“Kenapa suara Mama aneh begitu?”“Tadi Mama makan pedas, jadi tenggorokan kurang enak. Nanti Mama telepon lagi, ya.”“Oke, Ma.”Rachel langsung bersandar di jok mobil begitu dia menutup pembicaraan dengan Michael. Ujung lidahnya tergigit sampai mengeluarkan darah, dan bau darah pun memenuhi rongga mulutnya.Ronald yang melihat Rachel dari kaca spion pun tiba-tiba merasa seperti ada rasa sakit yang merayap di dadanya . Apakah seperti ini rasanya sakit hati?Tanpa banyak bicara, Ronald fokus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh. Sepuluh menit kemudian, mobil Ronald akhirnya tiba di sebuah rumah sakit, dan saat itu Rachel sudah kehilangan kesadaran, dengan darah tipis mengalir dari ujung bibirnya. Ronald menggendong tubuh Rachel keluar dari mobil dan ta sengaja bersentuhan dengan bibir Rachel sehingga darahnya terisap ke mulut Ronald.Darah yang amis itu membuat perasaan yang ada di hatinya semakin menguat. Seakan-akan, rumput liar yang tersembunyi di lubuk hatinya dalam sekejap b
Michael menutup teleponnya dan berjalan menghampiri Michelle dengan wajah yang datar.“Michelle, ayo bersih-bersih dulu.”Michelle dengan patuhnya menggandeng tangan Michael dan naik ke atas. Michael membantunya menyikat gigi dan cuci muka, lalu menyalakan air untuk dia mandi. Handuk juga sudah digantung di dekat pintu. Lima menit kemudian, Michelle pun sudah selesai mandi. Kulitnya bersih sampai bercahaya, dan bola matanya juga jernih seperti baru saja dibilas dengan air.Michelle kemudian duduk di ranjang agar Michael bisa mengeringkan rambutnya. Kepala Michelle pelan-pelan semakin menurun seperti burung kecil yang sedang mematuk, dan tak lama dia pun tertidur.Michael membaringkan adiknya dengan benar, memakaikan selimut dan mematikan lampu, kemudian barulah dia pelan-pelan melangkah keluar kamar. Begitu Michael sampai di kamarnya sendiri, wajahnya yang semula tenang dalam sekejap menghilang, berubah menjadi ekspresi cemas dan muram. Kalau bukan karena harus menemani adiknya, dia pa
Tak peduli kapan pun Rachel bertemu dengan Ronald, dia selalu terlihat terlihat bersih dan tampan, tapi sekarang tampak ada garis jenggot tipis di sekitar bibirnya. Padahal, mereka berdua hanya sebatas rekan kerja dan tidak ada perasaan apa-apa, tapi Ronald dengan setia menemaninya semalam penuh.Saat Rachel masih sibuk dengan pikirannya sendiri, Ronald sudah keluar dari bangsal. Lalu Rachel mengambil ponselnya dan menghubungi Michael.“Halo, Mama sudah bangun?”Dari telepon itu Rachel tidak merasakan ada sesuatu yang aneh dari suara Michael.“Sebentar lagi Mama keluar dari rumah sakit. Kamu tunggu di rumah saja, ya. Nanti Mama antar ke sekolah.”“Ma, istirahat saja sebentar di sana. Biar aku yang bawa Michelle ke sekolah. Naik bus nomor 13, turun sehabis lewatin lima halte, paling cuma sepuluh menit. Mama tenang saja.”Kalau bukan karena Rachel terlalu sibuk dan gagal menjadi seorang ibu yang baik, mana mungkin Michael sepintar ini ….Dari lahir, Michael dan Michelle tidak mengenali s
“Eh, Bu Shania, ada apa datang kemari?” tanya kepala sekolah sambil menawarkan segelas air.“Aku mau ngecek informasi soal dua murid di sini.”“Data murid bersifat rahasia, nggak boleh sembarangan dikasih ke orang lain. Ini peraturan sekolah.”“Pak Ronald mau Darren masuk sekolah di sini lgi, tapi dia harus ngecek informasi teman-teman sekelasnya. Aku cuma mau kasih lihat ke dia doang, nggak bakal aku kasih ke sembarang orang, jadi Bapak nggak perlu takut. Lagian Tanjaya Group juga nggak butuh data murid kalian.”Kepala sekolah langsung senang mendengar ucapan Shania. Darren baru bersekolah di sini selama setengah tahun, tapi uang yang diinvestasikan oleh keluarga Tanjaya mencapai 60 miliar. Dengan keluarnya Darren, otomatis sekolah kehilangan satu investor besar. Jika Darren kembali bersekolah di sini, Tanjaya Group pasti akan kembali menginvestasikan dana mereka di sekolah ini ….Dengan iming-iming investasi besar, kepala sekolah langsung mengambil semua data murid yang ada di kelas
