“Mau, Mom,” teriak keduanya.Kedua putranya beranjak dan memeluk ibunya dengan erat. Akhir pekan ini mereka akan ada kegiatan bersama dengan Elise dan ibunya. Jadi, tidak akan terlalu membosankan karena dari ayahnya mereka dilarang keluar dari mansion.Lionel mengusap kedua kepala bocah kembarnya dan meminta maaf sekali lagi kepada mereka karena merasa bersalah. Secepatnya dia harus membereskan masalah ini.Gawainya berdering dan tertera nama Jeff di sana. Dia berpamitan kepada keluarganya untuk mengangkat telepon itu dan menuju ruang kerjanya.“Ada apa, Jeff?” tanya Lionel.“Tuan, saham menurut sebesar 1% setelah artikel kemarin keluar. Meski tim IT sudah berusaha mengurangi artikel itu, tetapi tetap saja para pemegang saham meminta anda untuk konferensi pers,” jelas Jeff menyampaikan kabar yang dia terima.“Baiklah, kubicarakan dulu dengan Joanna karena ini menyangkut mereka semua. Aku tidak bisa berperilaku seenakku sendiri, Jeff,” papar Lionel yang masih bingung harus bagaimana.“
Tawa Lionel terdengar sampai ke dapur. Wanita itu tidak menyusul karena dia harus menenangkan hati dan detak jantungnya yang tidak bisa tenang. Sungguh, pria itu tetap saja seenaknya sendiri. Namun, senyum tak lepas dari wajah cantiknya.Setelah lewat berapa menit barulah Joanna menyusul ketiganya ke ruang tamu. Mereka sedang bermain perang dengan masing-masing membawa pensil warnanya sebagai pengganti pedang.“Ya, ampun, kalian ini. Kenapa tidak dibereskan dulu peralatan mewarnanya?” omel Joanna. Dia mengambil buku mewarna yang berserakan.Jelas sekali jika mereka tidak melanjutkan acara mewarna mereka karena lebih tertarik mengalahkan ayahnya yang berperan sebagai monster. Namun, momen itu rusak karena Joanna mengingatkan mereka akan tugas sekolahnya.Mereka diberi waktu sepuluh menit untuk mengambil tugas sekolah agar diperiksa oleh Lionel. Baru setelah itu bisa melanjutkan permainan.Galaxy dan Galen datang dengan cepat dan berebut
“Selamat pagi, semua.” Lionel menyapa reporter yang sudah hadir menyempatkan dirinya.Ruangan seketika hening setelah sapaan pertama Lionel. Mereka penasaran apakah berita itu benar ataukah itu hanya orang yang mirip dengan sang pemimpin. Mereka menunggu kata berikutnya dari Lionel.Pria itu menatap sekeliling dan memantapkan hatinya untuk mengatakan semua kata-kata yang telah dia susun.“Di sini saya meminta untuk para reporter tidak mencampuri urusan pribadi saya. Jika masih saja mencari berita tentang kehidupan pribadi saya maka langkah terakhir terpaksa saya laporkan. Saya ingin kalian menghormati keinginan keluarga saya atau memang kalian akan menerima akibatnya,” tukas Lionel tegas.“Untuk pertanyaan mengenai perusahaan, saya akan menjawab, tetapi tidak dengan kehidupan pribadi. Terima kasih,” ucap Lionel mengakhiri konferensi persnya.Para reporter berebut mengacungkan tangan untuk bertanya, tetapi Jeff ya
