, dan segera membalikkan badannya. Menangkup kedua sisi wajah sang suami yang entah kenapa semakin hari terlihat semakin tampan. "Padahal kita tidak pernah berpisah lho. Kenapa masih aja kangen, hmm?""Entahlah, hanya saja rasanya hampa kalau lama-lama enggak lihat kamu." Kembali Adam memeluk Clara dengan erat, yang dibalas oleh Clara berupa elusan lembut di punggung laki-laki itu.
Adam dan Clara tengah berada di dalam mobil yang akan membawa keduanya menuju ke mansion. Suasana makan malam ini, tidak pernah laki-laki itu perkirakan akan berakhir seperti ini. Entah, apa yang dipikirkan oleh maminya tersebut. Sebagai lelaki dewasa, tentu ia paham, jika sang mami hendak mendekatkannya kembali dengan Rania. Namun, apakah maminya tidak memikirkan perasaan Clara, juga kenyamanan anaknya sendiri? Apalagi Clara, Adam hanya takut jika istrinya tersebut merasa tidak nyaman. "Sayang, maafkan perilaku mami ya. Mas sama sekali tidak menyangka, jika mami bisa berbicara seperti tadi." Adam yang tengah menyetir, menolehkan kepalanya ke arah Clara. Bisa ia lihat, jika istrinya itu tengah sibuk memandangi jalanan. "Enggak masalah Mas," ucap Clara sembari menoleh ke arah Adam. "Yang penting bagi aku, kamu tidak terpengaruh dengan perkataan mami. Meskipun misalnya mami memiliki niat untuk mendekatkan kamu dengan Rania, aku harap kamu tetap
Para orang tua dan Rania, tentu saja terkejut dengan perkataan Adam. Namun, berbeda dengan para sepupu Adam lainnya Brian, Radit, dan Satya, mereka setuju dengan pernyataan Adam. Karena, Rania bukanlah anggota keluarga mereka. Sedangkan Clara, ia hanya diam, tetapi dibalik diamnya, justru merasa senang dengan perkataan suaminya tersebut. "Kamu apa-apaan sih Adam? Mami yang mengundang Rania ke sini. Karena, dia sudah mami anggap seperti anak sendiri. Lagian, Rania juga sahabat kecil kamu, jauh sebelum kamu mengenal Clara.""Mi? Aku enggak suka ada orang lain yang ikut di acara rutinan keluarga kita. Mami sadar enggak sih? Sedari tadi yang Mami perhatikan hanya Rania. Di sini, menantu Mami itu Clara, bukan Rania," ucapnya dengan tegas. Adam sangat berharap jika maminya bisa menaruh perhatian yang lebih kepada istrinya. "Udahlah Dam. Lagian kalau memang mami kamu lebih sayang dengan Rania, berarti Clara belum bisa menjadi menantu yang diinginkan mami kamu.
Siang ini Adam dan ayahnya baru saja selesai bertemu dengan klien dari China. Mereka tampak keluar dari ruang VIP Restoran bersama klien mereka, juga beberapa orang kepercayaan di belakangnya. Saat ini tujuannya ialah kembali ke perusahaan, dan mengerjakan rincian kerja sama sesuai kesepakatan bersama. "Oh iya Dam, hampir aja lupa. Nanti malam ajak Clara ke rumah. Malam ini kita akan kedatangan keluarga besar mama kamu," ucap Dimas ketika mereka telah sampai di parkiran. Sengaja memang, Adam pergi ke tempat ini bersama papinya, dan ia yang bertugas menyetir mobil. Sedangkan asisten mereka berada di mobil satunya lagi. "Kok dadakan Pi?""Sebenarnya udah agak lama papi tahu kalau mereka akan datang. Hanya saja, ternyata mami kamu lupa memberitahu kamu dan Clara.""Mami ini, ada-ada aja. Yaudah, nanti sampai di kantor, Adam akan telpon Clara." Dimas hanya mengangguk, kemudian ia masuk ke dalam mobil. Begitu juga dengan Adam yang langsung mengambil
"Guys, kapan-kapan kita liburan yuk," ucap Devano yang seolah tengah mengalihkan pembicaraan. "Boleh tuh, mending sekarang kita atur jadwal deh. Kalian kapan ada waktunya?" tanya Claudia.. "Gue dalam minggu-minggu ini kayaknya enggak bisa sih. Soalnya masih ada beberapa sidang sama klien," ucap Jesica. "Gue mulai lusa bakal sibuk sama jadwal operasi. Paling sampai 3 atau 4 hari," jawab Reno. "Kalau gue sendiri, kebetulan jadwal syuting udah selesai, promo lagu juga masih bulan depan. Jadi, kalau untuk sekarang masih ada banyak waktu."Clara yang semula nampak gugup, kini telah berhasil mengendalikan dirinya. Ia sangat berterimakasih kepada Devano dan Claudia yang bisa mengalihkan perhatian. Juga mancairkan suasana yang awalnya terasa canggung. "Kalau misal kita ambil liburan minggu depan, gimana? Kayaknya gue juga bisa sih kalau hari itu.""Lebih ke weekend minggu depan?" tanya Dimas, untuk memastikan. "Bo
