Setelah sampanye dingin turun ke tenggorokannya, Rachel akhirnya merasa lebih baik.Kebetulan, Ronald juga sudah kembali setelah bertelepon. Dia pun mulai mengoperasikan sistem simulasi tersebut.“Setelah mobil sport dipasangi sistem cerdas ini, maka mobil itu akan membuatmu merasakan pengalaman yang baru. Seringkali, sistem akan secara cerdas mengalihkan mode mengemudi sebelum pengemudi bisa sadar dengan kondisi jalan. Uhuk, uhuk.”Rachel merasa tenggorokannya agak serak, jadi dia meneguk anggurnya lagi.Setelah berbicara beberapa kalimat lagi, dia tiba-tiba merasakan panas yang tidak normal di tubuhnya.Apa ruangan ini terlalu panas?Namun, dia hanya mengenakan gaun, jadi tidak mungkin merasa sepanas ini.“Bu Rachel, kenapa aku merasa kamu sepertinya nggak enak badan?” Yohanes mengerjapkan matanya dan berkata, “Bagaimana kalau kita akhiri dulu di sini?”Rachel merasakan butir-butir keringat mengalir turun dari dahinya.Dia mengerutkan bibirnya dan berkata, “Aku mau ke toilet dulu. Tu
Pergi ke toilet tidak butuh waktu yang lama.“Ronald, cepat cari Rachel. Kalau terlambat, nanti hilang loh!”Ronald menatap pria itu dengan dingin, “Apa yang sudah kamu lakukan?”“Aku mengambilkan segelas anggur untuk Bu Rachel tadi, dan menambahkan sesuatu yang baik ke dalamnya.” Yohanes tersenyum dengan misterius, “Itu nggak bisa dibeli dengan uang. Aku sudah sangat membantumu. Bagaimana kamu akan berterima kasih padaku?”Tiba-tiba, raut muka Ronald menjadi masam.Dia mengambil anggur yang diminum Rachel, menciumnya, dan ekspresinya langsung berubah drastis.Dia melemparkan cairan anggur di dalam gelas itu ke wajah Yohanes, berbalik badan, lalu membuka pintu dan berjalan keluar.“Hei! Kamu gila, ya!” Yohanes menyeka cairan anggur itu dari wajahnya dan berkata, “Christopher, menurutmu apa dia sudah gila! Aku sudah baik membantunya, tapi dia malah berbuat seperti ini padaku. Menyebalkan sekali.”Christopher memutar bola matanya, “Kamu nggak bisa lihat, ya? Ronald itu serius mengejar Bu
Malam pun tiba.Shania sedang terbaring di ranjang hotelnya dengan perasaan yang kalut. Semua yang terjadi hari ini bukanlah sesuatu yang dia harapkan terjadi, tapi semuanya terjadi begitu saja secara alami.Kalau sampai Ronald mengetahuinya, bagaimana Shania bisa menjadi istrinya ….“Lagi mikir apa?”“Jangan sampai ada orang lain yang tahu soal kejadian hari ini, cukup kita berdua saja yang tahu …,” kata Shania.“Oke, terserah kamu saja,” jawab Lincoln.Untung saja pria ini cukup pengertian, kalau tidak, Shania bakal kerepotan.“Drrt …”Lincoln segera meraih ponselnya dan melihat dari siapa panggilan masuk itu, seketika raut wajahnya berubah dan dia berkata, “Aku angkat teleponnnya dulu.”Dia pun masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu dari dalam.Shania jadi curiga dari siapa panggilan itu sampai Lincoln harus sembunyi-sembunyi darinya. Ketika Shania sedang memikirkan hal itu, kini giliran ponselnya yang bergetar. Dia pun mengambil ponselnya di bawah bantal dan melihat sebuah nomor a
Sekujur tubuh Rachel sudah seperti terbakar. Mulai dari wajah, leher, bahkan sampai dadanya memerah dengan tidak wajar. Ronald buru-buru menuangkan segelas air dingin dan memberikan gelas itu kepadanya.“Diminum dulu airnya.”Rachel langsung meneguk gelasnya sampai habis, tapi tenggorokannya masih terasa sakit dan kering, seolah api yang berkobar di dalam tubuhnya semakin mengganas.Tanpa disadari, Rachel menarik kerah baju Ronald dengan ekspresi wajah penuh nafsu …. Ronald langsung keluar dari ruangan itu dan menendang pintu kamar sebelah dan menarik kerah baju Yohanes.“Di mana obat penawarnya?”“Obat penawarnya, ya, cowok ….”“Sial*n!” seru Ronald dan memukul wajah Yohanes setelahnya. Kemudian dia kembali menarik kerah baju Yohanes dan berkata, “Apa nggak ada cara lain?”“Nggak … nggak ada ….”Ronald latnas menendang Yohanes sekuat tenaga dan keluar dari ruangan itu.“Kali ini kamu sudah keterlaluan!” kata Christopher, “Aku nggak pernah lihat Ronald sengamuk ini.”“Apa boleh buat,