“Kenapa aku bisa lupa sih!” gerutu Joanna menutup telepon dengan Elise tanpa pamit.Dia segera membuka media berita dan mencari berita mengenai Lionel. Di sana ditulis bahwa pemilik BioOne Tech dan Microsite itu menjelaskan bagaimana ingin privasinya tidak ingin diusik. Jika masih mengusik akan dilaporkan ke pihak berwajib.Para reporter itu malah memberikan pendapat pribadi mereka atas berita yang mereka buat sendiri. Sungguh tidak profesional, menurut Joanna.“Apa-apaan sih mereka itu!” umpat Joanna tidak senang. “Gimana jika mereka yang diusik kehidupannya. Kan pasti gak mau.”Namun, Joanna senang dengan jawaban-jawaban yang diberikan Lionel. Hal tersebut meyakinkannya untuk lebih percaya kepada suaminya karena tindakan-tindakan setelah mereka keluar bermain dengan putra mereka.Makan siang pun tiba, Joanna yang pergi keluar tanpa berpamitan pada Lionel langsung turun menemui Elise dan mengajak temannya itu keluar kantor karena dia ingin membahas mengenai suaminya. Wanita itu butuh
“Galaxy,” panggil Galen karena melihat adiknya berlari ke arah Edie sambil berteriak. Dia sedikit khawatir akan adiknya itu karena sungguh tidak paham kenapa tiba-tiba berteriak.Galen berjalan santai menyusul ke mobil yang sudah diparkirkan di depan gerbang sekolah. Galaxy yang sudah naik mobil itu duluan menurunkan jendela mobil dan memanggil kakaknya.“Len, ayo cepat!” seru Galaxy dari mobil. “Paman, nanti bisa ke toko es krim di Leighton Street?”“Kamu sudah izin nyonya Joanna?” tanya Edie curiga karena mereka jarang diperbolehkan untuk pergi setelah pulang sekolah.Namun, karena Edie mengetahui bagaimana tuan mudanya akan memaksa, dia pun melihat jam tangan dan mendesis karena sudah lewat makan siang. Pria yang berusia lebih muda dari wajahnya itu mengirim pesan kepada Joanna untuk memberi kabar. Daripada bocah bungsu itu tantrum.Galen pun membuka pintu mobil lalu duduk di samping Galaxy. Dia me
Tak terasa akhir pekan tiba, Edie diminta Joanna pergi ke sebuah alamat untuk menjemput teman wanitanya pagi itu. Nyonya rumah itu menyuruhnya karena tidak mungkin dia sendiri yang menjemputnya. Yang pertama pasti dilarang oleh suaminya dan kedua, dia ingin memasak hidangan untuk keluarganya.Edie tentunya senang-senang saja menjemput teman Joanna, tetapi dia memiliki urusan lain sehingga menjemput Elise sedikit terlambat.“Kamu kabari sendiri ya ke Elise. Ini nomornya,” ucap Joanna memberikan nomor Elise agar mereka berhubungan sendiri. “Ohya, sekaligus kamu belanja beberapa bahan di kertas ini ya.”Edie menatap catatan kecil itu berisi segala jenis bahan pembuatan kue. Dia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tercetus ide untuk meminta bantuan Elise karena dia sendiri jarang belanja bahan itu. Pengetahuan sangat minim.Galaxy dan Galen mendekati mereka lalu memohon Joanna untuk ikut Edie menjemput Elise. Mereka sudah sanga
“Oh, Nyonya Celine, tuan Lionel berada di belakang, sedang barbeque dengan istri dan kedua anaknya,” papar Ben kepada adik dari Franklin, Celine Tanner.“Hah. Istri Lionel dan anaknya?” tanya Celine terkejut. “Jangan asal ya kalo ngomong!”Ben pun diam dan mengantarkan wanita berusia 55 tahun itu ke taman samping untuk menemui semua keluarga di sana. Namun, dia merasa bersalah karena keceplosan mengungkap pernikahan dengan Joanna. Sekarang tuannya harus bersiap menghadapi omelan tantenya.Celine melihat dari pintu yang memisahkan posisinya bagaimana tawa lepas keluar dari mulut Lionel, keponakannya. Terlihat juga dua orang wanita dewasa di sana dan dua bocah laki-laki yang mirip dengan keponakannya. Wanita tua itu menutup mulut dengan tangannya saking terkejutnya.“Lionel,” panggil Celine ketika dia mendekat.Suara tawa itu terhenti dan semua menoleh ke arah Celine dan Ben. Joanna yang tidak pernah me