"Kamu apa-apaan sih. Mama baru aja mau pergi dengan Rena, ini juga demi kamu. Sekarang, kenapa malah kamu nyuruh mama datang ke sini," ucap Vina saat ia baru saja memasuki ruang VIP di sebuah Restoran yang telah dipesan Rania. "Duduk dulu Ma. Ada hal penting yang harus kita bahas, dan ini enggak bisa ditunda.""Yaudah cepetan. Kamu mau bahas apa?""Rencana kita untuk melemahkan promosi dan citra Resort papa, semuanya gagal total." Satu kalimat yang membuat Vina tertegun. Matanya terbelalak, seolah tidak percaya dengan perkataan putrinya."Gagal total gimana maksud kamu?""Mereka membatalkan kerja sama dengan Vania, juga konsep dari Resort yang diubah keseluruhannya.""Gimana bisa? Padahal sebentar lagi seharusnya Resort sudah selesai kan? Lalu, kenapa mereka membatalkan proyek ini untuk Vania?"Rania menghela napasnya perlahan. Ia mulai menceritakan semuanya kepada sang mama. Berdasarkan penjelasan dari Vania juga seseo
"Apa? Kontrak saya dibatalkan?"Saat ini Vania dan manjernya tengah bertemu dengan dua orang perwakilan dari Raharja Group. Ratih, asisten manajer divisi pemasaran juga salah seorang dari staf divisi keuangan. Karena, setiap kerja sama dengan publik figur atau hal-hal yang berhubungan dengan promosi dan pemasaran, akan melaluinya terlebih dahulu. Tentunya setelah mendapat izin dari manajer. "Kenapa? Bukannya kita sudah sepakat untuk tanda tangan kontrak hari ini?""Sekali lagi kamu mohon maaf Mbak Vania. Namun, ini sudah menjadi keputusan perusahaan. Ada beberapa hal yang kami pertimbangkan kembali, dan keputusannya adalah mengakhiri kerja sama kita.""Enggak bisa gitu dong. Ini namanya tidak profesional. Saya bisa saja memviralkan sikap buruk perusahaan kalian.""Bu Ratih, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Alasan ini benar-benar tidak masuk akal. Saya rasa Vania cukup kompeten untuk bekerja sama dengan Raharja Group dalam mempromosik
"Yaudah ayo, gue penasaran banget soalnya." Segera Vania dan Rania melangkah mendekati kerumunan itu. "Permisi, tolong beri jalan dong." Tanpa sadar badan Vania terdorong seorang perempuan di sampingnya. Hal itu tentu saja sempat membuat Rania ikut oleng. "Lo kalau jalan lihat-lihat dong. Kalau gue jatuh terus muka gue lecet gimana? Lo mau ganti rugi sama Brand Ambassador yang udah endorse gue!" bentak Vania kepada seseorang itu. Hal ini tentu saja membuat kerumunan seketika hening, dan menjadikan ketiganya pusat perhatian. "Yaelah, Mbak. Namanya juga tempat ramai pasti ada aja yang kedorong. Lebay banget sih. Lagian, situ baru pertama kali minta foto artis ya? Makanya norak banget. Cuma kedorong dikit aja juga.""Lo benar-benar ya! Lo enggak tahu siapa gue?""Udah stop! Bisa enggak, jangan berantem di sini? Gue di sini karena mau menyapa kalian, bukan malah mendengarkan keributan kalian." Mendengar itu, kini semua kembali menatap ke a
Kembali, mereka terlihat saling pandang, sebelum akhirnya salah satu dari mereka berbicara, "Saya pribadi setuju dengan usul bu Clara. Sebelumnya kita memang teledor dengan tidak memerhatikan setiap sisi dengan detail. Menurut saya, apa yang disampaikan oleh bu Clara, adalah ide yang bagus.""Ya, saya juga setuju.""Saya juga.""Kami juga setuju."Mendengar mereka yang menyetujui pendapatnya, membuat Clara tidak bisa lagi menahan senyum. Akhirnya, rencana yang ia pikiran dari kemarin, bisa diterima dengan baik. Meskipun harus melalui pro dan kontra terlebih dahulu. "Baiklah, terima kasih semuanya. Nanti tim dari Divisi Pemasaran akan membuat ulang konsep pembukaan Resort ini, juga dana tambahan yang harus kita keluarkan. Untuk selanjutnya, saya akan membahas konsep ini bersama pak Roni, dan akan kami informasikan lebih lanjut." Hampir semuanya tampak mengangguk, tanda setuju, kecuali satu orang yang berada di ujung meja. ©©©©©©