Ronald masuk ke kamar mandi dan keluar membawa sebuah handuk basah. Dia berdiri di samping ranjang dan berkata dengan lembut, “Biar aku turunin panasnya.”Aroma tubuhnya terasa semakin kuat ketika dia menjulurkan tangannya, dan itu membuat bola mata Rachel menyusut secara mendadak. Tubuhnya langsung meringkuk dan terus mengarah ke sudut ranjang.“Jangan mendekat, jangan sentuh aku …. pergi! Pergi sana jauh-jauh … jangan sentuh aku …,” teriak Rachel sambil melempar bantal ke arah Ronald. Sorot matanya dipenuhi dengan keputusasaan dan rasa takut yang luar biasa.“Aku nggak bakal nyakitin kamu, aku cuma mau bikin kamu merasa lebih enak.”Suara Ronald akhirnya membuat Rachel tersadar dari mimpi buruknya.“Ro … Ronald, bisa tolong … antar aku ke rumah sakit …?”Saat itu Ronald benar-benar lupa kalau dia bisa membawa Rachel ke rumah sakit. Bisa-bisanya dia terhasut oleh ucapan Yohanes si bajing*an yang tidak bisa dipercaya itu.Ronald melepas jasnya dan berkata, “Pakai ini, aku antar kamu tu
“Kenapa suara Mama aneh begitu?”“Tadi Mama makan pedas, jadi tenggorokan kurang enak. Nanti Mama telepon lagi, ya.”“Oke, Ma.”Rachel langsung bersandar di jok mobil begitu dia menutup pembicaraan dengan Michael. Ujung lidahnya tergigit sampai mengeluarkan darah, dan bau darah pun memenuhi rongga mulutnya.Ronald yang melihat Rachel dari kaca spion pun tiba-tiba merasa seperti ada rasa sakit yang merayap di dadanya . Apakah seperti ini rasanya sakit hati?Tanpa banyak bicara, Ronald fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sepuluh menit kemudian, mobil Ronald akhirnya tiba di sebuah rumah sakit, dan saat itu Rachel sudah kehilangan kesadaran, dengan darah tipis mengalir dari ujung bibirnya. Ronald menggendong tubuh Rachel keluar dari mobil dan ta sengaja bersentuhan dengan bibir Rachel sehingga darahnya terisap ke mulut Ronald.Darah yang amis itu membuat perasaan yang ada di hatinya semakin menguat. Seakan-akan, rumput liar yang tersembunyi di lubuk hatinya dalam sekejap b
Michael menutup teleponnya dan berjalan menghampiri Michelle dengan wajah yang datar.“Michelle, ayo bersih-bersih dulu.”Michelle dengan patuhnya menggandeng tangan Michael dan naik ke atas. Michael membantunya menyikat gigi dan cuci muka, lalu menyalakan air untuk dia mandi. Handuk juga sudah digantung di dekat pintu. Lima menit kemudian, Michelle pun sudah selesai mandi. Kulitnya bersih sampai bercahaya, dan bola matanya juga jernih seperti baru saja dibilas dengan air.Michelle kemudian duduk di ranjang agar Michael bisa mengeringkan rambutnya. Kepala Michelle pelan-pelan semakin menurun seperti burung kecil yang sedang mematuk, dan tak lama dia pun tertidur.Michael membaringkan adiknya dengan benar, memakaikan selimut dan mematikan lampu, kemudian barulah dia pelan-pelan melangkah keluar kamar. Begitu Michael sampai di kamarnya sendiri, wajahnya yang semula tenang dalam sekejap menghilang, berubah menjadi ekspresi cemas dan muram. Kalau bukan karena harus menemani adiknya, dia pa
Tak peduli kapan pun Rachel bertemu dengan Ronald, dia selalu terlihat terlihat bersih dan tampan, tapi sekarang tampak ada garis jenggot tipis di sekitar bibirnya. Padahal, mereka berdua hanya sebatas rekan kerja dan tidak ada perasaan apa-apa, tapi Ronald dengan setia menemaninya semalam penuh.Saat Rachel masih sibuk dengan pikirannya sendiri, Ronald sudah keluar dari bangsal. Lalu Rachel mengambil ponselnya dan menghubungi Michael.“Halo, Mama sudah bangun?”Dari telepon itu Rachel tidak merasakan ada sesuatu yang aneh dari suara Michael.“Sebentar lagi Mama keluar dari rumah sakit. Kamu tunggu di rumah saja, ya. Nanti Mama antar ke sekolah.”“Ma, istirahat saja sebentar di sana. Biar aku yang bawa Michelle ke sekolah. Naik bus nomor 13, turun sehabis lewatin lima halte, paling cuma sepuluh menit. Mama tenang saja.”Kalau bukan karena Rachel terlalu sibuk dan gagal menjadi seorang ibu yang baik, mana mungkin Michael sepintar ini ….Dari lahir, Michael dan Michelle tidak mengenali s