“Oh, shit!” umpat Joanna melihat dirinya dan Lionel dalam keadaan polos. “Kok bisa sih, aku jatuh lagi ke pelukannya lagi.”Joanna meringis ketika dia mencoba berdiri dari tidurnya. Setelah 7 tahun dan ini baru kali pertamanya dia melakukan hubungan badan lagi. Lionel ikut bangun karena mendengar rintihan istrinya.“Hey, mau ke mana?” tanya Lionel. Pria itu memiringkan tubuhnya ke arah Joanna. “Tidak ingin tambah ronde lagi.”Joanna memutar matanya malas karena Lionel memberikan cengiran yang menyebalkan. Tidak salah juga pria itu mengambil haknya sebagai suami, tetapi ah, sudahlah. Percuma membahas hal ini kepada suaminya yang tidak tahu diri kadang.Wanita itu masuk kamar dan menguncinya sekarang lalu dia pergi ke kamar mandi untuk berendam air hangat karena bagian intinya sedikit perih dan tidak terbiasa.Sementara Lionel yang juga masuk ke kamar mandi memilih untuk berendam karena dia masih terbay
“Duh, malu-maluin gak ya,” gerutu Avery yang telah mengirim pesan kepada Galaxy.Setelah kejujuran pemuda itu, dia bermaksud untuk memaafkan karena saat Galaxy menggodanya tidak terlalu merugikan. Toh, pesan yang diberikan sangat berbeda dengan kepribadian pemuda yang dia kenal itu.Avery hanya ingin memberikan jawaban sebelum Galaxy mengakhiri masa magangnya. Ya, sebelum pemuda itu meninggalkan perusahaan dan rasa sesal di hatinya berkurang.Mendadak gawainya bergetar karena mendapat balasan dari Galaxy. Pemuda tampan itu hanya membalas singkat dan mengucapkan selamat malam. Dia memutuskan untuk tidak membalas karena pesan itu dia anggap sebagai ucapan penutup hari itu.“Mungkin gini ya perasaan orang yang diberi ucapan oleh gadis pujaan,” celoteh Galaxy selesai dia mengirim pesan.****Lima bulan kemudian, si kembar telah selesai melewati ujian dan hasilnya akan keluar hari ini. Saat ini mereka sedang berada di sekolah. Bersama Jayden dan Perry menunggu hasil ujian keluar.Mereka be
“Oke, deal!” angguk Galaxy setuju.Bekerja di cafe sambil kuliah bisa membuatnya cepat belajar karena dia langsung menerapkan apa yang dia dapat. Dengan dasar yang dia miliki, pastinya pemuda itu bisa. Kedua saudara kembar itu berpelukan setelah berjabat tangan.Mereka pun keluar dan menuju mobil untuk kembali ke mansion. Dengan kerja sama yang sudah terjalin, keduanya menjadi lebih bersemangat untuk bekerja sambil kuliah.Tiba di rumah, mereka langsung masuk kamar dan membersihkan debu dan kotoran yang menempel. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan lalu mengangguk sebelum turun karena mereka ingin bicara dengan Lionel.“Mom, daddy belum datang?” tanya Galen.“Daddy masih lembur, Sayang. Mungkin nanti pulang pukul 8,” balas Joanna yang jarang sekali menemukan putranya mencari sang ayah.“Oke, nanti kalo misalnya habis makan malam aku di atas. Tolong panggil aku dan Galaxy ya, Mom.” Galen