pintu gudang terkunci rapat dan api sudah berkobar dengan ganas di luar. Situasi seperti itu sangat memungkinkan Rachel untuk melarikan diri, dan rupanya dia punya dua anak lagi. Rachel pasti berhasil bertahan hidup karena memiliki keinginan yang kuat untuk melindungi kedua anak itu ….Mengapa empat tahun yang lalu Shania tidak menunggu lebih lama lagi? Kalau saja waktu itu dia menuntaskan masalahnya sampai ke akar, sekarang dia tidak akan menghadapi situasi serumit ini ….Bahkan dalam mimpi pun, Shania tidak pernah berpikir bahwa ternyata Rachel melahirkan empat orang anak ….“Drrt!”Tiba-tiba ponsel Shania berdering mendapat panggilan dari Tony. Suasana hati Shania yang semula kalut seketika membaik. Dengan adanya Tony, dia masih bisa membalikkan keadaan.“Pak Tony, kebetulan banget, aku baru saja dapat biodata dua anak itu. Mereka lahir di akhir musim panas empat tahun yang lalu. Kalau dihitung-hitung waktunya, seharusnya Pak Tony yang bikin Rachel hamil, anaknya juga satu cowok sat
“Selamat datang, Pak Yohanes. Silakan masuk,” sapa Ricky dengan ramah dan penuh sopan santun.Yohanes kaget ketika melihat tiba-tiba ada banyak orang mengelilinginya. Dia adalah general manager di Sundoro Group, dan ada satu lantai khusus hanya untuk kantornya, jadi dia pikir mereka ini adalah juga orang-orang dari Aurora Technology.“Dia sudah datang?” tanya Yohanes.Ricky kebingungan dengan pertanyaan itu. Dia? Dia siapa? Jangan-jangan, dia itu adalah mantan pacarnya yang merupakan keponakan jauh paman kakak sepupunya salah satu karyawan yang bekerja di sini?Ricky pun melayangkan kode melalui matanya kepada sekretaris, dan sekretaris langsung kembali ke ruang kantornya untuk memanggil orang yang dimaksud ….Tiba-tiba di saat itu juga pintu lift terbuka, dan Rachel berjalan menelusuri lorong dengan sepatu hak tingginya. Kemunculan Rachel membuat sekretarisnya Ricky terkejut.Yohanes dikenal sebagai playboy kelas kakap. Dalam waktu tiga sampai lima hari dia bisa mendapatkan pacar baru
Yohanes memegangi pinggangnya sambil merintih kesakitan. Dia sudah menduga akan jadi seperti ini, tapi tetap saja dia syok ketika tubuhnya diangkat dan dibanting ke lantai ….“Pak Yohanes nggak apa-apa?” tanya Ricky sambil berusaha membantunya berdiri, “Pinggang Bapak pasti sakit. Di kantorku ada obat gosok, aku bantu gosokkin, ya.”“Kamu yang sakit! Seluruh keluargamu sakit! Berani-beraninya Rachel ngebanting aku, lihat saja nanti!”Penggalan kata-kata terakhir sengaja Yohanes lontarkan untuk menyelamatkan martabatnya. Sambil memegangi pinggangnya, Yohanes berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan berjalan masuk ke lift sambil menyeret kakinya.“Ada apa ini sebenarnya?” ujar Ricky bertanya-tanya.“Pak Ricky juga lihat, ‘kan? Barusan Bu Rachel ngebanting Pak Yohanes ke lantai. Pak Yohanes sampai ngamuk!” kata si sekretaris. “Selain playboy, Pak Yohanes juga terkenal preman. Orang yang bikin dia marah nggak bakal selamat. Habis sudah Bu Rachel! Aku berani jamin Aurora Technology nggak ba
Mendekati jam pulang sekolah, para murid di taman kanak-kanak sudah menggunakan tas sekolah mereka dan menunggu kedua orang tuanya datang menjemput. Bu Jes sedang menunggu piket dan tidak mendengar getaran ponselnya.Mendadak kepala sekolah berjalan masuk dan berkata, “Michael, Michelle, papa kalian datang menjemput kalian.”Kening Michael berkerut. Michelle menoleh dengan cepat.“Pak ….” Dengan cepat Bu Jes berjalan mendekat dan berbisik, “Michelle dan Michael nggak ada papa. Mereka itu hanya ada mama.”Kepala sekolahnya melongo dan berkata, “Masa iya? Papa mereka menunggu di luar.”Bu Jes mengelus dagunya dan mengingat kata ibu kedua anak itu kalau mereka tidak memiliki ayah. Kenapa tiba-tiba bisa muncul seorang ayah?“Pak, saya bawa kedua anak ini keluar dan melihat dulu.” Bu Jes menggandeng keduanya dengan sebelah tangan kiri dan kanannya keluar.Michael mengerutkan keningnya dan mengikuti langkah ibu gurunya keluar. Dia hanya ingin melihat siapa yang menganggap dirinya ayah dari m