Yang ditanya hanya mengangkat bahunya. Galaxy tidak melanjutkan pembahasan yang sepertinya masih sensitif itu. Akibat mendapatkan pertanyaan dadakan seperti itu membuat Galen meninggalkan kamar adiknya.Dia masuk ke kamarnya dan menghela napas panjang lalu merebahkan dirinya di ranjang. Pemuda itu menatap langit-langit kamarnya, membayangkan ingatan terakhir saat bersama Brooke. Tatapan kesedihan yang terpancar di netra sang gadis. Semakin lama, mata Galen lelah hingga terpejam.Keesokan harinya , sepulang sekolah sesuai rencana. Si kembar berangkat tanpa kedua temannya yang biasa menemani. Masing-masing dari mereka memiliki keperluan sendiri.“Len, kayaknya kita kesasar deh. Di maps kita semakin jauh lho,” ucap Galaxy yang bertugas memperhatikan peta di ponselnya.Galen menepikan mobilnya lalu dia memperhatikan titik posisi mereka pada ponsel adiknya. Dari sekolah mereka ke kampus itu memakan hampir waktu 40 menit tapi belum juga sampai. Setelah berdebat sedikit dengan Galaxy, dia pu
Galaxy mengepalkan tangannya ke udara kosong sepeninggal Avery yang menerima telepon. Padahal pemuda itu telah mengumpulkan keberanian. Dia menghela napas panjang karena keberaniannya seperti sia-sia dan tidak tepat.Pintu terbuka dan wanita yang ditunggu masuk lalu Galaxy tanpa pikir panjang berdiri dengan tiba-tiba sehingga mengejutkan Avery.“Ada apa, Gal?” tanya Avery yang terhenti sesaat karena pemuda itu berdiri mendadak.“Uhm … aku ingin minta maaf,” ucap Galaxy yang akhirnya keluar. Raut kebingungan tergambang di wajah sang programmer membuat Galaxy gemas. “Jadi ….”Galaxy menjelaskan apa yang membuat dia minta maaf kepada gadis itu dan mengeluarkan pesan pada ponselnya sebagai bukti. Dengan penjelasan singkat dan bukti yang dia tunjukkan, Avery mencebik dan mengerutkan dahinya. Merasa kecewa dengan sikap pemuda itu.Avery beranjak dan duduk di kursinya. Wanita itu masih mencerna informasi yang mengejutkan. Untung kemarin dia tidak terlalu menanggapi pesan iseng itu. Jika dia
“Iya, ada tanggung jawab juga di sana,” balas Galaxy.Galen mengangguk dan berkata jika mereka berangkat terpisah. Pemuda itu sedang bosan memakai mobil sehingga besok dia akan naik motornya. Dia ingin pergi ke suatu tempat.Nyatanya, saat di sekolah dan ketika bel istirahat berbunyi, Galen tampak berjalan ke arah perpustakaan, dia pergi ke ruang khususnya. Pemuda itu memilih tiduran di sofa panjang untuk bermalas-malasan sebentar.Pikirannya menerawang membayangkan masa depan karena dia sedikit mengkhawatirkan apakah dia bisa mengelola perusahaan dengan baik seperti ayahnya. Mendadak bayangan Brooke hadir dalam pikirannya. Membuat Galen bangkit dari posisinya.“Ya ampun, pikiranku kenapa sih?” Galen menepuk dahinya agar bayangan gadis pujaan hilang. “Malah bayangin yang aneh-aneh.”Galen pun memilih untuk memejamkan mata dengan menyetel musik sedikit kertas. Masih ada waktu untuk beristirahat sebentar. Lima belas menit kemudian, Perry dan Jayden masuk untuk bertanya mengenai ketidakh
Dengan gerakan cepat Galen membuka laci meja belajarnya dan meletakkan amplop itu di sana. Dia belum siap membaca isi surat itu. Laci yang tertutup itu langsung dia kunci dan kuncinya dia simpan di rak tersembunyi.“Maaf ya, Brooke,” gumam Galen lirih.Pemuda itu lalu membuka kantong buku yang dia beli dan mengeluarkan buku tersebut. Namun, sebelum dia mempelajari buku itu, dia beranjak untuk mengganti seragamnya dengan kaos dan celana pendek agar lebih santai. Setelah itu dia kembali duduk di meja belajarnya dan mulai membuka buku tersebut.Sementara Galaxy masih rebahan dengan seragamnya. Kemarin pemuda itu sudah membeli nomor baru tapi dia masih ragu untuk memberikan nomor tersebut ke Ryan. Dia teringat ibunya pernah mengatakan jika apapun yang diawali dengan kebohongan, selanjutnya pasti tidak akan baik.“Sial!” umpat Galaxy bangkit dan duduk di sisi ranjangnya.Besok sepulang sekolah dia juga memulai aktivitasnya di kantor BioOne. Jadi, dia menyiapkan kebutuhan untuk dia gunakan
Dua minggu kemudian.“Galen, kamu kenapa lemes banget?” tanya Lionel menatap putra sulungnya saat turun dan duduk di meja makan.Galen hanya menggeleng tanpa menjawab pertanyaan sang ayah. Hari ini adalah hari pertama masuk untuk semester baru. Empat bulan lagi mereka akan melewati ujian kelulusan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi.Lionel tidak ingin kedua putranya hilang fokus dan tidak bisa mencapai nilai yang mereka harapkan. Tujuan kampus yang mereka tuju tidak main-main perkara nilai sehingga membuat sang ayah khawatir.Galaxy menyusul dari atas dengan sedikit berlari pagi itu. Dia dengan kebiasaan yang sama, bangun sedikit terlambat dibanding saudaranya.“Galen lagi galau, Dad. Ingin fokus belajar tapi pikirannya menerawang entah ke mana,” balas Galaxy asal membuat kening ayahnya berkerut.“Apa sih, Gal. Ngawur!” sanggah Galen menyangkal.Galaxy hanya memamerkan deretan giginya karena respon kakaknya. “Kamu itu ditanya Daddy malah dicuekin lho. Potong uang bul
“Om, kenapa tidak bisa mengerti keinginan anak sendiri!” teriak Galen membela Brooke. Dia tahu gadis itu tidak ingin pergi dari Springham.“Kenapa? Dia anak saya, putri saya satu-satunya. Siapa kamu!” bentak ayah Brooke murka. “Brooke, apa benar kamu tidak ingin kembali bersama daddy?”Brooke menunduk, air matanya telah jatuh tak tertahankan karena dia tidak ingin mendengarkan pertengkaran. Dia meninggalkan sisi pemuda yang dia sukai karena percuma, dia tidak bisa meninggalkan sang ayah. Setidaknya untuk saat ini.Lebih baik berpisah sekarang dan dia akan menyusun masa depannya seperti yang ayahnya mau. Ya, gadis muda itu yakin jika bukan saatnya menjadi anak yang durhaka.Brooke kembali ke ruang tamu dengan membawa dua buah koper yang berisi dengan pakaiannya selama ini. Tangannya digandeng oleh ayahnya tapi ditepis karena dia ingin meminta maaf kepada si kembar atas kebaikan mereka selama ini.“Kamu yakin
“Galen kenapa sih, main jatuhin ponsel orang,” gerutu Galaxy kesal menatap ponselnya yang di lantai.Galaxy mengambil ponselnya yang terjatuh dan penasaran apa yang membuat saudaranya panik. Lekas dia nyalakan ponsel tersebut. Matanya membelalak menatap pesan panjang dari Brooke yang berpamitan.Pemuda yang baru saja selesai dari kamar mandi langsung mengganti kaosnya dan menyusul saudaranya yang masih ada di parkiran mobil.“Kamu mau apa, Len?” tanya Galaxy menghalangi sebelum saudaranya berbuat macam-macam.“Aku harus menemui Brooke sebelum dia pergi, Gal. Aku merasa hanya ini kesempatanku menemuinya. Bisa jadi kita gak akan ketemu dia lagi setelah ini,” ucap Galen lemah.“Oke, aku yang menyetir karena aku gak ingin kamu kenapa-kenapa. Sekarang lebih baik kamu cuci muka dan ganti baju dulu,” saran Galaxy yang melihat saudaranya masih berantakan.Galen pun harus didorong adiknya untuk mencapai